Model dinamika spasial sistem perikanan kasus pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tengah

(1)

i

MODEL DINAMIKA SPASIAL SISTEM PERIKANAN:

KASUS PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN

PELAGIS KECIL DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

JAMES ABRAHAMSZ

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012


(2)

(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Model Dinamika Spasial Sistem Perikanan: Kasus Pengembangan Kawasan Perikanan Pelagis Kecil di Kabupaten Maluku Tengah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2012

James Abrahamsz NRP.C462070094/SPT


(4)

(5)

v

ABSTRACT

JAMES ABRAHAMSZ. Spatial Dynamic Model of Fishery System: Case of Small Pelagic Fisheries Area Development at Central Mollucas Regency. Under Supervision of BUDY WIRYAWAN, MUSTARUDDIN and BAMBANG MURDIYANTO.

Disparities of fisheries development in Central Mollucas regency were indicated by differences in fishery system dynamics. High potency and good access to the utilization of small pelagic fishes in the WPP-RI 714 and 715 do not guarantee the welfare of fishers in the region. This condition requires the touch of a fisheries development strategy based on the dynamics of fishery systems. The purpose of this research is to develop the model of spatial dynamics of the fishery system in the area development of small pelagic fisheries. Specially, to analyze spatial dynamics of fisheries system includes natural, human and management subsystems to determine fishing ground accessibilities as an instrument to develop the small pelagic fisheries area, to defining primary commodities, main fishing units and its optimal allocation to support small pelagic fisheries area development, and to determine effects of fishery management policies on small pelagic fisheries area development. The study produced Model of TipoSan, InSist and MoDiS that accommodate the dynamics of the fisheries system components to develop small pelagic fisheries area. Spatial dynamics of natural subsystems which configuration the dynamics of fishing ground accessibility, implications to determine the base of small pelagic fisheries area through nearest access, (2) primary commodities of pelagic fishes are Decapterus spp. Selaroides leptolepis, Elagastis bipinnulatus, Rastrelliger spp. and Stolephorus indicus; seleted fishing technologies are purse seine, boat/raft lift net, vertical hand line, and drift gill net with optimum allocation are 175 units of purse seine and 1,643 units of vertical hand line; and 31.263 fishers; (3) the spatial dynamics of management subsystems based on goverment policies is still weak to supporting the development of small pelagic fisheries area in Central Mollucas regency.

Keywords: small pelagic fisheries, fishery system, spatial dynamic model, TipoSan, InSist, MoDiS


(6)

vi

RINGKASAN

JAMES ABRAHAMSZ. Model Dinamika Spasial Sistem Perikanan: Kasus Pengembangan Kawasan Perikanan Pelagis Kecil di Kabupaten Maluku Tengah. Dibimbing oleh BUDY WIRYAWAN, MUSTARUDDIN and BAMBANG MURDIYANTO.

Disparitas pembangunan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah diindikasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam dinamika sistem perikanan. Potensi tinggi dan akses yang baik dalam pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WWP) 714 dan 715, tidak menjamin tingkat kesejahteraan nelayan di wilayah ini. Tujuan Penelitian ini untuk mengembangkan model dinamika spasial sistem perikanan dalam pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk: (1) mengkaji dinamika sub sistem alam dalam menentukan dinamika aksesibilitas daerah penangkapan ikan sebagai salah satu instrumen pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil; (2) mengkaji dinamika spasial sub sistem manusia dalam menentukan komoditas unggulan dan alat tangkap pilihan serta alokasi unit penangkapan ikan dan tenaga kerja dalam mendukung pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil; serta (3) mengkaji dinamika spasial sub sistem pengelolaan dalam menentukan pengaruh kebijakan pengelolaan perikanan yang berimplikasi pada pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil. Penelitian ini menghasilkan Model TipoSan, InSist dan MoDiS yang mengakomodasi dinamika komponen-komponen sistem perikanan untuk pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil. Secara khusus: (1) dinamika spasial sub sistem alam yang membentuk dinamika aksesibilitas daerah penangkapan ikan, berimplikasi pada penentuan basis kawasan perikanan pelagis kecil melalui akses terdekat; (2) komoditas perikanan pelagis kecil unggulan adalah: ikan layang, selar, sunglir, kembung dan teri; unit penangkapan ikan pelagis kecil pilihan adalah pukat cincin, bagan apung, pancing tegak dan jaring insang hanyut dengan alokasi optimal pukat cincin 175 unit dan pancing tegak 1.643 unit; alokasi optimal tenaga kerja perikanan sebanyak 31.263 orang; (3) dinamika spasial sub sistem pengelolaan perikanan berbasis kebijakan pemerintah masih lemah dalam mendukung pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tengah.

Kata kunci: perikanan pelagis kecil, sistem perikanan, model dinamika spasial, TipoSan, InSist, MoDiS


(7)

vii

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya;

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(8)

(9)

ix

MODEL DINAMIKA SPASIAL SISTEM PERIKANAN:

KASUS PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN

PELAGIS KECIL DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

JAMES ABRAHAMSZ

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

pada Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012


(10)

x

Penguji Luar Komisi Pembimbing:

Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup: 1. Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si (Staf Pengajar FPIK IPB)

2. Dr. Ir. Sugeng Hariwisudo, M.Si

3. (Staf Pengajar FPIK IPB)

Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka: 1. Prof. Dr. Ir. Alex S.W. Retraubun, M.Sc (Wakil Menteri Perindustrian Repulik Indonesia, Guru Besar FPIK Unpatti) 2. Prof. Dr. Ir. Niete V. Huliselan, M.Sc


(11)

xi

Judul Disertasi : Model Dinamika Spasial Sistem Perikanan: Kasus Pengembangan Kawasan Perikanan Pelagis Kecil di Kabupaten Maluku Tengah

Nama : James Abrahamsz

NRP. : C462070094/SPT

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc Ketua

Dr. Mustaruddin, S.TP Prof. Dr. Ir. Bambang Murdiyanto, M.Sc

Anggota Anggota

Mengetahui,

Program Studi Sistem dan Dekan Sekolah Pascasarjana Pemodelan Perikanan Tangkap Ketua,

Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr


(12)

(13)

xiii

PRAKATA

Perencanaan dan pengembangan kawasan perikanan mulai menjadi perhatian pemerintah, salah satunya dengan pengembangan kawasan Minapolitan. Pembangunan perikanan berbasis kawasan masih relatif kurang dikembangkan melalui kajian-kajian berbasis ilmu wilayah. Padahal pendekatan ilmu wilayah memiliki spefisikasi yang kuat dalam mencermati dinamika sistem wilayah, seperti halnya sistem perikanan di suatu wilayah.

Perbedaan dinamika sistem perikanan antar kawasan menunjukkan adanya disparitas pembangunan perikanan di wilayah itu. Kondisi ini ditemukan juga pada wilayah Kabupaten Maluku Tengah yang memiliki peluang akses sumber daya perikanan di wilayahnya. Distribusi penduduk miskin sekitar 83,68%, khususnya pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil menunjukkan masih ada persoalan yang harus dicermati. Salah satunya adalah melalui upaya-upaya untuk mereduksi disparitas pembangunan perikanan yang terjadi.

Pendekatan analisis dinamika spasial terhadap sistem perikanan dalam rangka pengembangan kawasan perikanan menjadi dasar untuk mengembangkan penelitian ini. Tujuannya adalah mengembangkan model dinamika spasial sistem perikanan dalam pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil. Secara khusus, penelitian ini dilakukan untuk: (1) mengkaji dinamika aksesibilitas daerah penangkapan ikan sebagai salah satu instrumen pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil melalui identifikasi dinamika spasial sub sistem alam; (2) menentukan komoditas unggulan dan alat tangkap pilihan serta alokasi spasial optimal unit penangkapan ikan dalam mendukung pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil melalui identifikasi dinamika spasial sub sistem manusia; serta (3) mengkaji pengaruh kebijakan pengelolaan perikanan dalam pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil.

Dengan selesainya disertasi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Mantan Pembantu Rektor I, Prof. Dr. J. Ajawaila (Alm), atas nama Rektor Universitas Pattimutra, yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk mengikuti studi;


(14)

xiv

2. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura, Ir. Dicky Sahetapy, M.Sc., dan ketua Program Studi Ilmu Kelautan, Program Pascasarjana Universitas Pattimura, Prof. Dr. Ir. N.V. Huliselan, M.Sc yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk mengikuti studi;

3. Prof. Dr. Ir. Daniel Monintja, M.Sc dan Dr. Ir. Victor P. H. Nikijuluw, M.Sc. yang telah merekomendasikan penulis untuk mengikuti studi;

4. Dr. Ir. Budy Wiryawan., Dr. Mustaruddin, S.TP., dan Prof. Dr. Ir. Bambang Murdiyanto, M.Sc., selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan mulai dari proses penyusunan proposal, penelitian dan penulisan sampai dengan penyusunan disertasi ini;

5. Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si selaku komisi pendidikan yang memberikan masukan konstruktif dalam penyusunan disertasi ini;

6. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, dan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB; 7. Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc dan Dr. Ir. Sugeng Hariwisudo, M.Si

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor;

8. Staf dosen Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap Sekolah Pascasarjana IPB;

9. Dr. Ir. R. Far-Far, M.Si untuk dukungan yang diberikan;

10. Nando, Eddy, Ois dan Vio untuk dukungan dan kebersamaannya selama ini; Penulis berharap disertasi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya para pengelolaan perikanan yang interest dengan konsep pembangunan perikanan berbasis kawasan. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menuntun dan memberkati penulis untuk menyelesaikan disertasi ini akan melimpahi berkat bagi semua pihak yang telah memberikan kontribusi bagi penulis selama mengikuti pendidikan pada Pascasarjana IPB.

Bogor, Agustus 2012


(15)

xv

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Ambon, Provinsi Maluku, pada hari Senin tanggal 02 Juni 1969, dari ayah Librecht Abrahamsz (Alm.) dan ibu Adonia Abrahamsz. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menikah dengan Marces Jacoba Khouw, S.Pi dan dikaruniai tiga orang anak yakni Jodie Giovanna Abrahamsz, Jazzy Abrahamsz dan Jason Abrahamsz.

