IMT yang rendah memiliki kepadatan tulang 12 lebih rendah dan 2 kali lipat kehilangan massa tulang dalam 2 tahun dibandingkan
dengan wanita yang memiliki lemak tubuh dan IMT normal p
0,004.
[23]
Pada studi klinis yang dilakukan oleh Salamat, M. R., Salamat, A. H., Abedi, I., Janghorbani, M 2013, ditemukan bahwa
indeks massa tubuh dan berat badan memiliki hubungan dengan kepadatan tulang, dan obesitas secara signifikan menurunkan
risiko osteoporosis pada pria, yaitu pria dengan indeks massa tubuh 25 memiliki 4,4 95 CI kali risiko fraktur dibandingkan
pria dengan indeks massa tubuh 25 pada usia yang sama. Hal ini
sesuai dengan studi sebelumnya yang menyatakan bahwa, indeks massa tubuh dan berat badan yang rendah berhubungan dengan
kepadatan tulang yang rendah pada wanita postmenopause.
[20]
Pada studi yang dilakukan oleh Montazerifar, et al 2014 rata- rata berat badan dan indeks massa tubuh ditemukan rendah pada
pasien osteoporosis dibandingkan dengan kelompok pasien yang normal.
[24]
Hal ini berbeda dengan studi yang dilakukan oleh Saravi, et al 2013 yang melaporkan bahkan tidak ada efek
signifikan antara berat badan dan indeks massa tubuh, dimana 76,2 pasien dengan osteoporosis dan osteopenia memiliki indeks
massa tubuh yang normal.
[25]
d. Tingkat Pendidikan
Banyak studi yang telah menunjukan bahwa status sosio- ekonomi maupun tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan
berbagai penyakit kronik, tapi masih sedikit sekali penelitian yang menguhubungkan antara tingkat pendidikan dengan kesehatan
tulang. Pendidikan merupakan cara yang umum untuk menilai status sosio-ekonomi seseorang. Status sosio-ekonomi dan
pendapatan seseorang menjadi faktor yang menentukan pajanan
sosial dan lingkungan. Gaya hidup, tingkah laku, pola makan dan nutrisi berhubungan erat dengan tingkat pendidikan dan status
sosio-ekonomi, meskipun pengaruhnya berbeda di setiap populasi. Individu dengan pendidikan yang baik cenderung memiliki
pengetahuan kesehatan dan tingkah laku yang lebih baik. Pada penelitian yang dilakukan oleh Suzanne C 2005 pada
populasi perempuan china yang sudah mengalami postmenopause, tingkat pendidikan formal yang tinggi berhubungan dengan
kepadatan tulang yang lebih baik serta angka kejadian osteoporosis yang lebih rendah. Banyak faktor risiko yang berhubungan dengan
osteoporosis termasuk faktor hormonal, penggunaan berbagai obat, konsumsi rokok, aktivitas fisik dan diet rendah kalsium serta
vitamin D yang kaitannya sangat erat dengan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan secara langsung dapat mempengaruhi
kesehatan tulang dengan efek positif melalui pengetahuan yang lebih baik mengenai kesehatan pada gaya hidup dan tingkah laku
seseorang. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki sikap positif terhadap penggunaan obat-obatan serta
dapat mengadopsi kebiasan-kebiasan yang baik atau positif seperti kebiasan makan sehat yang meliputi asupan kalsium, buah-buahan
dan mengurangi konsumsi alkohol.
[34,38]
2.2 Kerangka Teori
2.3 Kerangka Konsep
osteoporosis Tingkat
Pendidikan Jenis
Kelamin Usia
Indeks Massa Tubuh
Osteoporosis
Bone resorption
Tingkat pendidikan
Status sosio- ekonomi
Gaya Hidup Pola makan
Konsumsi makanan yang banyak menandung Ca,
sayur buah, serta suplemen
Aktivitas fisik Peningkatan deposisi
garam mineral dan produksi kolagen oleh
osteoblas Bone formation
Usia Absorpsi Ca
Hipertiroidisme sekunder
Konsumsi alkohol, kopi
soda Jenis kelamin
IMT Puncak
massa tulang Status
hormonal
Merokok Laki-laki
Kadar estrogen tubuh
Sitokin proinflamasi
Komposisi lemak tubuh
Perempuan
2.4 Definisi Operasional