Makanan Cumi-cumi Distribusi dan Habitat Cumi-cumi

dapat dilihat bahwa pada yang jantan lengan 4 berubah menjadi alat kopulasi yang disebut hektokotil, yang berfungsi menyalurkan sperma ke cumi-cumi betina. Ketika melakukan kopulasi, hektokotil telah berisi sperma dimasukkan ke dalam rongga mantel betina, kemudian sperma akan membuahi telur-telur yang dikandung cumi- cumi betina. Sebelum melakukan kopulasi, cumi-cumi jantan akan mengambil sperma dari alat genitalianya. Sperma akan dikemas dalam tabung-tabung khitin, yang dinamakan spermatofor, besarnya 10 sampai 15 mm. Dalam 1 hari dapat diproduksi kurang lebih 12 spermatofor Roper et al. 1984.

2.3 Makanan Cumi-cumi

Cumi-cumi digolongkan sebagai hewan karnivora karena cumi-cumi memakan udang dan ikan-ikan pelagis yang ditangkap dengan tentakelnya Barnes 1987, diacu dalam Tasywiruddin 1999. Komponen makanan yang paling sering ditemukan dalam lambung cumi-cumi adalah ikan-ikan kecil. Selain ikan-ikan kecil, crustacea merupakan komponen makanan yang mempunyai frekuensi kejadian yang cukup besar Raharjo dan Bengen 1984, diacu dalam Tasywiruddin 1999. Selain itu ditemukan beberapa jenis ikan kecil dan juga kelompok organisme lainnya seperti rebon mysidacea, diatomae, protozoa dan larva kepiting. Perbedaan jenis makanan yang terdapat dalam lambung cumi-cumi tersebut tidak tergantung pada besar kecilnya cumi-cumi Krissunari 1987 dan Tasywiruddin 1999.

2.4 Distribusi dan Habitat Cumi-cumi

Pada umumnya cumi-cumi ditemukan pada daerah pantai dan paparan benua hingga kedalaman 400 m. Beberapa spesies cumi-cumi hidup sampai di perairan payau. Cumi-cumi digolongkan sebagai organisme pelagik, tetapi kadang-kadang digolongkan sebagai organisme demersal karena sering berada di dasar perairan. Cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal, yaitu pada siang hari akan berkelompok dekat dasar perairan dan akan menyebar pada kolom perairan pada malam hari. Brodziak and Hendrickson 1999 Menurut Soewito dan Syarif 1990, yang diacu dalam Tasywiruddin 1999 menyatakan cumi-cumi menghuni perairan dengan suhu antara 8 sampai 32 o C dan salinitas 8,5 sampai 30 o oo . Terjadinya kelimpahan cumi-cumi ditunjang oleh adanya zat hara yang terbawa arus run off dari daratan. Zat hara tersebut dimanfaatkan oleh fitoplankton yang selanjutnya dimanfaatkan oleh zooplankton, juvenil ikan ataupun ikan-ikan kecil yang merupakan makanan cumi-cumi Tasywiruddin 1999. Cumi-cumi pada siang hari berada di dasar perairan, pada malam hari cumi- cumi bergerak ke permukaan air. Cumi-cumi biasanya bermigrasi secara bergerombol schooling. Cumi-cumi sangat berasosiasi dengan faktor lingkungan seperti salinitas, suhu dan kedalaman perairan. Kedalaman perairan berpengaruh terhadap keberadaan cumi-cumi Brodziak and Hendrickson 1999. Peta penyebaran cumi-cumi di Indoensia dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Peta penyebaran cumi-cumi di Indonesia Ditjen Perikanan DEPTAN, 1987 Beberapa genus cumi-cumi seperti Ommastrephid harus beradaptasi secara fisiologi dan morfologis pada waktu bermigrasi jarak jauh. Migrasi harian cumi- cumi dipengaruhi pula oleh kehadiran predator dan penyebaran makanan. Cumi- cumi dewasa pada umumnya bermigrasi ke daerah pemijahan secara bergerombol. Genus Ommastrephid diketahui memijah di daerah lepas pantai, sedangkan Loligonid memijah di dekat pantai In shore. Pada waktu bermigrasi ke daerah dekat pantai untuk memijah, cumi-cumi jantan dari genus Loligo tiba lebih dahulu di pantai dari betina. Cumi-cumi akan segera meninggalkan suatu lingkungan perairan yang telah tercemar dan mencari perairan yang lebih baik Sauer et al. 1999 .

2.5 Atraktor Cumi-cumi