Penulis memulai pendidikan formalnya pada jenjang Sekolah Dasar di SD Kristen Urimesing B3 pada tahun 1975. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama pada SMP Negeri 3 Ambon tahun 1981 dan lulus pada tahun 1984. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas pada SMA Negeri 1 Ambon dan lulus pada tahun 1987. Pendidikan tinggi diikuti pada Fakultas Perikanan Universitas Pattimura Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan tahun 1987 dan lulus 1993. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah, Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, Manado, dan lulus pada tahun 2000. Penulis memperoleh kesempatan untuk meneruskan pendidikan S3 pada Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap, Sekolah Pascasarjana Insitut Pertanian Bogor dengan biaya sendiri pada tahun 2008.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas sejak tanggal 01 Desember 2001. Beberapa tulisan ilmiah dari penulis yang telah diterbitkan baik pada jurnal nasional, internasional dan buku teks, berorientasi pada aspek spasial dari perencanaan dan pengelolaan perikanan, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Bogor, Agustus 2012


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ………... i

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ……….... iii

ABSTRACT ... v

RINGKASAN ……….. vi

LEMBAR PENGESAHAN ……….... xi

PRAKATA ………... xiii

DAFTAR ISI ……… xvii

DAFTAR TABEL ………... xxiii

DAFTAR GAMBAR ………... xxvii

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xxx

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ………..……….…… xxxi

1 PENDAHULUAN ………..……….………. 1

1.1 Latar Belakang ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 8

1.3 Hipotesis Penelitian ……….... 10

1.4 Tujuan Penelitian ……….... 10

1.5 Manfaat Penelitian ..………... 11

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ………... 12

1.7 Kebaruan ………... 17

2 TINJAUAN PUSTAKA ……….………... 19

2.1 Sistem Perikanan Berkelanjutan ………... 19

2.1.1 Sub sistem alam dalam sistem perikanan pelagis kecil … 19 2.1.2 Sub sistem manusia dalam sistem perikanan pelagis kecil ... 32

2.1.3 Sub sistem alam dalam sistem perikanan pelagis kecil … 41 2.2 Dinamika Sistem Perikanan ……… 43


(17)

xviii

2.4 Tinjauan Empiris Dinamika Spasial Sistem Perikanan ... 49

2.4.1 Tipologi kawasan pengembangan perikanan ………... 49

2.4.2 Indeks sentralitas sistem perikanan ……….. 51

2.4.3 Model dinamika spasial sistem perikanan ………... 52

3 METODE PENELITIAN ………. 59

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 59

3.2 Data dan Metode Pengumpulan Data ……….... 61

3.2.1 Jenis data ……….. 61

3.2.2 Metode pengumpulan data ………... 61

3.3 Metode Analisis ………... 68

3.3.1 Analisis dinamika sub sistem alam ………... 68

3.3.2 Analisis dinamika sub sistem manusia ………... 72

3.3.3 Analisis dinamika sub sistem pengelolaan ………. 77

3.3.4 Analisis tipologi kawasan perikanan ……….. 83

3.3.5 Analisis sentralitas sistem perikanan ……….. 87

4 TINJAUAN UMUM PERIKANAN MALUKU TENGAH ……... 91

4.1 Gambaran Umum Maluku Tengah ……….... 91

4.1.1 Batasan wilayah ……….. 91

4.1.2 Iklim dan musim ………. 92

4.2 Infrastruktur Wilayah ……….... 93

4.2.1 Infrastruktur ekonomi ………. 93

4.2.2 Infrastruktur perhubungan dan transportasi ………….... 93

4.2.3 Telekomunikasi ………... 95

4.2.4 Air bersih ……… 95

4.2.5 Listrik ……….. 96

4.3 Eksistensi Sektor Perikanan dalam Perekonomian Daerah …... 96

4.4 Gambaran Umum Perikanan Maluku Tengah ………... 98

4.4.1 Produksi perikanan ……….. 98

4.4.2 Infrastruktur perikanan ……… 100

4.4.3 Pendapatan perkapita nelayan ………. 101

4.4.4 Perizinan perikanan ………. 103

5 DINAMIKA SPASIAL SUB SISTEM ALAM ………... 105


(18)

xix

5.2 Metodologi ………... 106

5.2.1 Analisis dinamika musiman suhu permukaan laut dan klorofil-a ………... 106

5.2.2 Analisis dinamika musiman DPI ………... 107

5.2.3 Analisis potensi DPI dan distribusi spasial ……….. 107

5.2.4 Analisis implikasi dinamika sub sistem alam bagi pengembangan kawasan perikanan ………... 108

5.3 Dinamika Musiman Suhu Permukaan Laut ………. 109

5.4 Dinamika Musiman Klorofil-a ………... 116

5.5 Dinamika Daerah Penangkapan Ikan Pelagis Kecil …………... 125

5.5.1 DPI musim Barat ………... 125

5.5.2 DPI musim peralihan Barat - Timur ………... 128

5.5.3 DPI musim Timur ……….... 129

5.5.4 DPI musim peralihan Timur - Barat ………... 132

5.6 Potensi Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Distribusi Spasial 136 5.7 Implikasi Dinamika Sub Sistem Alam Bagi Pengembangan Kawasan Perikanan ………... 143

5.8 Kesimpulan ………... 154

6 DINAMIKA SPASIAL SUB SISTEM MANUSIA ……….... 155

6.1 Pendahuluan …………... 155

6.2 Metodologi …………... 156

6.2.1 Analisis dinamika nelayan dan rumah tangga perikanan . 156 6.2.2 Analisis dinamika alat penangkapan ikan dan upaya penangkapan …... 157

6.2.3 Analisis dinamika produksi ikan pelagis kecil …... 158

6.2.4 Analisis dinamika distribusi dan pemasaran hasil perikanan ... 158

6.2.5 Analisis dinamika pengolahan hasil perikanan pelagis kecil ... 159

6.2.6 Analisis implikasi dinamika sub sistem manusia bagi pengembangan kawasan perikanan ... 160

6.3 Dinamika Nelayan dan Rumah Tangga Perikanan ……… 164

6.4 Dinamika Alat Penangkapan Ikan dan Upaya Penangkapan ... 170

6.4.1 Dinamika perkembangan alat penangkapan ikan pelagis kecil ……….. 170


(19)

xx

6.4.2 Dinamika perkembangan upaya penangkapan ikan

pelagis kecil ……… 175

6.5 Dinamika Produksi Ikan Pelagis Kecil ………... 181 6.6 Dinamika Pengolahan Hasil Perikanan Pelagis Kecil ………. 188 6.7 Dinamika Distribusi dan Pemasaran Hasil Perikanan Pelagis

Kecil ………... 194

6.8 Implikasi Dinamika Sub Sistem Manusia Bagi Pengembangan

Kawasan Perikanan ……… 200

6.8.1 Kapasitas dan upaya penangkapan standar ………. 201 6.8.2 Kelayakan usaha secara finansial ………. 204 6.8.3 Komoditas unggulan dan alat penangkapan ikan pilihan . 209 6.8.4 Alokasi spatial-optimal unit penangkapan ikan pelagis

kecil ……….. 219

6.9 Kesimpulan ... 227 7 DINAMIKA SPASIAL SUB SISTEM PENGELOLAAN ……… 229 7.1 Pendahuluan ………... 229 7.2 Metodologi ... 231

7.2.1 Analisis dinamika sub sistem pengelolaan berbasis

kebijakan Nasional ... 231 7.2.2 Analisis dinamika sub sistem pengelolaan berbasis

kebijakan Provinsi Maluku ... 232 7.2.3 Analisis dinamika sub sistem pengelolaan berbasis

kebijakan Kabupaten Maluku Tengah ... 232 7.2.4 Analisis dinamika pengelolaan: Pendekatan model

struktural ……… 233

7.3 Dinamika Sub Sistem Pengelolaan Berbasis Kebijakan

Nasional ... 236 7.3.1 Kebijakan umum pengelolaan perikanan ………... 236 7.3.2 Kebijakan status eksploitasi sumber daya ikan di

wilayah penelitian ………... 239 7.3.3 Kebijakan WPP-RI dan alokasi API di wilayah

penelitian ... 240 7.3.4 Roadmap implementasi kebijakan pemerintah pusat ... 244 7.4 Dinamika Sub Sistem Pengelolaan Berbasis Kebijakan Provinsi

Maluku ... 247 7.4.1 Kebijakan umum pengelolaan perikanan di Maluku ...… 247


(20)

xxi

7.4.2 Rencana strategis pengelolaan perikanan Provinsi Maluku ...

249

7.4.3 Roadmap implementasi kebijakan pemerintah Provinsi .. 253

7.5 Dinamika Sub Sistem Pengelolaan Berbasis Kebijakan Kabupaten Maluku Tengah ... 255

7.5.1 Kebijakan strategis pengelolaan perikanan di Maluku Tengah ……….. 255

7.5.2 Roadmap implementasi kebijakan di wilayah penelitian . 257 7.6 Implikasi Dinamika Sub Sistem Pengelolaan Berbasis Kebijakan Bagi Pengembangan Kawasan Perikanan ………... 261

7.6.1 Implikasi dinamika sub sistem pengelolaan berbasis kebijakan bagi pengembangan kawasan perikanan ... 261

7.6.2 Dinamika pengelolaan; Pendekatan model persamaan struktural ………. 267

7.7 Kesimpulan ... 281

8 PEMBAHASAN ……… 283

8.1 Rancang Bangun Model ……….... 284

8.1.1 Rancang bangun model TipoSan ………. 284

8.1.2 Rancang bangun model InSist ………. 287

8.1.3 Rancangan bangun model dinamika spasial sistem perikanan: MoDiS ………. 289

8.2 TipoSan dan Aplikasi Bagi Pengembangan Kawasan Perikanan 290 8.2.1 Model TipoSan_1: Agregasi komponen sistem perikanan 290 8.2.2 Model TipoSan_2: Basis pengembangan komoditas unggulan ………... 294

8.2.3 Aplikasi Model TipoSan bagi pengembangan kawasan perikanan ………. 303

8.3 InSist dan Aplikasi Bagi Pengembangan Kawasan Perikanan . 308 8.3.1 Model parsial: InSist_1 ………. 308

8.3.2 Model agregat: InSist_2………. 314

8.3.3 Aplikasi Model InSist bagi pengembangan kawasan perikanan ………. 316

8.4 MoDiS dan Aplikasi Bagi Pengembangan Kawasan Perikanan . 317 9 KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 327

9.1 Kesimpulan ... 327


(21)

xxii

DAFTAR PUSTAKA ………... 329


(22)

xxiii

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Distribusi volume dan nilai produksi perikanan laut per

Kecamatan di Maluku Tengah Tahun 2010 ………... 3 2 Komponen model dalam studi empiris terkait Model Dinamika

Spasial Sistem Perikanan ………... 56 3 Nilai parameter sistem yang diset dalam pengambilan data

akustik ………... 63

4 Goodness-of-fit Index (kriteria uji kesesuaian dan uji statistik) .... 83 5 Pemetaan data, metode pengumpulan data dan keluaran

berdasarkan tujuan penelitian, komponen analisis dan metode

analisis ………... 84

6 Distribusi Desa/Kelurahan pesisir dan non pesisir per kawasan

pengembangan di Kabupaten Maluku Tengah ……... 92 7 Distribusi dermaga laut di Kabupaten Maluku Tengah Tahun

2010 ………... 94

8 Kontribusi sektor perikanan (%) terhadap PDRB Kabupaten

Maluku Tengah per kawasan tahun 2003 – 2010 ………... 97 9 Volume produksi 11 jenis utama komoditas perikanan laut di

Kabupaten Maluku Tengah ………... 100 10 Distribusi spasial infrastruktur perikanan di Kabupaten Maluku

Tengah ………... 101 11 Perkembangan pendapatan perkapita nelayan Maluku Tengah

(Rp) tahun 2006 – 2010 ………... 102 12 Distribusi jumlah lokasi (titik) penangkapan yang selalu diakses

tiap kawasan pengembangan perikanan pada musim Barat …... 126 13 Distribusi jumlah lokasi (titik) penangkapan yang selalu diakses

tiap kawasan pengembangan perikanan pada musim Peralihan Barat-Timur ………...

