Produksi Perikanan Model pengembangan perikanan pelagis di Perairan Maluku

udang, kembung, layang, teri, selar, julung, serta komoditi lain-lain relatif meningkat selama periode 2002-2006. Kenaikan tersebut adalah seiring dengan peningkatan jumlah RTP, kapal penangkap, alat tangkap, serta nelayan pada periode yang sama. Rata-rata volume produksi ikan pelagis kecil seperti kembung dan layang sejak tahun 2002 hingga 2006 meningkat, sedangkan ikan selar, julung dan teri berfluktuasi pada periode tahun yang sama. Produksi ikan pelagis terbanyak pada tahun 2006 secara berurutan adalah ikan layang 35.129,8 ton, kembung 32.880,7 ton, selar 13.454,4 ton, teri 8.215,6 ton, dan julung 2.335,6 ton. Jika dibandingkan dengan tahun 2005 maka produksi ikan pelagis kecil dimaksud mengalami peningkatan produksi lebih besar dari 35 untuk masing-masing jenis ikan. Kecenderungan peningkatan produksi ikan pelagis kecil cukup intensif, walaupun demikian, total produksi, perubahan produksi hasil perikanan di Maluku tahun 2006 terhadap 2005 hanya meningkat sekitar 0,5. Sementara produksi ikan pelagis besar didominasi oleh ikan cakalang 20.719,2 ton, serta ikan tuna 6.293,0 ton. Jenis non ikan yang dominan adalah udang, lola, teripang, siput mutiara, rumput laut dan lain-lain yaitu sebesar 238.980,6 ton dari Kabupaten Maluku Tenggara. Produksi hasil perikanan yang dihasilkan di perairan Maluku menurut komoditi tercantum pada Tabel 8. Jumlah produksi ikan menurut komoditi jenis ikan tahun 2002 hanya sekitar 240.314 ton dan terus meningkat hingga tahun 2006 mencapai 488.090 ton. Hal ini disebabkan pada tahun 2002 nelayan lebih terfokus pada profesinya akibat pada tahun sebelumnya terjadi konflik sosial yang terjadi di daerah ini. Upaya peningkatan produksi tidak hanya berkaitan langsung dengan bertambahnya nelayan, tetapi perlu dukungan terhadap nelayan melalui modernisasi alat tangkap dan kapal penangkap. Hal ini disebabkan karena 905 kapal penangkap masih merupakan PTM dengan jangkauan yang terbatas, selain itu juga perlu dukungan finansial dan IPTEK perikanan bagi nelayan PTM dan kapal motor untuk lebih memperluas jangkauan operasi penangkapan ke wilayah perairan yang rendah tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan. Peningkatan produksi hasil perikanan berhubungan langsung dengan kondisi pasar untuk memberikan nilai tambah produk perikanan. Pemasaran hasil-hasil perikanan Maluku mempunyai peluang besar untuk keperluan konsumsi lokal maupun internasional. Peluang pasar eksport akhir-akhir ini terus meningkat, hal ini disebabkan karena: 1 jumlah penduduk dunia terus meningkat, 2 kesadaran manusia akan gizi ikan mulai meningkat, 3 semakin bertambahnya industri makanan dan minuman dengan bahan dasar dari biota laut. Komoditi perikanan Maluku dalam realisasi ekspor 2006 meliputi komoditi udang, ikan tuna, ikan campur, kepiting beku, dan ikan hidup. Sementara pasar dalam negeri mengarah pada produk ikan asin, ikan asap, abon ikan, kerupuk udang, serta kerupuk ikan. Produksi hasil perikanan menurut komoditi terlihat pada Tabel 8. Tabel 8 Produksi hasil perikanan di Maluku Tahun 2002-2006 Komoditi Volume ton Perubahan 2005-2006 2002 2003 2004 2005 2006 Udang 4348,2 5.748,9 6.776,7 928,8 3.838,1 312,8 Cakalang 6981,9 6.253,0 3.862,5 11.777,8 20.719,2 75,9 Tuna 4973,6 4.112,3 3.792,6 4.913,7 6.293,0 28,1 Kembung 3746,7 3.415,9 9.205,3 11.487,7 32.880,7 186,2 Layang 6828,7 8.914,4 15.518,6 19.098,6 35.129,8 83,9 Selar 4272,9 6.149,4 7.324,2 8.652,4 13.454,4 55,5 Julung 1201 1.150,6 1.094,2 1.539,3 2.335,6 51,7 Teri 4131 6.186,8 5.678,8 5.970,9 8.215,6 37,6 Lain-lain 203556 331.839 370.431 417.958 361,538 -13,5 Ikan darat 274 111,3 520,1 3.328,2 3.689,4 10,85 Jumlah 240314 373.882 428.204 485.657 488.090 0,5 Sumber: DKP Maluku 2006 Tabel 9 Produksi perikanan laut menurut komoditi non ikan pada KabupatenKota Tahun 2007 KabupatenKota Udang Lola Teripang Siput Mutiara Rumput Laut Lain- lain Jumlah ton Ambon 1576,6 - - - - 1440,9 77063,0 Maluku Tengah 33,3 12,8 40,5 11,8 2,1 340,2 91341,4 Seram Bagian Barat 7,5 7,7 67,6 6,8 18,4 153,4 15509,1 Seram Bagian Timur 35,8 - - - - 5,1 7593,5 Buru 4,8 - 9,8 - 50,5 104,9 33558,4 Maluku Tenggara 1734,9 447,2 40,9 13,5 - 3346,9 238980,6 Maluku Tenggara Barat - 70,1 318,8 - 89,1 483,6 14434,1 Kepulauan Aru 661,0 - 25,4 137,7 23,3 1179,1 10548,3 Jumlah 4044,9 537,8 493,0 169,8 183,4 7054,1 489018,4 Sumber: DKP Maluku 2007

