Curah Hujan dan Limpasan

19 karena itu untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan air dibutuhkan rancangan hidrolika bangunan pengendali limpasan.

4.3. Curah Hujan dan Limpasan

Curah hujan harian maksimum digunakan untuk menghitung besarnya intensitas hujan yang terjadi dalam suatu wilayah. Data curah hujan maksimum harian didapatkan dari data curah hujan maksimum yang didapat dari Stasiun Klimatologi Dramaga Lampiran 3. Curah hujan harian maksimum periode ulang 5 tahun dengan menggunakan distribusi log pearson III adalah sebesar 634.20 mm yang perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil observasi, Kampus IPB Dramaga yang luasnya 277.16 ha dapat dibagi menjadi 14 Daerah Tangkapan Air DTA atau catchment area Lampiran 1. Daerah tangkapan ini termasuk wilayah kampus dan perumahan penduduk yang berbatasan dengan IPB namun masih dalam satu daerah tangkapan air. Aliran permukaan pada masing-masing DTA ada yang langsung terbuang ke sungai seperti DTA yang berbatasan langsung dengan Sungai Cihideung yaitu DTA 1, 2, 5, 6 dan 7, sedangkan limpasan yang mengalir ke Sungai Ciapus berasal dari DTA 3, 4, 8, 9, 10 dan 12. Aliran pada DTA yang tidak berbatasan langsung dengan sungai yaitu DTA 11 akan terkonsentrasi pada suatu badan air seperti danau maupun kolam. Pola drainase masing-masing DTA dapat dilihat pada Gambar 5. Keterangan: : Arah aliran indikatif : Arah jalur aliran : Outlet U Gambar 5. Pola Drainase Kampus IPB, Dramaga 20 DTA yang menjadi pusat kegiatan kampus seperti DTA 5, 6, 7, 9, 10, 11, sudah memiliki jalur aliran permukaan yang teratur. DTA yang mencakup perumahan dosen dan kebun percobaan juga sudah memiliki trase aliran permukaan yang relatif baik. Pada DTA yang masih berupa vegetasi bertajuk tinggi seperti DTA 1 dan 2 belum terdapat jalur aliran sehingga hanya ditunjukkan dengan arah aliran indikatif saja. DTA di wilayah studi dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10. Luas DTA beserta penggunaan lahannya ditunjukkan pada Lampiran 2. Tabel 10. Deskripsi kondisi fisik Daerah Tangkapan Air Daerah Tangkapan Air Deskripsi Kelompok 1: DTA dengan arah limpasan ke Sungai Ciapus a. DTA 1  Relatif landai di bagian hulu dan curam di bagian hilir. Penggunaan lahan DTA 1 sebagian besar adalah vegetasi bertajuk tinggi sehingga belum memiliki saluran utama drainase. b. DTA 2  Sebagian besar penggunaan lahannya adalah vegetasi bertajuk tinggi sehingga belum memiliki saluran utama drainase. Bentangan DTA ini relatif landai di bagian hulu dan memiliki sebagian wilayah yang agak curam pada daerah hilir. c. DTA 5  Relatif agak curam dan sudah memiliki saluran drainase utama yang mengalir langsung ke Sungai Ciapus. d. DTA 6  Relatif curam dan belum memiliki saluran drainase utama. Dapat dikatakan daerah yang rawan longsor karena pada bagian hilir terdapat pemukiman warga dan bagian hulunya merupakan daerah terbangun yang relatif curam. e. DTA 7  Daerah ini agak curam di bagian hulu dan relatif landai di bagian hilir. Kelompok 2: DTA dengan arah limpasan ke Sungai Cihideung a. DTA 3  Sebagian besar penggunaan lahannya merupakan vegetasi bertajuk rendah dan kebun percobaan. Bentangan DTA 3 dapat dikatakan relatif landai. b. DTA 4  Sebagian besar penggunaan lahannya merupakan vegetasi bertajuk tinggi. Saluran drainase hanya terdapat di perumahan dan jalan, sehingga belum memiliki saluran drainase utama. Bentangan DTA 4 relatif landai keseluruhan bagiannya akan tetapi pada bagian tengah terdapat perbedaan tinggi cukup besar sehingga DTA 4 berpotensi untuk dijadikan reservoir. c. DTA 