128 14 Distribusi jumlah lokasi (titik) penangkapan yang selalu diakses

tiap kawasan pengembangan perikanan musim Timur ... 131 15 Distribusi jumlah lokasi (titik) penangkapan yang selalu diakses

tiap kawasan pengembangan perikanan pada musim peralihan

Timur-Barat ………... 134 16 Distribusi nilai parameter estimasi potensi ikan pelagis kecil di

Perairan Maluku Tengah ………... 140 17 Distribusi nelayan dan RTP tangkap per kawasan pengembangan


(23)

xxiv

18 Distribusi alat penangkapan ikan pelagis kecil per kawasan pengembangan di wilayah Selatan Kabupaten Maluku Tengah,

Tahun 2010 ………... 170 19 Distribusi upaya penangkapan ikan pelagis kecil per kawasan

pengembangan di wilayah Selatan Kabupaten Maluku Tengah,

Tahun 2010 ………... 176 20 Perkembangan upaya tangkap per jenis alat penangkapan ikan

dominan di wilayah Selatan Maluku Tengah, Tahun 2001-2010 . 179 21 Distribusi volume produksi ikan pelagis kecil per kawasan

pengembangan di wilayah Selatan Kabupaten Maluku Tengah,

Tahun 2010 ………... 182 22 Perkembangan volume produksi ikan pelagis kecil tiap alat

tangkap dominan (ton) di wilayah Selatan Maluku Tengah tahun

2001–2010 ………... 184 23 Distribusi jumlah pengolah dan rumah tangga pengolah ikan

pelagis kecil per kawasan pengembangan di wilayah Selatan

Kabupaten Maluku Tengah, Tahun 2010 ………... 189 24 Rata-rata tahunan volume produksi hasil olahan ikan pelagis

kecil tiap kawasan pengembangan (ton) di wilayah Selatan

Maluku Tengah ………... 192

25 Kontribusi tiap kawasan terhadap tingkat distribusi dan pemasaran produk ikan pelagis kecil di wilayah Selatan Maluku

Tengah ... 197 26 Upaya penangkapan standar unit alat tangkap ikan pelagis kecil

dominan di perairan Maluku Tengah tahun 2001 – 2010 ... 203 27 Distribusi nilai kelayakan finansial unit penangkapan ikan

pelagis kecil dominan di perairan Selatan Maluku Tengah ... 208 28 Distribusi fungsi nilai dan rangking komoditas pelagis kecil

unggulan di wilayah Selatan Maluku Tengah ... 210 29 Keragaan aspek teknis teknologi penangkapan ikan pelagis kecil

eksisting di perairan Selatan Maluku Tengah ... 212 30 Keragaan aspek finansial teknologi penangkapan ikan pelagis

kecil eksisting di perairan Selatan Maluku Tengah ... 213 31 Keragaan aspek lingkungan teknologi penangkapan ikan pelagis

kecil eksisting di perairan Selatan Maluku Tengah ... 217 32 Keragaan aspek sosial teknologi penangkapan ikan pelagis kecil

eksisting di perairan Selatan Maluku Tengah ... 218 33 Jenis teknologi penangkapan ikan pelagis kecil pilihan di

perairan Selatan Maluku Tengah ... 218


(24)

xxv

34 Alokasi optimal alat penangkapan ikan pelagis kecil pilihan di

wilayah Selatan Maluku Tengah ………... 222 35 Alokasi spasial optimal alat penangkapan ikan pelagis kecil

pilihan di wilayah Selatan Maluku Tengah ………... 223 36 Alokasi spasial optimal tenaga kerja ikan pelagis kecil pilihan di

wilayah Selatan Maluku Tengah ………... 224 37 Distribusi kelompok dan jenis API dengan status penempatan

per jalur penangkapan dan pada wilayah penelitian WPP 714 ... 243 38 Roadmap kebijakan pemerintah pusat terhadap pengelolaan

perikanan di wilayah penelitian, 2006-2010 ………... 245 39 Roadmap kebijakan pemerintah provinsi terhadap pengelolaan

perikanan di wilayah penelitian, 2006-2010 ………... 254 40 Roadmap kebijakan pemerintah kabupaten terhadap pengelolaan

perikanan di wilayah penelitian, 2006-2010 ……... 258 41 Dinamika implementasi kebijakan dalam mengakomodasi

permohonan kelompok nelayan pelagis kecil di wilayah Selatan

Maluku Tengah ………... 262 42 Dinamika implementasi kebijakan pengembangan armada

penangkapan ikan pelagis kecil di wilayah Selatan Maluku

Tengah ………... 263

43 Dinamika implementasi kebijakan pengembangan infrastruktur

perikanan di wilayah Selatan Maluku Tengah ………... 266 44 Hasil pengujian nornalitas data dalam analisis structural

equation modeling dengan Program Amos Profesional 4.00 ... 268 45 Hasil evaluasi kesesuaian model persamaan struktural terhadap

kriteria goodness-of-fit yang dipersyaratkan ………... 270 46 Koefisien pengaruh (Kp) dan probabilitas (P) kebijakan

pemerintah bagi pengembangan kawasan perikanan di Maluku

Tengah ………... 272 47 Koefisien pengaruh (Kp) dan probabilitas (P) pengembangan

kawasan perikanan terhadap indikator pengembangan kawasan

perikanan di Maluku Tengah ………... 277 48 Koefisien pengaruh (Kp) dan probabilitas (P) interaksi indikator

perkembangan kawasan perikanan di Maluku Tengah ... 279 49 Rataan nilai fungsi kapasitas kawasan perikanan (RFN_K) di

wilayah Selatan Maluku Tengah ………... 291 50 Rataan nilai fungsi produktivitas kawasan perikanan (RFN_P) di

wilayah Selatan Maluku Tengah ………... 292


(25)

xxvi

51 Distribusi nilai koefisien regresi (b) dan determinasi (R2) seluruh API pilihan dalam pemanfaatan komoditas pelagis kecil

unggulan di wilayah Selatan Maluku Tengah …………... 295 52 Basis pengembangan komoditas unggulan dan potensi teknologi

penangkapan ikan pilihan untuk kawasan inti (pusat pengembangan) perikanan pelagis kecil di wilayah Selatan

Maluku Tengah ………... 304

53 Distribusi indeks sentralitas sub sistem alam dalam sistem perikanan perikanan pelagis kecil di wilayah Selatan Maluku

Tengah ………... 308 54 Pengelompokkan kawasan perikanan pelagis kecil di wilayah

Selatan Maluku Tengah berdasarkan status sentralitas sub sistem

alam ………... 309 55 Distribusi indeks sentralitas sub sistem manusia dalam sistem

perikanan perikanan pelagis kecil di wilayah Selatan Maluku

Tengah ………... 311 56 Pengelompokkan kawasan perikanan pelagis kecil di wilayah

Selatan Maluku Tengah berdasarkan status sentralitas sub sistem

manusia ………... 312 57 Distribusi indeks sentralitas sub sistem pengelolaan dalam

sistem perikanan perikanan pelagis kecil di wilayah Selatan

Maluku Tengah ………... 313

58 Pengelompokkan kawasan perikanan pelagis kecil di wilayah Selatan Maluku Tengah berdasarkan status sentralitas sub sistem

pengelolaan ………... 313 59 Pengelompokkan kawasan perikanan pelagis kecil di wilayah

Selatan Maluku Tengah berdasarkan status sentralitas sub sistem

pengelolaan ………... 315 60 Kriteria penilaian status kawasan perikanan pelagis kecil sesuai

tingkat prioritas pengembangan di wilayah Selatan Maluku


(26)

xxvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Perbedaan wilayah ekologis di Kabupaten Maluku Tengah ... 2 2 Distribusi keluarga miskin dan proporsinya di wilayah P3K di

Kab. Maluku Tengah (BKKBN dan BPS Kab.Maluku Tengah,

2010, diolah) ………... 4 3 Kerangka pikir penelitian ………... 12 4 Daerah penangkapan dari unit-unit pancing tangan di Laut

Banda dan Laut Seram (Sumber: Matakupan et al., 2006c) …... 26 5 Peta lokasi penelitian ………... 60 6 Rancangan path diagram kebijakan pengelolaan kawasan

perikanan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tengah ………... 79 7 Distribusi nilai Location Quotient sektor perikanan pada tiap

kawasan di Kabupaten Maluku Tengah, Tahun 2003 – 2010 ... 98 8 Distribusi spasial produksi perikanan laut di Kabupaten Maluku

Tengah, Tahun 2010 ………... 99 9 Distribusi nilai maksimum, minimun dan rata-rata SPL di

perairan Kabupaten Maluku Tengah, tahun 2010 ………... 109 10 Distribusi SPL pada musim Barat di perairan Kabupaten Maluku

Tengah, Tahun 2009-2010 ………... 111 11 Distribusi SPL pada musim peralihan Barat-Timur di perairan

Kabupaten Maluku Tengah, Tahun 2010 ………... 112 12 Distribusi kandungan suhu permukaan laut pada musim Timur

di perairan Kabupaten Maluku Tengah, Tahun 2010 ………... 113 13 Distribusi kandungan suhu permukaan laut pada musim

peralihan Timur-Barat di perairan Kabupaten Maluku Tengah,

Tahun 2010 ………... 115

14 Distribusi nilai maksimum, minimun dan rata-rata klorofil-a di

perairan Kabupaten Maluku Tengah, Tahun 2010 ……….... 117 15 Distribusi kandungan klorofil-a pada musim Barat di perairan

Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2010 ………... 118 16 Distribusi kandungan klorofil-a pada musim peralihan

Barat-Timur di perairan Kabupaten Maluku Tengah, Tahun 2010 ... 120 17 Distribusi kandungan klorofil-a pada musim Timur di perairan

Kabupaten Maluku Tengah, Tahun 2010 ………... 121


(27)

xxviii

18 Distribusi kandungan klorofil-a pada musim peralihan

Timur-Barat di perairan Kabupaten Maluku Tengah, Tahun 2010 …... 123 19 Peta daerah penangkapan ikan pada musim barat di perairan

Maluku Tengah bagian Selatan ………... 127 20 Peta daerah penangkapan ikan pada musim peralihan

Barat-Timur di perairan Maluku Tengah bagian Selatan ……….... 130 21 Peta daerah penangkapan ikan pada musim Timur di perairan

Maluku Tengah bagian Selatan ………... 133 22 Peta daerah penangkapan ikan pada musim peralihan

Timur-Barat di perairan Maluku Tengah bagian Selatan ………... 135 23 Contoh echogram kelompok ikan pelagis di perairan Selat Seram 137 24 Contoh echogram kelompok ikan pelagis di perairan Selatan

Pulau Haruku ………... 138

25 Contoh echogram kelompok ikan pelagis di perairan Timur

Pulau Saparua ……….... 138

26 Contoh echogram kelompok ikan pelagis di perairan Utara Pulau

Saparua ………... 139 27 Peta distribusi kepadatan (densitas) ikan pada perairan Maluku

