26
temporomandibula. Beberapa penelitian menunjukkan adanya radikal oksidatif reaktif dalam cairan sinovial pada sendi temporomandibula yang mengalami gangguan.
49,56
2.3.2 Klasifikasi
Karena adanya ketidakpastian mengenai etiologi, dewasa ini pengklasifikasi diagnostik gangguan sendi temporomandibula dilakukan berdasarkan pada tanda dan
gejala. Pada awalnya klasifikasi gangguan sendi temporomandibula dibagi menjadi dua bagian yaitu, gangguan intrakapsular TMJ dan ekstrakapsular otot. Namun
klasifikasi ini tidak dapat digunakan dalam menentukan diagnosa beberapa kelainan yang terjadi pada otot mastikasi dan sendi temporomandibula. Oleh karena itu, dibuat
suatu klasifikasi yang dapat digunakan untuk menetapkan lebih dari satu diagnosis sehingga dapat lebih baik menggambarkan keadaan klinis pasien yang
sebenarnya.
49,58
American Academy of Orofacial Pain AAOP membuat suatu klasifikasi diagnosis gangguan temporomandibula yang dibagi atas 3 kategori secara umum
yaitu gangguan tulang kranial, gangguan sendi temporomandibula dan gangguan otot mastikasi.
49,58
1. Tulang kranial
Dalam klasifikasi terdiri gangguankongenital seperti aplasia, hipoplasia, hiperplasia, displasia seperti hemifacialmicrosomia,sindromPierreRobin, sindrom
TreacherCollins,hiperplasiakondilus, prognatisme,
displasiafibrosa dan gangguanyang didapat seperti neoplasia dan fraktur tulang kranial.
2. Gangguan sendi temporomandibula
Dalam klasifikasi ini yang termasuk dalam gangguan sendi temporomandibula adalah penyimpangan bentuk sendi, perpindahan diskusdengan reduksi atau
tanpareduksi, kondisi peradanganyaitu synovitiscapsulitis, Artritisosteoarthritis, osteoarthrosis, polyarthritides, ankilosisfibrous, bony dan neoplasia.
a. Penyimpangan bentuk
Perubahan bentuk terjadi disebabkan oleh adanya perubahan nyata pada bentuk permukaan artikular. Hal ini dapat terjadi pada kondilus, fossa dan diskus. Perubahan
27
bentuk struktur tulang pada kondilus atau fossa yang rata atau bahkan tonjolan pada kondilus. Perubahan bentuk struktur tulang diskus diantaranya terjadi penipisan dan
perforasi. Hal ini dapat mengakibatkan disfungsi sendi pada titik pergerakan tertentu saat membuka dan menutup mulut dan menimbulkan bunyi kliking pada sendi.
b. Pergeseran diskus
Pada saat bagian lamina retrodiscal inferior dan ligamen discal kolateral mengalami elongasi, posisi diskus akan bergeser lebih ke anterior dari otot pterygoid
lateral. Seiring dengan adanya tarikan ke anterior yang secara terus menerus maka batas bagian posterior diskus menjadi lebih tipis sehingga memungkinkan diskus
bergeser lebgih ke anterior. Pergeseran diskus dibedakan menjadi 2 yaitu dengan reduksi dan tanpa reduksi.
49
- Dengan reduksi
Saat sendi mendapat trauma, ligamen discal kolateral dan lamina retrodiscal inferior akan mengalami elongasi yang mengakibatkan terjadinya pergeseran diskus
ke anterior. Pada saat bagian anterior terus menarik maka terjadi penipisan pada batas posterior diskus. Hal ini menyebabkan posisi diskus tidak tepat atau sepenuhnya akan
dipaksa melewati ruang discal karena diskus dan kondilus tidak lagi berartikulasi, keadaan ini disebut sebagai dislokasi diskus. Namun dengan keadaan tersebut pasien
dapat menggerakkan rahang untuk mereposisi kondilus ke atas batas posterior diskus maka dikatakan diskus mengalami reduksi. Pada tipe ini ditandai dengan adanya
bunyi kliking atau gerakan sticking sementara pada saat membuka dan menutup mulut.
- Tanpa reduksi
Elongasi ligamen yang terjadi terus menerus pada dan hilangnya elastisitas lamina retrodiskal superior menyebabkan sulitnya mengembalikan diskus ke keadaan
semula. Saat terjadi dislokasi diskus tanpa reduksi maka terjadi translasi kondilus ke depan yang akan memaksa diskus di depan kondilus. Pada tipe ini terjadi trismus
atau rahang terkunci sehingga pembukaan normal mandibula tidak akan tercapai dimana batas pembukaan maksimal 25-30 mm dan disertai nyeri pada pembukaan
sendi atau nyeri clenching setelah hilangnya kliking.
