Iklim di Teluk Mutiara dan sekitarnya tergolong kering yaitu musim hujan terjadi kurang lebih 2 hingga 4 bulan sedangkan musim kemarau terjadi 8 hingga 10
bulan dan dipengaruhi oleh angin musim. Angin musim barat bertiup dari arah Laut Flores dan angin musim timur bertiup dari arah Laut Banda Bapedalda Kab. Alor
2000. Teluk ini merupakan tumpuan harapan hidup bagi kebanyakan masyarakat pesisir Pulau Alor karena perannya yang sangat penting yaitu sebagai tempat
penangkapan ikan dan digunakan sebagai jalur transportasi laut bagi masyarakat Alor pada umumnya. Di sekitar perairan teluk ini sedang dikembangkan budidaya
rumput laut jenis Eucheuma cottonii oleh masyarakat di sekitarnya. Teluk Mutiara merupakan teluk yang terlindung dari ombak besar pada
musim barat maupun musim timur. Roper et al. 1984 menginformasikan bahwa cumi-cumi merupakan hewan neritik yang senang hidup bergerombol dan
terkonsentrasi pada perairan dangkal. Nabhitabhata 1996 menginformasikan bahwa cumi-cumi meyukai daerah pantai, terumbu karang dan daerah estuaria. Menurut
Field 1965 yang diacu dalam Krissunari 1987, daerah pemijahan cumi-cumi biasanya berada di teluk atau perairan yang terlindung. Cumi-cumi selalu ditangkap
oleh nelayan di teluk ini. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan adalah jaring insang dan pancing. Hal ini menunjukan bahwa cumi-cumi hidup di dalam perairan
teluk ini.
4.2 Parameter Oseanografi
Parameter oseanografi diukur pada waktu pagi siang dan malam setiap hari. Pengukuran dilakukan setiap minggu selama masa penelitian Pengukuran parameter
oseanografi dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kelayakan lingkungan dengan aktivitas metabolik organisme perairan termasuk cumi-cumi. Parameter
oseanografi lokasi penelitian khususnya pH cenderung basa sedangkan oksigen terlarut cukup tinggi. Pada musim timur arah ombak dari timur sedangkan pada
musim barat arah ombak dari barat. Arus terjadi pada saat pasang dan surut. Gerakan arus paling kuat terjadi pada bulan baru atau bulan purnama. Arus bergerak
dari arah barat saat pasang, dan bergerak kembali ke barat dari timur pada saat surut. Foto dan data pengukuran parameter oseanografi ditampilkan pada Lampiran
3 dan Lampiran 4.
Parameter oseanografi untuk perairan tropis yakni suhu 25 sampai 32
o
C, salinitas 30 sampai 34 ppt, oksigen terlarut 6 sampai 8 mgliter dan dan pH 7
sampai 8. Parameter fisik seperti suhu dan salinitas merupakan faktor pembatas di laut Nybakken 1988. Kriteria parameter kualitas perairan bagi kehidupan cumi-
cumi dan cephalopoda pada umumnya adalah sebagai berikut : Oksigen terlarut DO 5 mgliter, salinitas 25 sampai 35 ppt, suhu 28 sampai 32
o
C, pH 7,0 sampai 8,5 Nabhibtabhata 1996. Parameter oseanografi yang terukur selama penelitian
ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Parameter oseanografi di lokasi penelitian
Parameter Oseanografi
Terendah Tertinggi Suhu 25,9
o
C 30,5
o
C Salinitas
31,5 ppt 32,6 ppt
Oksigen Terlarut 7,04 mgliter
8,91 mgliter pH 8,1 8,18
Dari Tabel 2 tampak bahwa suhu rata-rata adalah 28,5
o
C, salinitas rata-rata adalah 32,13 ppt, oksigen terlarut rata-rata adalah 7,85 mgliter. Kisaran angka
parameter oseanografi lokasi penelitian ini masih berada dalam persyaratan hidup bagi cumi-cumi. Perbandingan parameter oseanografi di lokasi penelitian pada waktu
siang dan malam hari ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Perbedaan parameter oseanografi di lokasi penelitian
Waktu Suhu
o
C Salinitas ppt DO
mgliter pH
Pagi 25.9 32.3
7.04 8.18
Siang 29 31.5
8.91 8.10 Malam 30.5
2.6 7.6
8.14 Visualisasi dari perbedaan kondisi oseanografi dilokasi penelitian ditampilkan pada
Gambar 12.
5 10
15 20
25 30
35
N i l a
i
Suhu oC Salinitas
ppt DO mgltr
pH
Parameter Oseanografi
Pagi Siang
Malam
Gambar 12 Nilai parameter oseanografi di lokasi penelitian pada saat pagi siang dan malam hari.
Berdasarkan kriteria yang diinformasikan oleh Nabhibtabhata 1996 dapat dinyatakan bahwa parameter oseanografi di lokasi penelitian seperti suhu, oksigen
terlarut dan pH sesuai bagi kehidupan cumi-cumi. Substrat dasar perairan pada lokasi penelitian adalah pasir berlumpur.
Gambar 12 menunjukkan bahwa suhu, salinitas dan pH lokasi pada malam hari lebih tinggi dibandingkan pada siang dan pagi hari, sedangkan oksigen terlarut
pada siang hari lebih tinggi dibandingkan pada pagi dan malam hari. Parameter oseanografi seperti suhu dan salintias merupakan faktor pembatas di laut. Suhu
mempengaruhi proses kehidupan dan penyebaran organisme perairan Nybakken 1988. Cumi-cumi pada siang hari berada di dasar perairan, pada malam hari cumi-
cumi bergerak ke permukaan air. Cumi-cumi biasanya bermigrasi secara bergerombol schooling. Cumi-cumi sangat berasosiasi dengan faktor lingkungan
seperti salinitas, suhu dan kedalaman perairan. Kedalaman perairan berpengaruh terhadap keberadaan cumi-cumi Brodziak dan Hendrickson 1999. Segawa 1987
menyatakan bahwa suhu air sangat berperan dalam pengaturan energi cumi-cumi seperti feeding rate, pertumbuhan dan pematangan gonad. Pada kisaran suhu
dimana proses-proses kehidupan berlangsung maka kecepatan metabolisme bergantung pada suhu. Danakusumah et al. 1995 mengemukakan bahwa
kecepatan perkembangan embrio hewan air dipengaruhi oleh suhu air. Selanjutnya ditambahkan bahwa suhu air yang semakin tinggi hingga batas tertentu, akan
mempercepat waktu penetasan telur cumi-cumi. Segawa 1987 menyatakan bahwa perkembangan dan penetasan telur yang normal berada pada kisaran suhu
20
o
– 30
o
C.
4.3 Penempelan Telur Cumi-cumi Pada Atraktor