8  Bentuk tangkapannya memanjang dan langsung dibatasi oleh Sungai Cihideung. Oleh karena itu DTA ini bentangan wilayahnya relatif curam ke arah barat dimana terdapat Sungai Cihideung. d. DTA 10  Penggunaan lahannya sebagian besar adalah vegetasi bertajuk tinggi dan memiliki bentangan yang relatif curam. e. DTA 12  Area budidaya dan daerahnya relatif landai. Kelompok 3: DTA yang memiliki badan air dan dengan limpasan yang mengalir melewati DTA lainnya. a. DTA 9a  Saluran drainase akan bermuara di Danau Situ Leutik bagian hulu. b. DTA 9b  Saluran drainase akan bermuara di Danau Situ Leutik bagian hilir. c. DTA 9c  Saluran drainase akan bermuara di kolam percobaan. Air dari Danau Situ Leutik dan kolam percobaan akan keluar melalui gorong-gorong menuju Sungai Cihideung. d. DTA 11  DTA ini merupakan cekungan 21 Pembagian DTA yang dilakukan berguna untuk perencanaan hidrolika bangunan pengendali limpasan. Bangunan pengendali limpasan ini berfungsi untuk menampung dan menyimpan air agar tidak terjadi banjir dan air dapat dimanfaatkan kembali. Besar kecilnya limpasan sangat ditentukan oleh pola penggunaan lahan yang dinyatakan dengan koefisen pengaliran C dalam persamaan rasional. Koefisien pengaliran bervariasi antara 0.30 – 0.57 pada masing-masing DTA, karena dipengaruhi oleh penggunaan lahan yang beragam. Semakin besar persentase lahan terbangun maka semakin besar limpasan. Semakin besar kemiringan lahan maka semakin besar limpasan. Jenis tanah juga mempengaruhi nilai limpasan, semakin liat tanah maka semakin besar limpasan. DTA yang memiliki koefisen limpasan terendah sebesar 0.30 adalah DTA 9a karena wilayahnya relatif datar walaupun memiliki persentase lahan terbangun paling besar. DTA yang memiliki koefisien limpasan tertinggi yaitu sebesar 0.57 adalah DTA 7 karena sebagian besar wilayahnya merupakan lahan terbangun dan kemiringan lahan yang relatif curam di bagian hulu dan landai di bagian hilir. Faktor lainnya yang mempengaruhi besarnya limpasan adalah panjang aliran utama l dan kemiringan saluran s. Nilai debit pada masing-masing DTA dapat dilihat pada Tabel 11. Total debit limpasan untuk Kampus IPB Dramaga sebesar 5,662.58 ldt. Debit limpasan pada masing- masing DTA berkisar antara 48.51 – 1,450.35 ldt. Debit limpasan di DTA 9 yang memiliki 3 sub DTA 9a, 9b dan 9c adalah sebesar 595.11 ldt. Debit limpasan di DTA 1 relatif lebih besar dibandingkan dengan debit limpasan di DTA 9 yang luas wilayahnya lebih besar dari DTA 1. Faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah DTA 1 memiliki panjang lintasan saluran yang lebih pendek dan wilayah yang relatif curam. Tabel 11. Debit pada masing-masing Daerah Tangkapan Air IPB DTA C l m S tc jam i mmjam Luas ha Q m 3 dt Q ldt 1 0.51 396.40 0.0748 28.35 23.65 23.60 0.79 786.97 2 0.51 287.67 0.1070 16.43 34.02 30.05 1.45 1,450.36 3 0.43 788.47 0.0478 70.01 12.94 22.34 0.35 348.48 4 0.41 940.38 0.0176 184.95 6.77 26.37 0.20 202.58 5 0.42 563.27 0.0609 44.11 17.61 15.54 0.32 319.84 6 0.53 462.69 0.0979 25.52 25.36 18.76 0.70 704.04 7 0.57 626.52 0.0623 47.02 16.88 20.68 0.55 548.77 8 0.55 1,540.00 0.0131 344.84 4.47 20.74 0.14 142.50 9a 0.30 581.75 0.0079 248.05 5.57 18.57 0.09 85.62 9b 0.44 258.94 0.0085 125.51 8.77 11.43 0.12 122.34 9c 0.46 679.44 0.0179 142.02 8.08 37.73 0.39 387.14 10 0.38 283.02 0.0162 78.54 11.99 9.44 0.12 120.02 11 0.36 170.92 0.0160 53.65 15.46 3.15 0.05 48.51 12 0.50 256.94 0.0225 55.30 15.15 18.78 0.40 395.39 Total 277.16 5.66 5,662.58 C merupakan koefisien limpasan pada DTA

4.4. Perancangan Hidrolika Bangunan Pengendali Limpasan