28
c. Peradangan pada sendi
Peradangan pada sendi temporomandibula ditandai dengan adanya nyeri yang dalam yang terjadi secara terus menerus biasanya lebih ditekankan pada fungsi sendi.
Nyeri yang berlangsung secara terus menerus dapat menghasilkan efek pada pusat rangsangan sekunder. Hal ini biasanya ditunjukkan oleh timbulnya rasa nyeri, sangat
sensitif terhadap sentuhan hiperalgesia dan terjadi peningkatan protective co- contraction. Pengklasifikasian peradangan sendi dibuat berdasarkan struktur yang
terlibat seperti, synovitiscapsulitis, arthritis dan retrodiscitis. -
Synovitiscapsulitis Inflamasi pada jaringan synovial Synovitis dan ligamen kapsular capsulitis
secara klinis hampir sama oleh karena itu sulit untuk menetapkan diagnosis banding. Satu-satunya cara untuk membedakan kedua inflamasi ini dengan menggunakan
arthroscopy. Synovitiscapsulitis biasanya diikuti oleh adanya trauma pada jaringan, seperti makro trauma misalnya pukulan pada dagu dan mikrotrauma misalnya
adanya sedikit tekanan pada jaringan akibat pergeseran diskus ke anterior. Trauma yang juga dapat timbul pada saat mulut dibuka lebar dan pada pergerakan mandibula
yang kasar. Secara klinis akan menunjukkan adanya nyeri saat istirahat dan diperparah pada saat melakukan fungsinya dan keterbatasan pergerakan mandibula
yang diikuti dengan adanya nyeri. Apabila terdapat edema pembengkakan, hal ini menunjukkan kondilus bergeser lebih ke inferior sehingga menimbulkan adanya
gangguan oklusi ipsilateral gigi posterior. -
Arthritis Arthritis merupakan peradangan yang terjadi pada permukaan artikular sendi.
Artritis dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu: osteoarthritis, osteoarthrosis dan polyathritis.
1. Osteoarthrosis
Osteoarthrosis terjadi karena dislokasi diskus atau perforasi yang mengakibatkan kondilus berartikulasi langsung dengan fossa yang mempercepat proses kerusakan
dan terjadi perubahan tulang. Secara klinis terjadi keterbatasan jarak pembukaan mulut.
29
2. Osteoarthritis
Osteoarthritis menunjukkan proses kerusakan dari permukaan artikular tulang yang mengakibatkan perubahan pada kondilusdan fossa. Hal ini dianggap sebagai
respon tubuh terhadap peningkatan beban yang diterima sendi temporomandibula secara terus menerus. Keadaan ini mengakibatkan permukaan tulang artikular
melunak chondromalacia dan terjadi resorbsi tulang subartikular. Degenerasi yang terjadi secara progresif pada akhirnya menyebabkan hilangnya lapisan subkortikal
dan erosi tulang yang terlihat pada gambaran radiografi. Secara klinis sama dengan osteoarthrosis dan dijumpai adanya krepitasi serta nyeri pada saat dipalpasi.
3. Polyarthritis
Polyarthritis merupakan sekumpulan gangguan pada permukaan artikularis sendi yang mengalami inflamasi. Setiap gangguan dikenali berdasarkan faktor penyebabnya
seperti, traumatik arthritis, infeksi arthritis dan rheumatoid arthritis.
-
Retrodicitis Peradangan pada jaringan retrodiscal retrodicitis terjadi akibat makrotrauma
seperti pukulan pada dagu. Trauma terjadi secara mendadak dan memaksa bagian kondilus ke jaringan retrodiscal. Adanya injuri pada jaringan menimbulkan reaksi
inflamasi. Mikrotrauma juga dapat mengakibatkan retrodicitis seperti pada tahap lanjutan pergeseran diskus dan dislokasi sendi. Pada gambaran klinis gangguan ini
dapat ditemukan adanya keterbatasan pergerakan rahang yang disebabkan oleh arthralgia.
c. Gangguan otot mastikasi
Pada tipe ini dapat diidentifikasi dengan adanya nyeri pada daerah otot saat pergerakan rahang.
63
Nyeri otot berasal dari ekstra kapsular yang terutama disebabkan oleh adanya pengaruh inhibisi terhadap nyeri yang diterima. Pada umumnya dijumpai
keterbatasan pergerakan rahang yang sering tidak dihubungkan dengan perubahan struktur otot tersebut. Nyeri pada otot sering disertai oleh adanya perubahan oklusi
yang akut. Gangguan pada otot tidak menunjukkan tanda klinis yang sama. Oleh karena itu, gangguan otot dibedakan atas 5 tipe yaitu, protective co-contraction, nyeri
otot lokal, nyeri otot wajah, spasme otot dan centrally mediated myalgia.
49
30
2.3.3 Tanda dan Gejala