Tengah bagian Selatan ………... 142 28 Dinamika aksesibilitas Daerah Penangkapan Ikan dari kawasan

Kota Masohi dan Amahai ………... 145 29 Dinamika aksesibilitas Daerah Penangkapan Ikan dari kawasan

Saparua dan Haruku ………... 148 30 Dinamika aksesibilitas Daerah Penangkapan Ikan dari kawasan

Tehoru dan Nusalaut ………... 149 31 Dinamika aksesibilitas Daerah Penangkapan Ikan dari kawasan

Leihitu dan Salahutu ………... 151 32 Dinamika temporal akses DPI pelagis kecil di perairan Selatan

Maluku Tengah ………... 152

33 Dinamika pertumbuhan nelayan tahunan di wilayah Selatan

Maluku Tengah ………... 167

34 Dinamika pertumbuhan rumah tangga perikanan tahunan di

wilayah Selatan Maluku Tengah ………... 168 35 Perkembangan alat tangkap ikan pelagis kecil dominan di

wilayah Selatan Maluku Tengah, tahun 2001 – 2010 ………... 172 36 Perkembangan upaya tangkap ikan pelagis kecil per kawasan

pengembangan di wilayah Selatan Maluku Tengah, tahun 2001 –

2010 ………... 178


(28)

xxix

37 Perkembangan produksi ikan pelagis kecil per kawasan pengembangan di wilayah Selatan Maluku Tengah, tahun 2001 –

2010 ………... 186

38 Distribusi spasial volume (a) dan nilai (b) produksi olahan ikan

pelagis kecil di wilayah Selatan Maluku Tengah, 2010 ……... 191 39 Perkembangan produksi hasil olahan ikan pelagis kecil per

kawasan pengembangan di wilayah Selatan Maluku Tengah,

tahun 2001 – 2010 ………... 193

40 Distribusi spasial pelaku usaha distribusi dan pemasaran ikan

pelagis kecil di wilayah Selatan Maluku Tengah, 2010 ……….... 195 41 Perkembangan pemasaran produksi ikan pelagis kecil per

kawasan pengembangan di wilayah Selatan Maluku Tengah,

tahun 2001 – 2010 ………... 199

42 Upaya tangkap per hasil penangkapan ikan pelagis kecil per tiap alat tangkap dominan di perairan Selatan Maluku Tengah, tahun

2001 – 2010 ………... 202 43 Hubungan CPUE dan upaya standar ikan pelagis kecil di

perairan Selatan Maluku Tengah, Tahun 2001 – 2010 ………... 204 44 WPP-RI 714: Teluk Tolo dan Laut Banda ……….... 241 45 Model persamaan struktural pengembangan kawasan perikanan

pelagis kecil di Maluku Tengah ………... 269 46 Distribusi kelompok kebijakan pemerintah pusat di Maluku

Tengah ... 273 47 Distribusi kelompok kebijakan pemerintah provinsi di Maluku

Tengah ... 274 48 Distribusi kelompok kebijakan pemerintah Kabupaten Maluku

Tengah ... 275 49 Tipologi kawasan berbasis agregasi komponen sistem perikanan

pelagis di wilayah Selatan Maluku Tengah ……... 292 50 Tipologi kawasan berbasis komoditas unggulan ikan layang ... 296 51 Tipologi kawasan berbasis komoditas unggulan ikan selar …... 298 52 Tipologi kawasan berbasis komoditas unggulan ikan kembung ... 299 53 Tipologi kawasan berbasis komoditas unggulan ikan teri …... 301 54 Tipologi kawasan berbasis komoditas unggulan ikan sunglir ... 302 55 Distribusi kawasan perikanan berdasarkan nilai komposit status


(29)

xxx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Distribusi jumlah individu ikan per unit area hasil pada setiap

report points hasil pengumpulan data stok ikan dengan scientific echosounding system BioSonic, bulan Oktober 2011 dan bulan

Pebruari 2012 ... 345 2. Distribusi rata-rata jarak fisik basis perikanan tangkap tiap

kawasan terhadap daerah penangkapan ikan per musim ... 356 3. Hasil perhitungan fishing power index untuk lima alat tangkap

ikan pelagis kecil dominan di wilayah Selatan Maluku Tengah ... 357 4. Cash flow dan analisis finansial usaha perikanan di wilayah

Selatan Maluku Tengah ... 358 5. Hasil analisis optimasi dengan program LINDO ……... 368 6. Hasil analisis Structural Equation Modeling dengan Program

Amos 4.0 Profesional …... 370 7. Hasil analisis InSist_2 ………... 374


(30)

xxxi

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

AGFI : Adjusted goodness of fit index yang analog dengan R2 dalam regresi berganda, tingkat penerimaan yang direkomendasikan ≥ 0,90 dan berfungsi sebagai salah satu kriteria evaluasi model dalam analisis SEM

AMOS : Analysis of Moment Structure API : Alat Penangkapan Ikan

BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

CFI : Comparative fit index merupakan indeks yang menunjukkan tingkat fit-nya model yang dibangun. Berbeda dengan indeks lainnya, indeks ini tidak tergantung pada ukuran sampel dan berfungsi sebagai salah satu kriteria evaluasi model dalam analisis SEM

Chi-square : Ukuran fundamental dari overall fit atau kecocokan model secara menyeluruh yang menjadi salah satu kriteria evaluasi model dalam analisis SEM dan dinyatakan dalam model sebagai CMIN CMIN/DF : pembagian X2 dengan degree of freedom yang menunjukkan

tingkat fit-nya model dan berfungsi sebagai salah satu kriteria evaluasi model dalam analisis SEM

CTTP : Capaian Tujuan Pembangunan Perikanan DKP : Dinas Kelautan dan Perikanan

DPI : Daerah Penangkapan Ikan

GFI : Goodness of fit index yang digunakan untuk menghitung proporsi tertimbang varian dalam matriks kovarian sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarian populasi yang terestimasi. GFI mempunyai nilai antara 0 (poor fit) – 1 (perfect fit) dan berfungsi sebagai salah satu kriteria evaluasi model dalam analisis SEM

InSist : Indeks Sentralitas Sistem Perikanan JTB : Jumlah Tangkapan yang dibolehkan KKP : Kinerja Kawasan Perikanan

K_PUS : Kebijakan Pusat K_PROV : Kebijakan Provinsi K_KAB : Kebijakan Kabupaten

MoDiS : Model Dinamika Spasial sistem perikanan

MODIS : Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer, salah satu jenis data citra yang digunakan dalam mengekstraksi distribusi data suhu permukaan laut dan klorofil-a


(31)

xxxii

OECD : Organization for Economic Development, sebuah organisasi di Eropa yang mengkaji kebijakan pengembangan kawasan di Eropa secara holistik dan secara parsial untuk setiap sektor

P3K : Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil PKP : Pengembangan Kawasan Perikanan PPN : Pelabuhan Perikanan Nusantara PPI : Pangkalan Pendaratan Ikan

Pro poor : konsep strategis pembangunan yang diarahkan untuk mereduksi kemiskinan di masyarakat

Pro job : konsep strategis pembangunan yang diarahkan untuk penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat

Pro growth : konsep strategis pembangunan yang diarahkan untuk meningkatan pertumbuhan ekonomi di tingkat masyarakat dan wilayah dan/atau kawasan

RMSEA : The root mean square error of approximation adalah indeks yang digunakan untuk mengkompensasi Chi-square statistic dalam sampel yang besar. Model yang dibangun dapat diterima bila mempunyai nilai RMSEA kurang dari atau sama dengan 0,08. berfungsi sebagai salah satu kriteria evaluasi model dalam analisis SEM

RTP : Rumah Tangga Perikanan SDI : Sumber Daya Ikan

SEM : Structural Equation Modeling (Model Persamaan Struktural) meruupakan gabungan dari dua metode statistik, yakni analisis faktor dan model persamaan simultan

SPL : Suhu Permukaan Laut

Sustainable Fisheries System: Sistem Perikanan Berkelanjutan yang terdiri dari tiga sub sistem, masing-masing: sub sistem alam, manusia dan pengelolaan (berbasis kebijakan)

TipoSan : Tipologi Kawasan

TIS : Tingkat Implementasi Strategi

TLI : Tucker lewis index merupakan alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model dan berfungsi sebagai salah satu kriteria evaluasi model dalam analisis SEM

WPP-RI : Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia ZEEI : Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia


(32)

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maluku Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Maluku yang berhadapan langsung dengan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WWP) 714 dan 715. Keduanya memiliki potensi sumberdaya ikan (SDI) sebesar 278 ribu ton dan 595,6 ribu ton (Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 45 Tahun 2011). Ketersediaan potensi itu tidak diikuti dengan kuatnya kapasitas dan produktivitasnya. Salah satu dampaknya adalah masih banyaknya kantong kemiskinan di Maluku Tengah, sebanyak 83,68% masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil P3K berada pada kategori miskin (BPS Maluku Tengah, 2010; BKKBN Maluku Tengah, 2010). Dalam kondisi ekonomi yang terbatas, nelayan di wilayah ini lebih berorientasi pada perikanan skala kecil. Hal ini terbukti pada 72,29% dari total jenis armada yang digunakan adalah perahu tanpa motor (DKP Maluku Tengah, 2011).

Disparitas wilayah juga disebabkan oleh aksesibilitas yang lemah terhadap infrastruktur wilayah dan distribusinya yang tidak merata juga menjadi (Rustiadi, et al., 2011; Arab et al., 2011), perbedaan inovasi yang mendukung produktivitas (Feldman, 2000), diversifikasi tingkat dan akses pelayanan ekonomi (Krugman, 2000), serta perbedaan aglomerasi ekonomi antar (Morrissey and O’Donoghue, 2012).

Tingkat diversifikasi ekonomi suatu wilayah dan masyarakat di mana intervensi perikanan direncanakan, mempengaruhi motivasi nelayan untuk beraktivitas di sektor perikanan (Townsley, 1998), perilaku nelayan (Wiryawan et al., 2008) dan kemampuan mereka untuk menemukan alternatif sumber mata pencaharian (Townsley, 1998; Nunan, 2010). Di sisi lain, diversifikasi pendapatan nelayan dipengaruhi faktor lokasi dan karakteristik nelayan (Nunan, 2010; Olale and Henson, 2012). Pembeda antar kawasan tidak hanya tergantung pada faktor-faktor itu saja, namun eksistensi seluruh komponen sistem perikanan turut mempengaruhinya (Charles, 2001). Eksistensi ini menyebabkan disparitas antar kawasan (spatial disparities) dengan dinamika sistem perikanan yang berbeda.


(33)

(34)

3

Masalah-masalah yang menyebabkan adanya disparitas spasial ini, antara lain: Pertama, perbedaan wilayah ekologis, secara makro ditunjukan dalam Rencana Tata Ruang Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Maluku Tengah, membagi wilayah ini menjadi delapan wilayah ekologis (Gambar 1), meliputi : (1) WE Sapalewa-Pulau Tujuh; (2) WE Teluk Saleman; (3) WE Wahai; (4) WE Sepa-Tamilow; (5) WE Teluk Teluti; (6) WE Ambon-Lease; (7) WE Banda-TNS kepulauan; dan (8) WE Teluk Elpaputih (Gambar 1).