2.3 Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap

Pengembangan menurut DEPDIKBUD 1990 dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pengertian proses, cara atau perbuatan mengembangkan. Pengembangan merupakan usaha perubahan dari suatu kondisi yang kurang kepada suatu yang dinilai lebih baik. Manurung et al. 1998, memberikan pengertian tentang pengembangan sebagai suatu proses yang membawa peningkatan kemampuan penduduk dalam mengelola lingkungan sosial yang disertai dengan meningkatkan taraf hidup mereka. Pengembangan adalah suatu proses yang menuju pada suatu kemajuan. Pengembangan usaha perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi dibidang perikanan dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan melalui penerapan teknologi yang lebih baik Bahari 1989. Kebijakan merupakan suatu bentuk keputusan pemerintah atau sebuah lembaga yang dibuat agar dapat memecahkan suatu masalah untuk mewujudkan suatu keinginan rakyat, suatu kebijakan mampu mempengaruhi keikutsertaan masyarakat yang secara keseluruhan dipengaruhi oleh proses kebijakan, mulai dari perumusan, pelaksanaan hingga penilaian kebijakan Abidin 2004. Kebijakan yang dilakukan akan bertolak pada dasar hukum serta peraturan yang berlaku. Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu perubahan dari suatu yang dinilai kurang kepada sesuatu yang dinilai lebih baik. Kemajuan akan dicapai apabila kondisi ekonomi berubahmeningkat, pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan mekanisme ekonomi, sosial dan institusional, baik swasta maupun pemerintah untuk dapat menciptakan perbaikan taraf hidup masyarakat dengan luas dan cepat Tara 2001 diacu oleh Jusuf 2005. Kebijakan pengelolaan mengacu pada upaya yang merupakan suatu bentuk tindakan yang sedemikian rupa untuk dapat menangani isu kebijakan dari awal hingga akhir. De Coning 2004 mengatakan bahwa analisis kebijakan adalah bagian dari kebijakan pengelolaan yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan dianggap resmi oleh pemerintah merupakan suatu bentuk dari suatu kebijakan yang sah dan mempunyai kewenangan dan memaksa kehendaknya untuk dipatuhi oleh setiap masyarakat. Pengembangan jenis teknologi penangkapan ikan di Indonesia perlu diarahkan agar dapat menunjang tujuan pembangunan umum perikanan, syarat- syarat yang harus dipenuhi menurut Monintja 2003, yaitu: 1 menyediakan kesempatan kerja yang banyak, 2 menjamin pendapatan yang memadai bagi para tenaga kerja atau nelayan, 3 menjamin jumlah produksi yang tinggi untuk menyediakan protein, 4 mendapatkan jenis ikan komoditi eksport atau jenis ikan yang bisa diekspor, 5 tidak merusak kelestarian sumberdaya. Upaya pengelolaan dan pengembangan perikanan laut dimasa mendatang akan terasa lebih berat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK, tetapi dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi itu pula diharapkan akan mampu mengatasi keterbatasan sumberdaya melalui suatu langkah yang rasional untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan. Langkah pengelolaan dan pengembangan tersebut juga harus mempertimbangkan aspek biologi, teknis, sosial, budaya, dan ekonomi Barus et al. 1991. Seleksi teknologi menurut Haluan dan Nurani 1988, dapat dilakukan melalui pengkajian pada aspek bio-technico-socio-economi-approach, oleh karena itu ada empat aspek yang harus dipenuhi oleh suatu jenis teknologi penangkapan ikan yang dikembangkan, yaitu: 1 jika ditinjau dari segi biologi tidak merusak dan mengganggu kelestarian sumberdaya, 2 secara teknis efektif digunakan, 3 secara sosial dapat diterima masyarakat nelayan, dan 4 secara ekonomi teknologi tersebut bersifat menguntungkan. Pengembangan jenis-jenis teknologi penangkapan ikan di Indonesia perlu diarahkan agar dapat menunjang tujuan pembangunan umum perikanan, apabila hal ini dapat disepakati, maka syarat- syarat pengembangan teknologi penangkapan Indonesia haruslah dapat: 1 Menyediakan kesempatan kerja yang banyak 2 Menjamin pendapatan yang memadai bagi para tenaga kerja atau nelayan 3 Menjamin jumlah produksi yang tinggi 4 Mendapatkan jenis ikan komoditi ekspor atau jenis ikan yang biasa diekspor 5 Tidak merusak kelestarian SDI Intensifikasi untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan pada dasarnya adalah merupakan penerapan teknologi modern pada sarana dan teknik yang digunakan termasuk alat penangkapan ikan, perahu atau kapal dan alat bantu penangkapan ikan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah,