4 adalah hasil samping industri gula yang terdiri dari 35-40 persen sukrosa dan
15-20 persen gula invert Kent, 1992. Proses pembuatan etanol dengan menggunakan tetes tebu lebih
sederhana karena hanya mencakup proses fermentasi dan distilasi. Selama proses fermentasi, yeast khamir akan mengubah glukosa hasil hidrolisis
menjadi etanol dan CO
2
serta senyawa ikatan lain seperti aldehida, amil alkohol, butil alkohol, dan propil alkohol. Senyawa ikatan tersebut harus
dipisahkan dari etanol sampai pada batas-batas tertentu untuk mencapai tingkat mutu yang baik Saraswati, 1985. Senyawa ikatan tersebut dapat
berupa asam organik, aldehida, ester, dan alkohol tingkat tinggi minyak fusel Paturau, 1982.
B. Mutu Etanol
Etanol dikategorikan dalam dua kelompok utama. Pertama, etanol 95- 9θ vv, disebut ”etanol berhidrat”, yang dibagi dalam tiga grade : 1
technicalraw sprit grade, digunakan untuk bahan bakar spiritus, minuman, desinfektan, dan pelarut; 2 industrial grade, digunakan untuk bahan baku
industri dan pelarut; 3 potable grade, untuk minuman berkualitas tinggi. Kedua, etanol 99,5 vv, digunakan untuk bahan bakar. Jika dimurnikan
lebih lanjut dapat digunakan untuk keperluan farmasi dan pelarut di laboratorium analisis. Etanol ini disebut fuel grade ethanol FGE atau
anhydrous ethanol etanol anhidrat atau etanol kering, yaitu etanol yang bebas air atau hanya mengandung air minimal Prihandana et al, 2007.
Tjokroadikoesoemo 1986 menyatakan bahwa berdasarkan jenis dan manfaatnya, etanol digolongkan menjadi tiga golongan yaitu : 1 etanol
prima, 2 etanol teknis, dan 3 etanol absolut. Etanol prima adalah etanol mutu tinggi dengan kadar 96-96,5 vv, disebut juga etanol murni dengan
kadar minyak fusel yang sangan rendah di bawah 10 mgl. Etanol ini biasanya digunakan untuk minuman keras mutu tinggi, industri farmasi, dan
industri kosmetik. Etanol teknis adalah etanol dengan kadar 92 - 94 vv dan memiliki kadar minyak fusel antara 15-30 mgl. Etanol teknis ini
digunakan dalam industri untuk bahan bakar, bahan pelarut organik, bahan
5 baku spiritus, dan bahan antara produk lain. Etanol absolut adalah etanol
dengan kadar yang sangat tinggi lebih dari 96,5 vv dan digunakan untuk pembuatan obat-obatan, bahan pelarut, dan bahan antara produksi senyawa
lain. Paturau et al. 1982 menggolongkan mutu etanol menjadi 4 golongan
yaitu : 1 etanol industri, 2 spiritus, 3 etanol murni, dan 4 etanol absolut. Etanol industri adalah etanol dengan kadar 96,5ºGL biasanya digunakan untuk
industri dan tujuan lain seperti sebagai pelarut, bahan bakar, serta untuk bahan baku produksi senyawa kimia lain. Etanol industri biasanya didenaturasi oleh
0,5-1 piridin kasar dan biasanya diwarnai dengan metil violet supaya mudah dikenali. Spiritus adalah etanol industri asli yang telah didenaturasi dan
diwarnai dengan kadar 88ºGL. Spiritus digunakan untuk bahan bakar pemanasan dan penerangan. Etanol murni adalah suatu jenis etanol dengan
kadar 96,0-96,5ºGL yang digunakan terutama untuk industri farmasi dan kosmetik serta untuk minuman beralkohol sedangkan etanol absolut adalah
etanol dengan kadar yang sangat tinggi yaitu 99,7-99,8ºGL. Mutu etanol sangat dipengaruhi oleh tingkat konsentrasinya kadar
etanol dan senyawa ikatan yang terlarut didalamnya. Parameter mutu yang menentukan mutu etanol bedasarkan SNI diantaranya adalah kadar etanol,
kadar asam, kadar minyak fusel, kadar aldehida, uji barbet, warna, kejernihan, dan bau SNI, 1994.
Kadar etanol merupakan perbandingan antara jumlah etanol dengan jumlah total larutan dan dinyatakan dalam bb atau vv. Selain itu juga
kadar etanol dinyatakan dengan ukuran derajat Gay Lussac ºGL Paturau, 1982.
Kadar asam larutan etanol didasarkan pada kadar asam asetat komponen utama asam walaupun sebenarnya dalam proses fermentasi etanol
ini tidak hanya asam asetat yang dibentuk, tetapi juga asam organik lain seperti asam sulfinat Prave et al, 1987. Asam asetat disebut juga dengan
asam etanoat yang merupakan gugus dari asam karboksilat dengan rumus kimia CH
3
COOH Russel, 1992. Semakin rendah kadar asam asetat dalam larutan etanol maka semakin baik mutu etanol yang dihasilkan karena
6 konsentrasi etanol semakin tinggi. SNI menetapkan bahwa kadar asam asam
asetat larutan etanol ”prima super” maksimal 1η mgl. Aldehida merupakan senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil dengan satu gugus alkil dan satu hidrogen yang terikat pada karbon karbonil serta memiliki rumus umum R-COH Russel, 1992. SNI menetapkan
bahwa kadar aldehida asetaldehida untuk etanol ”prima super” maksimal 4 mgl.
Uji kualitatif untuk mengetahui adatidaknya senyawa ikatan etanol yang mudah dioksidasi oleh KMnO
4
diantaranya adalah asetaldehida adalah uji barbet. SNI menetapkan bahwa uji barbet untuk etanol bermutu ”prima
super” minimal 20 menit. Secara lengkap persyaratan mutu berdasarkan SNI
06-3565-1994 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Syarat mutu etanol berdasarkan Standar Nasional Indonesia
Spesifikasi Kualitas
Prima Super Prima I
Prima II Kadar etanol
Bahan yang dapat dioksidasi uji barbet
Minyak fusel Aldehidasebagai asetaldehida
Logam berat Keasaman sebagai asam
asetat Sisa penguapan
Metanol maks 96.8 vv
min 96,3 vv min 20 menit
maks 4 mgl maks 4 mgl
- maks 15 mgl
maks 50 mgl -
min 96,1 vv min 8 menit
maks 15 mgl maks 15 mgl
- maks 30 mgl
maks 50 mgl -
min 95 vv -
- -
- maks 60 mgl
maks 50 mgl -
Standar Nasional Indonesia 1994
C. Bioetanol