Kedua, perbedaan potensi sumber daya perikanan dan orientasi pemanfaatan sumber daya perikanan. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan tingkat produksi perikanan antar wilayah (Tabel 1).

Tabel 1 Distribusi volume dan nilai produksi perikanan laut per Kecamatan di Maluku Tengah Tahun 2010

Kecamatan Volume Produksi (ton)

Nilai Produksi (Rp. 000)

Seram Utara 2.687,2 7.374.572

Tehoru 10.862,0 27.858.044

Saparua 8.797,0 20.042.847

Pulau Haruku 5.473,4 16. 951.384

Leihitu 12.409,5 43.792.272

Banda 10.191,7 24.349.254

Teon Nila Serua 98,6 76.933

Amahai 9.165,7 24.065.174

Nusalaut 2.100,1 9.605.864

Kota Masohi 10.297,6 26.488.341

Salahutu 10.888,3 31.129.290

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Maluku Tengah, 2011

Ketiga, masih meluasnya kantong kemiskinan yang tercipta di sepanjang kawasan P3K (Gambar 2). Gambar ini menunjukkan bahwa pola distribusi spasial penduduk miskin mengikuti pola distribusi penduduk di wilayah P3K.

Keempat, tidak terfokusnya kawasan pengembangan berbasis potensi lokal menyebabkan dinamika pilihan pemanfaatan SDI sangat dipengaruhi tingkatan harga komoditas di pasar. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya spesialisasi wilayah terhadap komoditas unggulan kawasannya.

Kelima, Maluku Tengah dengan perairan utama Laut Seram dan Laut Banda, yang termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) di Indonesia, belum dijadikan basis pengembangan secara optimal pada tingkat Provinsi


(35)

4

Maluku. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah (2010), sentuhan nilai tambah pada setiap produk perikanan, khususnya pelagis kecil, masih terbatas pada skala usaha rumah tangga. Orientasi ekspor hanya terbatas pada komoditas ikan layang. Sementara komoditas yang diperdagangkan antar pulau ialah ikan layang, ikan selar dan ikan terbang.

Gambar 2 Distribusi Keluarga Miskin dan Proporsinya di Wilayah P3K di Kab. Maluku Tengah (BKKBN dan BPS Kab.Maluku Tengah, 2010, diolah)

Keenam, program pemberdayaan masyarakat masih dipengaruhi oleh faktor politik, sementara arahan pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau kecil belum sepenuhnya berbasis pada kondisi sosial budaya dan kondisi ekonomi masyarakat. Ketujuh, lemahnya interaksi internal dan antar kawasan menyebabkan sempitnya orientasi aliran komoditas di Maluku Tengah. Kedelapan, kelemahan data/informasi perikanan dan dukungannya terhadap perencanaan dan evaluasi program-program pembangunan perikanan tangkap di tingkat daerah.

Masalah lain terkait pembangunan perikanan di Maluku Tengah, khususnya pada masyarakat nelayan dan kebijakan pengelolaannya meliputi: pertama, walaupun kondisi wilayah dan distribusi pemukiman dominan di P3K, orientasi ekonomi tidak fokus pada pemanfaatan sumber daya perikanan. Kondisi ini dipengaruhi oleh masih tingginya budaya subsistensi pada masyarakat P3K.


(36)

5

Kedua, rendahnya tingkat ekonomi masyarakat dan kendala musim yang tidak dapat diatasi secara maksimal, menjadi pembatas pemanfaatan sumber daya perikanan secara optimal. Ketiga, kegiatan ekonomi produktif direncanakan oleh pemerintah bagi masyarakat P3K, rendahnya alokasi program pembangunan perikanan bagi mereka, potensi konflik karena kebijakan perizinan, dan implementasi kebijakan penataan ruang wilayah yang kurang berorientasi pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, belum menunjukkan integrasi pengelolaan perikanan.

Keempat, akses yang lemah terhadap pengembangan ekonomi masyarakat karena eksistensi infrastruktur wilayah, termasuk infrastruktur perikanan. Disparitas yang terjadi semakin meluas karena distribusi infrastruktur yang berbeda antar kawasan.

Kelima, secara makro teridentifikasi biased policy dari perencanaan sampai implementasi kebijakan pembangunan perikanan, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Hal ini tergambar pada ketidaksesuaian pendaratan program di sektor kelautan dan perikanan, meliputi : (1) ketidaksesuaian secara keruangan berdasarkan potensi wilayah; (2) ketidaksesuaian dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat; dan (3) ketidaksesuaian kondisi ekonomi wilayah dan masyarakat yang ada dalam wilayah tersebut.

Keenam, sehubungan dengan kebijakan penataan ruang di provinsi Maluku, implementasi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan, belum cukup optimal menjawab kebutuhan implementasi konsep Gugus Pulau dan Laut Pulau. Pengembangan Gugus Pulau diarahkan untuk meningkatkan interaksi internal wilayah dan optimalisasi pemanfataan sumber daya sesuai daya dukung lingkungan. Kebijakan ini belum sepenuhnya diimplementasi melalui keterkaitan internal wilayah, baik antar pusat maupun antara pusat dengan hinterland-nya. Dalam pembangunan perikanan, seharusnya keterkaitan ini dapat dibangun secara komprehensif mengingat adanya kawasan-kawasan tertentu di hinterland yang memiliki peluang pengembangan usaha perikanan yang cukup potensial.

Ketujuh, orientasi ke luar wilayah yang diharapkan dapat dikembangkan dengan memanfaatkan kebijakan multy gate system yang membuka peluang interaksi antara Maluku dengan wilayah lain di sekitar seperti Maluku Utara dan Sulawesi Utara di bagian Utara, Papua dan Papua Barat di bagian Timur, Nusa


(37)

6

Tenggara Timur di bagian Barat Daya, dan Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan di bagian Barat Laut, belum terakomodasi dengan baik. Kondisi ini juga menjadi fakta yang sementara dialami Kabupaten Maluku Tengah, dan tentunya sangat membutuhkan pengelolaan secara integratif. Kedelapan, kecenderungan biased policy menyebabkan adanya perbedaan orientasi kawasan pengembangan dan belum terfokusnya orientasi pusat wilayah dalam mengakomodasi potensi sumber daya wilayah.

Berbagai masalah yang dikemukakan di atas mengisyaratkan adanya kebutuhan penataan ruang pengembangan perikanan dengan baik, khususnya dalam mendukung pengelolaan perikanan di Maluku Tengah secara berkelanjutan. Mengacu pada pandangan Charles (2001), konsep pengelolaan perikanan terkait erat dengan dua skala pengelolaan sebagaimana dikemukakan oleh yakni : (1) skala waktu pengelolaan, dan (2) skala ruang pengelolaan. Penjelasan tentang kedua skala pengelolaan ini memberikan justifikasi tentang adanya kebutuhan untuk mengakomodasi dinamisnya pengelolaan perikanan tangkap di wilayah ini.

Untuk mengakomodasinya, dibutuhkan model pengelolaan yang sesuai dengan karakteristik kawasan dan distribusi sumber daya perikanan di kawasan itu. Dinamika yang ditunjukan dalam konteks pengelolaan perikanan tangkap sangatlah berpengaruh terhadap berbagai pendekatan pengelolaan, terutama untuk tujuan pengembangan berbasis kawasan (Charles, 2001; BAPPENAS, 2004)

Kawasan Pengembangan Perikanan Tangkap adalah sistem keruangan yang tidak dibatasi secara administratif, namun lebih pada skala ekonomi dan ekologi dengan lingkupan kawasan pengembangan sesuai pola interaksi sosial, ekonomi, budaya dan ekologi, yang mendukung pemanfaatan sumber daya ikan pada kondisi tidak dalam keadaan dibudidayakan, dilakukan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan/atau mengawetkannya (UU No. 31 Tahun 2004 Jo. UU No. 45 Tahun 2009; Charles, 2001; BAPPENAS, 2004).

Pemanfaatan SDI dalam sistem keruangan, tidak terlepas dari integrasi komponen sistem perikanan berkelanjutan sebagaimana dikemukakan oleh Charles (2001), meliputi: (1) sistem alam (natural system); (2) sistem manusia


(38)

7

(human system); dan (3) sistem pengelolaan (management system). Konsep ini memberikan gambaran pentingnya pengelolaan perikanan tangkap berbasis kawasan, salah satunya melalui pengembangan kawasan perikanan tangkap.

Pengelolaan perikanan di Maluku Tengah seharusnya didekati dengan menggerakkan seluruh komponen sistem perikanan, baik sub sistem alam, manusia maupun pengelolaan. Dalam rencana tata ruang wilayahnya, Maluku Tengah belum memberikan rumusan struktur ruang pengembangan perikanan dengan baik. Hal ini disebabkan karena belum adanya penentuan kawasan pengembangan perikanan secara pasti.

Konsekuensi tidak dilakukannya penentuan kawasan pengembangan perikanan dengan baik, yaitu: (1) tidak adanya spesialisasi kawasan pengelolaan dan pemanfaatan perikanan; (2) meningkatnya persaingan antar kawasan dalam pemanfaatan target species yang sama; (3) meningkatnya persaingan antar kawasan dalam memproduksi single product; (4) terjadi blooming produk perikanan tertentu di pasar dan menyebabkan tertekannya harga produk; (5) tidak adanya kejelasan struktur ruang pengembangan perikanan.

Beberapa pendekatan yang telah digunakan secara parsial dalam menjawab kebutuhan pengembangan kawasan, antara lain: tipologi kawasan untuk membedakan tipe-tipe kawasan pengembangan (Stohr, 1999; Abrahamsz, 2000; Rahmalia, 2003; Lorentzen, 2009; Abrahamsz et al., 2010; Brezzi et al., 2011; Van Eupena et al., 2012), indeks sentralitas untuk menentukan hirarki kawasan (Sarma et al., 1984; Rondinelli, 1985; Abrahamsz, 2000; Shresta, 2004; Lee et al., 2012)

Pengembangan kawasan perikanan tangkap berbasis komoditas, penting dilakukan untuk meningkatkan interaksi antara pusat dan hinterlandnya, juga antar pusat pengembangan. Dengan demikian, pengembangan kawasan perikanan dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi intra dan antar kawasan yang mendukung dinamika pembangunan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. Demikian halnya dengan upaya pengembangan perikanan sebagai sektor basis dapat dilakukan untuk mencapai pengelolaan perikanan berkelanjutan dan meningkatkan kontribusinya terhadap ekonomi wilayah. Oleh sebab itu, penelitian tentang Model Dinamika Spasial Sistem Perikanan: Kasus Pengembangan


(39)

8

Kawasan Perikanan Pelagis Kecil Di Kabupaten Maluku Tengah, menjadi penting untuk dilakukan.

