Kerangka Konsep KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas dan sistematik untuk menjadi pedoman dalam keseluruhan penelitian. Kerangka konseptual menurut Indriantoro 2000 merupakan dasar pemikiran peneliti untuk mengkomunikasikan dengan orang lain sehingga hasilnya dapat dimengerti oleh orang lain dan memungkinkan untuk direplikasi atau diekstensi oleh peneliti yang lain. Berdasarkan tinjauan teoritis, tinjuaun penelitian terdahulu dan relevan dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan dalam penelitian dimuka, maka hubungan variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan melalui gambar kerangka konseptual berikut ini. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance X: - Transparansi X 1 - Akuntabilitas X 2 - Responsibilitas X 3 - Kesetaraan Fairness X 4 H1 Kepuasan Pasien Y Gambar 3.1. Kerangka Konsep 28 Pengelolaan sektor publik terutama rumah sakit milik pemerintah masih belum sesuai dengan harapan masyarakat dan pengaruhnya selalu dikaitkan dengan buruknya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh aparat birokrasi pemerintahan dengan banyaknya pelanggaran-pelanggaran hukum dan praktek KKN yang sangat tinggi. Untuk mengubah pandangansikap masyarakat pada aparat birokrasi maka pemerintah mencoba menerapkan prinsip-prinsip GCG pada RSCM. Pemerintah semakin menyadari perlunya penerapan GCG di sektor publik, mengingat pelaksanaan GCG tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa adanya kerjasama pemerintah dan partisipasi masyarakat sebagai pemilik dan pengguna jasa pelayanan rumah sakit. Hubungan antara variabel dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara transparansi, akuntabilitas, responsibilitas dan fairness sebagai variabel bebas terhadap kepuasan pasien sebagai variabel terikat. Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar 3.1. Transparansi X 1 menggambarkan adanya keterbukaan atau kebebasan arus informasi dari pihak rumah sakit dalam hal pasien mendapatkan informasi harga biaya dokter, tarif kamar, obat dan pemeriksaan laboratorium, penyediaan system pelayanan dan media informasi, kesederhanaan prosedur berobat dan pengaduan layanan yang disediakan sehingga pasien merasa puas bahwa jasa yang diterimanya adalah benar-benar yang dibayar sesuai dengan tarif yang tertera, mudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, prosedur sederhana dan tidak rumit serta adanya sarana pengaduan apabila pasien merasakan adanya keluhan yang tidak menyenangkan dengan sikap dan perlakuan yang ramah dari petugas rumah sakit. Akuntabilitas X 2 menggambarkan kemampuan pihak rumah sakit untuk mematuhi dan mempertanggungjawabkan kebijakan terhadap kedisiplinan petugas untuk datang tepat waktu, ketepatan pemberian diagnosa, ketersediaan berbagai jenis layanan kesehatan dan adanya publikasi terhadap petugas rumah sakit yang melakukan malpraktek. Kedisiplinan petugas rumah sakit menyebabkan pasien merasa puas, sehingga pasien tidak perlu menunggu terlalu lama datangnya petugas, tidak kuatir atas kesalahan diagnosa yang diberikan oleh dokter dan lengkapnya berbagai jenis layanan yang mengatasi berbagai keluhan pasien. Responsibilitas X 3 menggambarkan adanya kepedulian pemerintah atau pihak rumah sakit dalam memberikan pengobatan gratis terhadap masyarakat yang kurang mampu, kenyamanan dan kebersihan rumah sakit, pengawasan rumah sakit terhadap ketersediaan obat di apotik rumah sakit dan terhindar dari obat- obatan yang kadaluarsa serta pembuangan limbah medis dan nonmedis yang memadai, sehingga pasien yang berkunjung ke rumah sakit merasa puas bahwa pihak rumah sakit peduli terhadap kesehatan masyarakat dalam situasi ekonomi yang terpuruk, merasa nyaman dengan kebersihan ruangan rumah sakit, tidak merasa kuatir mengkonsumsi obat-obatan karena bebas dari kadaluarsa melalui pengawasan yang ketat oleh pihak rumah sakit dan obat-obatan selalu tersedia di apotik rumah sakit karena lebih murah dibandingkan dengan apotik dari luar, hal ini disebabkan rumah sakit pemerintah tidak memperhitungkan biaya sewa ruangan. Selain itu pembuangan limbah yang memadai turut menciptakan suasana nyaman dan udara yang segar bagi pasien. Fairness X 4 adalah perlakuan yang sama kepada semua unsur tanpa memandang atribut yang menempel pada subjek tersebut seperti tidak membedakan pasien askes dan umum, memberikan pilihan berobat bagi setiap masalah yang dihadapi oleh pasien berdasarkan kemampuan, kecepatan pegawai dalam melayani pasien secara profesional dan informasi tentang penerimaan pegawai rumah sakit yang terbuka untuk umum. Kepuasan Pasien adalah sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk dengan harapan-harapannya yaitu kepuasan pasien terhadap kualitas produk obat-obatan dalam meningkatkan kesehatanmengatasi dan atau menyembuhkan penyakit, kualitas pelayanan petugas yang berhubungan dengan consumer satisfaction melalui etikaatau penampilan dalam melayani penyakit pasien, dan kemampuan menangani suatu kasus, secara emosional mengenai persepsi pasien terhadap fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, harga pelayanan rumah sakit yang masuk akal dan tagihan yang sesuai dengan tanda buktikuitansi. Menurut Sinambela, dkk. 2006: 129 Pada dasarnya pemerintah beserta seluruh jajaran aparatur birokrasi bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan pelayanan kesehatan, tetapi merupakan kenyataan bahwa peranan pemerintah dengan seluruh jajarannya bersifat dominan. Organisasi pemerintahan pada umumnya dikatakan sebagai birokrasi sedangkan yang memegang peranan dalam decision making sehari-hari adalah para birokrat. Dasar pemikiran keberhasilan peningkatan pelayanan di bidang kesehatan adalah perlu peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan berupaya menjadi yang terbaik dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui penerapan GCG.

3.2. Hipotesis Penelitian