Pada penelitian ini, dipilih sistem perikanan pelagis kecil yang menjadi batasan ruang lingkup penelitian, dengan beberapa pikiran yang mendasarinya antara lain: Pertama, ikan pelagis kecil merupakan kelompok SDI yang tidak hanya menjadi tujuan tangkap nelayan industri, tetapi juga nelayan lokal/ tradisional. Kedua, sistem yang terbangun dalam perikanan pelagis kecil relatif dapat diidentifikasi dengan baik, terutama pada kegiatan produksi, distribusi dan pemasaran serta kebijakan pengelolaan. Ketiga, perikanan pelagis kecil merupakan kelompok produk perikanan dengan kontribusi yang cukup besar bagi nilai produksi perikanan di Maluku Tengah, yakni sebesar 21,23% atau 54,62 milyar rupiah (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah, 2010). Keempat, potensi ikan pelagis kecil pada WPP 714 dan 715 yang dapat diakses oleh nelayan Maluku Tengah memberikan kontribusi paling tinggi dibandingkan kelompok SDI lainnya, masing-masing 47,48% (132.000 ton) dan 63,71% (379.400 ton).

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini mengelaborasi dinamika spasial sistem perikanan dengan mengakomodasi komponen-komponen sistemnya. Dalam penelitian ini komponen sistem disebut sebagai sub sistem. Artinya, bila kita memandang perikanan tangkap sebagai suatu sistem maka di dalamnya ada tiga sub sistem, baik sub sistem alam, sub sistem manusia maupun sub sistem pengelolaan.

Walaupun potensi SDI pelagis kecil yang tinggi dapat diakses oleh nelayan Maluku Tengah, namun tidak menjamin tingginya peluang pengembangan ekonomi masyarakat nelayan. Dalam konteks dinamika sistem perikanan, kondisi ini cenderung terjadi karena kepastian informasi tentang dinamika sub sistem sistem alam tidak menjadi basis informasi yang kuat bagi peningkatan aksesibilitas nelayan terhadap daerah penangkapan ikan. Nelayan hanya akan mengambil keputusan untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan sesuai dengan pengetahuan mereka terhadap lokasi-lokasi penangkapan ikan tradisional. Padahal, pengetahuan yang baik tentang dinamika sub sistem alam


(40)

9

menjadi dasar bagi pengembangan kawasan perikanan karena nelayan akan mampu meningkatkan akses mereka terhadap DPI potensial.

Tidak adanya spesialisasi kawasan terhadap komoditas pelagis kecil tertentu disebabkan karena lemahnya pewilayahan komoditas unggulan dan teknologi pilihan yang dikembangkan secara spasial yang diperuntukan bagi pengembangan perikanan pelagis kecil. Hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya blooming produksi dan fokus pengembangan pada jenis-jenis tertentu, seperti ikan layang. Demikian halnya dengan kebijakan alokasi alat penangkapan ikan secara optimal antar kawasan dan peluang alokasi tenaga kerja perikanan sebagai basis pengembangan, belum terencanakan dengan baik.

Implementasi kebijakan pengelolaan perikanan di wilayah ini masih menunjukkan kecenderungan biased policy, karena tidak adanya kejalasan tentang peruntukan pembangunan perikanan berbasis kawasan. Integrasi kebijakan pemerintah dari berbagai level (nasional, provinsi dan kabupaten) juga belum terlihat secara jelas, terkait integrasi pembangunan perikanan berbasis kawasan.

Secara agregat, seluruh masalah yang teridentifikasi memperkuat pertanyaan penelitian secara umum, yakni: bagaimana model pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tengah. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara khusus sebagai batasan terhadap penelitian ini, meliputi:

(1) Bagaimana dinamika aksesibilitas daerah penangkapan ikan sebagai instrumen pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil melalui identifikasi dinamika spasial sub sistem alam?

(2) Bagaimana komoditas unggulan dan alat tangkap pilihan serta alokasi spasial optimal unit penangkapan ikan dan tenaga kerja dalam mendukung pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil melalui identifikasi dinamika spasial sub sistem manusia?

(3) Bagaimana pengaruh kebijakan pengelolaan perikanan dalam pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil melalui identifikasi dinamika spasial sub sistem pengelolaan?


(41)

10

1.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang dirumuskan sebagai jawaban atas masalah penelitian dan menjadi simpulan awal dari penelitian ini, adalah:

(1) Dinamika spasial sub sistem alam dalam sistem perikanan pelagis kecil membentuk dinamika aksesibilitas DPI yang berbeda antara kawasan dan berimplikasi bagi pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil.

(2) Dinamika spasial sub sistem manusia dalam sistem perikanan pelagis kecil di tiap kawasan menunjukkan adanya disparitas pada distribusi nelayan, rumah tangga perikanan, metode penangkapan ikan dan kemampuan produksi ikan pelagis kecil, sektor pasca tangkap yang meliputi pengolahan hasil perikanan, kegiatan pemasaran dan distribusi produk serta implikasi pengembangan kawasan perikanan.

(3) Sub sistem pengelolaan yang berbasis pada kebijakan menunjukkan adanya dinamika dalam pengembangan kawasan perikanan dan pengelolaannya pada level nasional, provinsi dan kebupaten, serta berdampak pada hasil pengembangan kawasan perikanan yang terukur dari capaian tujuan pengembangan, kinerja dan tujuan pembangunan perikanan.

(4) Model pengembangan kawasan yang relevan dalam pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil adalah model dinamika spasial yang menunjukkan keterkaitan variabel-variabel pada sub sistem alam, sub sistem manusia, dan sub sistem pengelolaan serta teruji melalui kriteria pengembangan kawasan. Model kembar yang merupakan inti dari model dinamika spasial ini, baik tipologi kawasan pengembangan kawasan berbasis dinamika sistem perikanan pelagis kecil maupun indeks sentralitas sistem perikanan pelagis kecil.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model dinamika spasial sistem perikanan dalam pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tengah. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk:

(1) Mengkaji dinamika sub sistem alam dalam menentukan dinamika aksesibilitas daerah penangkapan ikan sebagai salah satu instrumen pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil;


(42)

11

(2) Mengkaji dinamika spasial sub sistem manusia dalam menentukan komoditas unggulan dan alat tangkap pilihan serta alokasi unit penangkapan ikan dan tenaga kerja dalam mendukung pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil;

(3) Mengkaji dinamika spasial sub sistem pengelolaan dalam menentukan pengaruh kebijakan pengelolaan perikanan yang berimplikasi pada pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diberikan melalui hasil penelitian tentang Model Dinamika Spasial Sistem Perikanan Dalam Pengembangan Perikanan Pelagis Kecil Di Kabupaten Maluku Tengah ini, antara lain:

(1) Mengembangkan model aksesibilitas daerah penangkapan ikan dalam mendukung pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil untuk mereduksi peningkatan nilai ekonomi perikanan tangkap;

(2) Memberikan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah tentang komoditas unggulan dan alat tangkap pilihan serta alokasi spasial optimal unit penangkapan ikan dan tenaga kerja dalam mendukung pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil;

(3) Memberikan pertimbangan fokus kebijakan pengelolaan perikanan dalam pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil di Maluku Tengah;

(4) Memberikan kontribusi akademik pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil melalui model dinamika spasial sistem perikanan pelagis kecil bagi pemerintah dan stakeholder perikanan dalam perumusan kebijakan pengembangannya di masa mendatang.

Untuk kepentingan pengembangan penelitian lanjut, penelitian ini memberikan dukungan model konseptual dan aspek metodologis. Diharapkan keduanya memberikan kontribusi akademik dalam memperkaya kajian-kajian pembangunan perikanan berbasis kawasan.


(43)

12

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Untuk mendukung pembatasan ruang analisis dalam penelitian ini, dikemukakan kerangka pikir penelitian sebagaimana diekspresikan dalam Gambar 3. Gambar ini menunjukkan integrasi komponen-komponen pembentuk kerangka pikir, antara lain: (1) masalah; (2) solusi; (3) kebutuhan data dan informasi; (4) analisis; dan (5) output. Penyusunan kerangka pikir penelitian dengan menggunakan pendekatan integrasi komponennya merupakan upaya untuk memberikan pelingkupan yang lebih spesifik dan membatasi ruang lingkup penelitian


(44)

13

Masalah utama yang dibatasi dalam penelitian ini terbagi atas tiga kelompok masalah. Pertama, perbedaan akses nelayan terhadap DPI dan ketergantungan nelayan terhadap DPI tradisional yang selama ini diakses. Hal ini disebutkan terakhir ini berkaitan dengan masih lemahnya akses nelayan tehadap data dan informasi tentang DPI potensial yang dikembangkan oleh pemerintah. Data dan informasi yang dikembangkan pun belum menunjukkan adanya kesesuaian dengan DPI tradisional yang selama ini diakses untuk pemanfaatan SDI pelagis kecil. Kedua masalah utama ini merupakan batasan dalam mengembangkan penelitian yang terkait dengan dinamika sub sistem alam.

Kedua, tidak ada spesialisasi kawasan terhadap komoditas unggulan dan teknologi penangkapan ikan pilihan serta belum adanya kepastian alokasi spasial optimalnya sebagai instrumen perencanaan pengembangan kawasan perikanan. Ketiga, adanya biased policy dalam implementasi pengembangan kawasan perikanan, khusus pemberdayaan nelayan. Kondisi ini tergambar pada alokasi program atau kegiatan yang tidak sesuai dengan peruntukan kawasan. Masalah lainnya adalah belum terintegrasinya kebijakan lintas lembaga dalam membangun kawasan perikanan. Seluruh lembaga yang berpotensi untuk mengembangkan kawasan perikanan belum menunjukkan adanya integrasi dalam membangun program pembangunan perikanan secara holistik. Oleh sebab itu, penelitian ini diarahkan untuk menyelesaikan ketiga kelompok masalah utama tersebut.

Secara makro kerangka pikir ini menunjukkan adanya tiga tahapan analisis yang menghasilkan tiga kelompok output. Tahap analisis 1 dilakukan secara parsial yang menghasilkan output 1 untuk digunakan dalam tahap analisis 2. Output 1 merupakan hasil yang menunjukkan adanya dinamika sub sistem alam, manusia dan pengelolaan.

Analisis 2 mulai menggunakan pendekatan analisis integratif untuk menghasilkan output 2. Output 2 merupakan hasil yang menunjukkan adanya perbedaan tipologi kawasan dan sentralitas kawasan.

Seluruh hasil yang ditunjukkan dalam output 2 digunakan secara bersama untuk analisis 3 yang menghasilkan output 3. Output 3 merupakan hasil akhir yang mengekspresikan model akhir yang dibutuhkan dalam pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil di wilayah penelitian.


(45)

14

Penelitian ini dibangun berdasarkan identifikasi masalah yang penting untuk ditangani, terkait dengan pengembangan kawasan perikanan di Maluku Tengah. Masalah umum yang harus direduksi dalam penelitian ini adalah lemahnya pengembangan kawasan perikanan pelagis dan tidak berbasis pada integrasi komponen sistem perikanan berkelanjutan.

Beberapa masalah terkait masalah umum di atas, dapat difokuskan untuk dicermati dalam penelitian ini, meliputi: (1) ketidakpastian informasi tentang dinamika sub sistem alam yang berdampak pada perbedaan aksesibilitas terhadap DPI; (2) nelayan tegantung pada pengetahuan DPI tradisional; (3) tidak ada spesialisasi komoditas dan teknologi; (4) tidak adanya informasi yang pasti tentang alokasi spasial optimal (ASO) unit penangkapan ikan dan tenaga kerja perikanan; (5) biased policy pembangunan perikanan berbasis kawasan; (6) belum terintegrasinya pengembangan kawasan perikanan antar berbagai level kebijakan pemerintah.

Solusi yang penting dikembangkan untuk penanganan masalah ini adalah melalui pengembangan model dinamika spasial sistem perikanan dalam mendukung pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil. Integrasi dinamika spasial sub sistem alam, manusia dan pengelolaan merupakan solusi derivat dalam mencermati konsep pengembangan kawasan perikanan pelagis berbasis dinamika spasial sistem perikanan.

Keragaan sistem perikanan pelagis kecil tergambar dari tiga sub sistemnya dan menunjukkan adanya perubahan-perubahan baik pada skala waktu maupun skala ruang. Perubahan-perubahan yang terjadi pada sub sistem alam dibatasi pendalamannya pada variabel SPL dan Klorofil-a musiman, DPI dan SDI pelagis kecil. Keempat variabel ini merupakan basis analisis yang menunjukkan adanya dinamika dalam sub sistem alam.

Dinamika sub sistem manusia dipengaruhi oleh variabel-variabel nelayan dan rumah tangga perikanan, API dan upaya tangkap, tingkat produksi, serta pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil perikanan. Seluruh variabel pada sub sistem manusia berkaitan erat dengan aktivitas sumber daya manusia perikanan dalam kegiatan perikanan tangkap secara holistik.


(46)

15

Sub sistem pengelolaan yang berbasis pada kebijakan pengelolaan, ditinjau dari kebijakan pemerintah pada level nasional, provinsi dan kabupaten. Ketiga level kebijakan ini memberikan pengaruh terhadap implementasi strategi, kinerja dan capaian tujuan pengembangan kawasan perikanan. Ketiga variabel ini memberikan pengaruh terhadap dinamika pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil.

Perubahan dalam konteks skala ruang dan waktu menunjukkan adanya dinamika yang terjadi pada seluruh variabel dalam tiap sub sistem. Oleh sebab itu, perubahan pada skala ruang menunjukkan adanya dinamika spasial. Tentunya dinamika yang terjadi secara spasial merupakan dampak dari adanya perubahan seluruh komponen sistem dan/atau sub sistem perikanan dari waktu ke waktu. Hal ini digunakan sebagai media justifikasi dalam pembuktian dinamika spasial sistem perikanan pelagis kecil.

Dinamika dalam setiap sub sistem ditunjukan dengan kondisi dinamis sebagai berikut:

(1) Sub sistem alam;

(a) Dinamika musiman faktor lingkungan yang berpengaruh pada eksistensi SDI, meliputi: SPL dan Klorofil-a

(b) Dinamika DPI secara musiman ataupun bulanan yang terdistribusi secara spasial melalui pembuktian lapangan berdasarkan distribusi rumpon dan titik-titik penangkapan yang diketahui oleh nelayan;

(c) Potensi SDI pelagis kecil dan dinamikanya pada perairan yang diekspresikan secara spasial melalui pemetaan distribusi potensi hasil estimasi dengan metode akustik.

(2) Sub sistem manusia;

(a) Dinamika nelayan dan rumah tangga perikanan tangkap yang tergambar dari alokasi tenaga kerja per jenis alat tangkap dan distribusinya secara spasial-temporal.

(b) Dinamika alat penangkapan ikan dan upaya penangkapan, dimana dinamika yang ditunjukkan oleh perkembangan secara tahunan memberikan justfikasi tentang eksistensinya pada setiap kawasan pengembangan perikanan.


(47)

16

(c) Dinamika produksi perikanan juga ditunjukkan dengan perkembangan secara tahunan yang dinyatakan dengan distribusi 10 jenis komoditas pelagis kecil unggulan.

(d) Dinamika pengolahan hasil perikanan ditunjukan dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada nilai produk (nilai tambah). Tentunya eksistensi produk olahan sangat tergantung pada sumber daya manusia pengolah yang dinyatakan dinamikanya secara spasial.

(e) Dinamika pemasaran dan distribusi hasil perikanan tergambar pada sistem pemasaran dan pola distribusi hasil perikanan, umumnya tidak statis, namun dinamis lintas ruang (spasial).

(3) Sub sistem pengelolaan; dengan representasi dinamika kebijakan pemerintah pada level nasional, provinsi dan kabupaten yang berpengaruh terhadap implementasi kebijakan, kinerja dan capaian tujuan pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil

Dinamika yang ditunjukan oleh seluruh sub sistem perikanan pelagis kecil mengandung unsur dinamika waktu pengelolaan dan dinamika ruang pengelolaan. Hal inilah yang menjadi basis kajian tentang adanya dinamika spasial dalam sistem perikanan pelagis kecil. Dinamika seluruh sub sistem memberikan implikasi yang berbeda dalam pengembangan tiap kawasan perikanan.

Pertama, dinamika sub sistem alam berimplikasi pada aksesibilitas DPI. Kedua, dinamika sub sistem manusia berimplikasi pada upaya tangkap standar, distribusi potensi SDI berbasis produksi, kelayakan finansial, komoditas unggulan dan API pilihan. Ketiga, dinamika sub sistem pengelolaan berbasis kebijakan berimplikasi terhadap implementasi kebijakan pengelolaan dan dinamika pengelolaannya yang dijustifikasi dengan pendekatan model persamaan struktural. Berdasarkan model yang terbentuk sebagai susunan dari akumulasi dinamika spasial seluruh komponen sistem perikanan, maka pilihan-pilihan terhadap kawasan pengembangan perikanan pelagis kecil menjadi kuat melalui pelingkupan kawasan-kawasan pengembangannya. Model pelingkupan kawasan pengembangan perikanan pelagis mengacu pada dua model dinamika spasial yang dikembangkan secara bersama untuk pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil, meliputi: (1) Model Tipologi Kawasan Pengembangan berbasis dinamika


(48)

17

sistem perikanan pelagis kecil (TipoSan); dan (2) Model Indeks Sentralitas Sistem Perikanan Pelagis Kecil (InSist).

Secara parsial, Model TipoSan dielaborasi menjadi dua model turunan, yakni: TipoSan_1 untuk penentuan status tipologi kawasan, dan TipoSan_2 untuk penentuan basis komoditas unggulan tiap kawasan. Model InSist juga dielaborasi menjadi dua model turunan, InSist_1 untuk penentuan sentralitas sub sistem secara parsial yang menghasilkan status kekuatan pengembangan kawasan, dan InSist_2 untuk menjustifikasi sentralitas sistem perikanan secara agregat untuk menentukan hirarki dalam rangka perencanaan pengembangan kawasan perikanan.

Integrasi Model TipoSan dan InSist merupakan tujuan umum penelitian, yang disebut sebagai Model Kembar atau Model Dinamika Spasial yang disingkat

MoDiS. Model ini dikembangkan untuk menentukan prioritas pengembangan

kawasan yang terbagi atas tiga tingkatan prioritas, masing-masing: primer, sekunder dan tersier.

1.7 Kebaharuan

Kebaharuan dari disertasi tentang Model Dinamika Spasial Sistem Perikanan: Kasus Pengembangan Kawasan Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah adalah:

1. Pendekatan metodologis yang mengaplikasikan aspek spasial untuk kajian pengembangan kawasan perikanan melalui identifikasi dinamika spasial sistem perikanan secara holistik. Integrasi komponen sub sistem alam, manusia dan pengelolaan berbasis kebijakan untuk mengkaji aspek dinamika spasial bagi pengembangan kawasan merupakan pendekatan metodologis yang menjadi unsur kebaruan dalam penelitian ini.

2. Proses penggabungan metode yang menghasilkan tipologi kawasan dan indeks sentralitas kawasan pengembangan perikanan. Oleh sebab itu, muncul dua metode baru: TipoSan dan InSist. Pertama, Model TipoSan dibagi menjadi dua model, masing-masing TipoSan_1 untuk menentukan status kawasan pengembangan, dan TipoSan_2 untuk menentukan kawasan-kawasan basis komoditas pelagis kecil unggulan sesuai tipologinya. Kedua, Model InSist


(49)

18

yang dikembangkan menjadi dua model, masing-masing InSist_1 untuk menentukan sentralitas setiap sub sistem perikanan, dan InSist_2 yang digunakan untuk menentukan hirarki kawasan pengembangan perikanan. 3. Metode analisis dinamika spasial sistem perikanan untuk kepentingan

pengembangan kawasan perikanan yang disebut dengan MoDiS (Model Dinamika Spasial) mengakomodasi integrasi dua variabel utama TipoSan dan Insist. MoDis merupakan model baru yang dikembangkan untuk menentukan prioritas pengembangan kawasan.


(50)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Perikanan Berkelanjutan

Tinjauan teoritis tentang sistem perikanan berkelanjutan banyak mengacu pada pikiran-pikiran Charles (2001) dalam bukunya tentang Sustainable Fisheries System. Pikiran-pikiran ini juga dilengkapi dengan berbagai tinjauan tentang pendapat ilmiah dari beberapa penulis dan/atau peneliti yang mengembangkan tulisan dan penelitiannya untuk kepentingan pengelolaan perikanan. Dalam tinjauan ini, sistem perikanan difokuskan pada sistem perikanan pelagis kecil. 2.1.1 Sub sistem alam dalam sistem perikanan pelagis kecil

2.1.1.1 Faktor-faktor lingkungan oseanografi (1) Suhu permukaan laut

Ilahude (1999) menjelaskan bahwa salah satu parameter oseanografi yang mencirikan massa air laut di lautan ialah suhu. Massa air yang terdapat di laut berbeda–beda karakteristiknya dari suatu tempat ke tempat yang lain. Untuk menandai berbagai macam karateristik massa air laut tersebut dipakai parameter suhu sebagai indikator, karena itu karakter sebaran suhu dipakai untuk mengetahui adanya sebaran massa air.

Sebaran suhu di perairan Indonesia menurut Nontji (1993), pada dasarnya dapat dibedakan menjadi menjadi tiga lapisan yaitu:

1. Lapisan hangat (homogenous layer) di lapisan atas merupakan lapisan yang memiliki suhu hangat (sekitar 18°C) yang homogen pada lapisan teratas sampai kedalaman 50-70 m.

2. Lapisan termoklin (discontinuity layer) di lapisan tengah merupakan lapisan dimana suhu menurun dengan cepat dan terdapat pada kedalaman 100-200 meter.

3. Lapisan dingin (deep layer) di lapisan dalam merupakan lapisan dengan suhu dingin, biasanya kurang dari 5°C pada kedalaman lebih dari 100 meter.

Hela dan Laevastu (1970) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi suhu permukaan laut (SPL) adalah kondisi meteorologi, arus permukaan, ombak, upwelling, divergensi, konvergensi dan perubahan bentuk es


(1)

Lampiran 5. Hasil analisis optimasi dengan program LINDO MIN DB1 + DA1 + DB2 + DA3

SUBJECT TO

273600 X1 + 109125 X2 + 4130 X3 + 11538 X4 + DB1 - DA1 = 54761840 20 X1 + 6 X2 + 2 X3 + 3 X4 + DB2 >= 38416

8000 X1 + 3660 X2 + 937.5 X3 + 1500 X4 - DA3 <= 2943000 END

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 4 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 31623.23

VARIABLE VALUE REDUCED COST DB1 0.000000 1.000012 DA1 0.000000 0.999988 DB2 31623.228516 0.000000 DA3 0.000000 0.997921 X1 175.354141 0.000000 X2 0.000000 2.952518 X3 1642.844727 0.000000 X4 0.000000 0.260671 ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES 2) 0.000000 0.000012 3) 0.000000 -1.000000 4) 0.000000 0.002079 NO. ITERATIONS= 4

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE DB1 1.000000 INFINITY 1.000012 DA1 1.000000 INFINITY 0.999988 DB2 1.000000 479.972900 1.000000 DA3 1.000000 INFINITY 0.997921 X1 0.000000 7.567130 112.493942 X2 0.000000 INFINITY 2.952518 X3 0.000000 0.183119 815.041626 X4 0.000000 INFINITY 0.260671 RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE 2 54761840.000000 45888764.000000 41796944.000000 3 38416.000000 INFINITY 31623.228516 4 2943000.000000 9487806.000000 1341776.625000


(2)

Lampiran 6. Hasil analisis Structural Equation Modeling dengan Amos 4.0 Profesional

Variable Summary

Your model contains the following variables X12 observed endogenous X13 observed endogenous X21 observed endogenous X22 observed endogenous X23 observed endogenous X31 observed endogenous X32 observed endogenous X33 observed endogenous Y33 observed endogenous Y32 observed endogenous Y31 observed endogenous Y23 observed endogenous Y22 observed endogenous Y21 observed endogenous Y11 observed endogenous Y13 observed endogenous X11 observed endogenous Y12 observed endogenous K_PROV unobserved endogenous K_KAB unobserved endogenous TPKP unobserved endogenous KPKP unobserved endogenous SPKP unobserved endogenous K_PUS unobserved endogenous PKP unobserved endogenous d12 unobserved exogenous d13 unobserved exogenous d21 unobserved exogenous d22 unobserved exogenous d23 unobserved exogenous d31 unobserved exogenous d32 unobserved exogenous d33 unobserved exogenous e33 unobserved exogenous e32 unobserved exogenous e23 unobserved exogenous e22 unobserved exogenous e21 unobserved exogenous e13 unobserved exogenous d11 unobserved exogenous e12 unobserved exogenous e11 unobserved exogenous e31 unobserved exogenous z1 unobserved exogenous z2 unobserved exogenous


(3)

Lampiran 6. Lanjutan...

z7 unobserved exogenous z3 unobserved exogenous z4 unobserved exogenous z5 unobserved exogenous z6 unobserved exogenous Number of variables in your model: 50 Number of observed variables: 18 Number of unobserved variables: 32 Number of exogenous variables: 25 Number of endogenous variables: 25

Notes for Group:

The model is recursive. Sample size = 176

Notes for Model:

Computation of degrees of freedom

Number of distinct sample moments = 171 Number of distinct parameters to be estimated = 65

Degrees of freedom = 171 - 65 = 106 Minimum was achieved


(4)

Lampiran 6. Lanjutan...

Fit Measures:

Fit Measure Default model Saturated Independence Macro

Discrepancy 166.238 0.000 601.108 CMIN

Degrees of freedom 111 0 153 DF

P 0.001 0.000 P

Number of parameters 65 171 18 NPAR

Discrepancy / df 1.498 3.929

CMINDF

RMR 0.013 0.000 0.025 RMR

GFI 0.907 1.000 0.702 GFI

Adjusted GFI 0.857 0.667 AGFI

Parsimony-adjusted GFI 0.589 0.628 PGFI

Normed fit index 0.723 1.000 0.000 NFI

Relative fit index 0.619 0.000 RFI

Incremental fit index 0.887 1.000 0.000 IFI

Tucker-Lewis index 0.830 0.000 TLI

Comparative fit index 0.877 1.000 0.000 CFI

Parsimony ratio 0.725 0.000 1.000 PRATIO

Parsimony-adjusted NFI 0.525 0.000 0.000 PNFI

Parsimony-adjusted CFI 0.636 0.000 0.000 PCFI

Noncentrality parameter estimate 55.238 0.000 448.108 NCP

NCP lower bound 24.550 0.000 376.504 NCPLO

NCP upper bound 93.899 0.000 527.277 NCPHI

FMIN 0.950 0.000 3.435 FMIN

F0 0.316 0.000 2.561 F0

F0 lower bound 0.140 0.000 2.151 F0LO

F0 upper bound 0.537 0.000 3.013 F0HI

RMSEA 0.053 0.129 RMSEA

RMSEA lower bound 0.036 0.119 RMSEALO

RMSEA upper bound 0.070 0.140 RMSEAHI

P for test of close fit 0.358 0.000 PCLOSE

Akaike information criterion (AIC) 296.238 342.000 637.108 AIC Browne-Cudeck criterion 312.071 383.654 641.493 BCC Bayes information criterion 690.194 1378.406 746.204 BIC

Consistent AIC 567.319 1055.153 712.177 CAIC

Expected cross validation index 1.693 1.954 3.641 ECVI

ECVI lower bound 1.517 1.954 3.231 ECVILO

ECVI upper bound 1.914 1.954 4.093 ECVIHI

MECVI 1.783 2.192 3.666 MECVI

Hoelter .05 index 144 54 HFIVE


(5)

Lampiran 7 Hasil analisis InSist_2

Komponen Dinamika Sistem Perikanan

Kawasan Pengembangan Perikanan

TNS Saparua P.

Haruku Leihitu Salahutu Amahai Tehoru Nusalaut K.

Masohi Total

A. Sub Sistem Alam

1. Aksesibilitas DPI 1,20 7,45 6,67 10,13 4,36 10,97 9,47 15,19 8,08 73,52

2. Potensi SDI (JTB) 926,61 11019,68 8070,34 14546,20 13886,78 10845,29 10487,91 7798,26 8193,23 85774,30

B. Sub Sistem Manusia

1. Potensi nelayan optimal 238 6528 4672 13993 3613 8864 9305 1070 2311 50594

2. Proporsi RTP terhadap RT total 2,55 19,79 25,92 20,66 6,80 14,87 20,60 39,88 3,05 154,12

3. Proporsi API terhadap API total 0,79 20,56 9,94 11,79 7,06 7,02 26,13 11,59 5,12 100,00

4. Upaya Tangkap Standar existing 666 4523 6494 6334 3357 4899 5340 3890 7378 42881

5. Volume produksi pelagis kecil 95,9 2688,8 1268 4860,7 3736,7 2404,4 2117,9 809,2 4164,2 22145,80

6. Proporsi jumlah pengolah terhadap nelayan 47,83 2,65 4,07 5,3 16,97 18,49 6,99 56,13 16,18 174,61

7. Proporsi RT pengolah terhadap RTP 12,81 1,67 3,8 6,48 10,69 7,53 6,67 38,45 15,68 103,78

8. Volume poduksi olahan rata-rata 5,8 52,9 43,1 98,1 75,8 101,5 77,2 86,3 67,8 608,50

9. Pelaku usaha pemasaran dan distribusi ikan 12 86 49 89 96 85 67 15 118 617

10. Produktivitas distribusi dan pemasaran ikan 86,4 2931,2 1792,5 4678,1 6864,9 5782,1 2878,6 1931,9 4899,6 31845,30

C. Sub Sistem Pengelolaan

1. Realisasi permohonan nelayan 1 9,2 22,8 22,2 14 26,4 33,8 7,4 15,6 152,4

2. Pengembangan armada penangkapan ikan 0 8 23 23 12 19 23 7 9 124

3. Nilai relatif pengembangan infrastruktur 0 5,88 0 17,65 23,53 35,29 11,76 0 5,88 99,99

4. Rata-rata pembiayaan program tahunan


(6)

Lampiran 7 Lanjutan ...

Komponen Sistem dan Sub Sistem Perikanan Kawasan Pengembangan Perikanan

A. Sub Sistem Alam TNS S PH L SL A T N KM

1. Aksesibilitas DPI 1,63 10,13 9,07 13,78 5,93 14,92 12,88 20,67 10,99

2. Potensi SDI (JTB) 1,08 12,85 9,41 16,96 16,19 12,64 12,23 9,09 9,55

Indeks Sentralitas SSA 1,36 11,49 9,24 15,37 11,06 13,78 12,55 14,88 10,27

B. Sub Sistem Manusia

1. Potensi nelayan optimal 0,47 12,90 9,23 27,66 7,14 17,52 18,39 2,11 4,57 2. Proporsi RTP terhadap RT total 1,65 12,84 16,82 13,41 4,41 9,65 13,37 25,88 1,98 3. Proporsi API terhadap API total 0,79 20,56 9,94 11,79 7,06 7,02 26,13 11,59 5,12 4. Upaya Tangkap Standar existing 1,55 10,55 15,14 14,77 7,83 11,42 12,45 9,07 17,21 5. Volume produksi pelagis kecil 0,43 12,14 5,73 21,95 16,87 10,86 9,56 3,65 18,80 6. Proporsi jumlah pengolah terhadap nelayan 27,39 1,52 2,33 3,04 9,72 10,59 4,00 32,15 9,27 7. Proporsi RT pengolah terhadap RTP 12,34 1,61 3,66 6,24 10,30 7,26 6,43 37,05 15,11 8. Volume poduksi olahan rata-rata 0,95 8,69 7,08 16,12 12,46 16,68 12,69 14,18 11,14 9. Pelaku usaha pemasaran dan distribusi ikan 1,94 13,94 7,94 14,42 15,56 13,78 10,86 2,43 19,12 10. Produktivitas distribusi dan pemasaran ikan 0,27 9,20 5,63 14,69 21,56 18,16 9,04 6,07 15,39 Indeks Sentralitas SSM 4,78 10,40 8,35 14,41 11,29 12,29 12,29 14,42 11,77

C. Sub Sistem Pengelolaan

1. Realisasi permohonan nelayan 0,66 6,04 14,96 14,57 9,19 17,32 22,18 4,86 10,24 2. Pengembangan armada penangkapan ikan 0,00 6,45 18,55 18,55 9,68 15,32 18,55 5,65 7,26 3. Nilai relatif pengembangan infrastruktur 0,00 5,88 0,00 17,65 23,53 35,29 11,76 0,00 5,88 4. Rata-rata alokasi pembiayaan program tahunan 0,43 12,83 12,83 13,19 13,19 11,73 11,27 11,27 13,28 Indeks Sentralitas SSP 0,27 7,80 11,58 15,99 13,90 19,92 15,94 5,44 9,16 Indeks Sentralitas Sistem Perikanan (InSist) 3,23 9,88 9,27 14,92 11,91 14,38 13,24 12,23 10,93