Inkubasi dan Penetasan Telur Tempat dan Waktu Penelitian Analisis Data

lesoniana adalah dua butir. Jumlah telur normal pada setiap kapsul adalah tiga atau lebih setiap kapsul Segawa 1987.

2.7 Inkubasi dan Penetasan Telur

Penetasan telur sangat dipengaruhi oleh tingkat pergantian air harian. Tingkat pergantian air ideal adalah 100 perhari Danakusumah et al. 1997. Lama masa inkubasi sangat bergantung pada suhu. Suhu yang rendah akan memperlama masa inkubasi Segawa 1987. Salinitas optimal selama masa inkubasi berkisar 32 sampai 38 ppt Danakusumah et al. 1997. Proses penetasan merupakan hasil pelunakan korion karena enzim yang disekresikan oleh embrio. Ukuran telur semakin membesar disebabkan korion yang semipermeable sehingga air laut dapat masuk ke dalam telur dan garam-garam mineral yang terkandung di dalamnya diperlukan embrio untuk berkembang. Embrio pada akhir tahap perkembangan akan membenturkan tubuhnya melalui gerak maju mundur berkali-kali dan pada saat menetas yang keluar terlebih dahulu adalah bagian belakang dari tubuhnya Boletzky 1977. 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Teluk Mutiara Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peta lokasi penelitian ditampilkan pada Gambar 6. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Posisi lokasi penelitian terletak pada koordinat 124 o 13’ 14” BT dan 08 o 32’32’’ LS. Waktu penelitian selama 7 tujuh bulan yang dimulai dari studi literatur, persiapan, pengumpulan data lapangan dan penyusunan laporan. Penelitian lapangan dilakukan selama 4 bulan dari tanggal 17 Agustus 2005 hingga 18 Desember 2005. Alokasi waktu penelitian lapangan adalah dua bulan penelitian tentang atraktor cumi-cumi dan dua bulan penelitian tentang penetasan telur cumi- cumi. Penelitian tentang penetasan telur cumi-cumi dimulai sejak ditemukan telur cumi-cumi telah menempel pada atraktor.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

3.2.1 Bahan

Bahan-bahan penelitian yang digunakan adalah : - tali polyethylene PE diameter 5 mm: 2 kg, 10 mm dan 12mm : 10 kg - waring meshsize 2 mm dan 5 mm : 60 meter - serat ijuk : 20 kg - batang bambu diameter 4-5 cm : 20 batang dan diameter 8-10 : 20 batang - karung goni : 12 lembar - swivel : 24 buah - pelampung bola plastik berdiameter 30 cm : 26 buah - semen : 2 sak - pasir : 4 sak - kerikil : 2 sak

3.2.2 Alat

Peralatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah : - kamera foto dan video : masing-masing 1 unit - alat ukur kualitas air Horiba : 1 unit - meter roll : 1 unit - Jam : 1 unit - GPS global positioning system-garmin 12 Ch : 1 unit - peralatan pertukangan parang, gergaji, ketam, pahat dan sendok campuran - ember plastik : 24 buah - alat tulis pensil 2B dan kertas tahan air : 1 unit - alat selam masker, snorkel dan fins : 1 unit - perahu : 3 unit

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan atraktor

Atraktor cumi-cumi terbuat dari serat ijuk dan bambu. Bentuk atraktor cumi- cumi ditampilkan pada Gambar 7 dan Gambar 8. Gambar 7 Atraktor cumi-cumi tipe terbuka. Serat ijuk dipintal menjadi tali dengan diameter 10 mm sepanjang 30 cm, sebanyak 5 buah untuk setiap atraktor. Masing-masing bagian ujung dari tali ijuk diikatkan pada dua buah tali nilon 5 mm yang ditempatkan di bagian tengah atraktor. Kerangka atraktor terbuat dari batang bambu dan dibentuk menyerupai kerangka meja dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 60 cm dan tinggi 40 cm. Pada setiap bagian rangka bambu yang berfungsi sebagai tiang dimasukkan semen cor sebagai pemberat. Semen cor ini dimasukan ke dalam ruas tiang bambu yang telah dilubangi agar kerangka dapat tenggelam. Di bagian atas dari kerangka bambu ada yang diberi penutup karung goni dan ada yang tidak diberi penutup karung goni. Perbedaan ada dan tidaknya penutup dari karung goni merupakan perlakuan tipe atraktor dalam penelitian ini. Kemudian setiap atraktor tersebut disambungkan dengan tali cabang. Antara tali cabang dan atraktor dipasangkan swivel untuk mencegah kusut dan putusnya tali cabang. Gambar 8 Atraktor cumi-cumi tipe tertutup. Tali cabang terbuat dari tali Polyethylene berdiamater 10 mm. Tali cabang dipasangkan pada tali utama. Tali utama terbuat dari tali polyethylene berdiamater 12 mm. Rangkaian atraktor dipasang di perairan pada bagian permukaan, pertengahan kolom dan dasar perairan dengan sistem long line. Pada setiap sambungan antara tali cabang dan tali utama akan dipasang sebuah pelampung berdiamater 30 cm. Pada kedua ujung tali utama dipasang pelampung berdiamater 30 cm dan pemberat atau jangkar dari blok semen.

3.3.2 Pembuatan keramba apung

Bahan-bahan utama dalam pembuatan keramba apung adalah batang bambu dan waring. Bantalan apung keramba dibentuk dari batang bambu sebanya 2 buah dengan panjang 9 m dengan ukuran diameter 8 cm sampai 10 cm. Setiap bantalan apung keramba terdiri dari 4 buah batang bambu yang diikat menjadi satu ikatan. Kedua bantalan bambu disatukan dengan palang yang terbuat dari batang bambu. Jumlah palang sebanyak 3 buah, masing dipasang di bagian ujung dan tengah keramba. Jaring pemeliharaan terbuat dari waring berwarna hitam. Ukuran waring adalah panjang 8 m, lebar 2,2 m dan tinggi 1,1 m. Di dalam jaring pemeliharaan dipasang waring meshsize 2 mm sebagai tempat penetasan telur cumi-cumi. Ukuran tempat penetasan adalah panjang 2 m, lebar 2 m dan tinggi 1 meter. Di bagian dalam tempat penetasan telur cumi-cumi dibuat ruang petak sebanyak 4 buah dengan ukuran 1 m x 1 m x 1 m. Di bagian atas dari keramba di beri penutup dari waring mesh size 5 mm seukuran lebar dan panjang jaring pemeliharaan, untuk mencegah pemangsaan dari burung-burung laut. Foto bentuk keramba penetasan telur cumi-cumi ditampilkan pada Lampiran 1.

3.3.3 Survei lokasi

Pemilihan lokasi dimaksudkan untuk mendapatkan lokasi yang sesuai untuk pemasangan atraktor. Kedudukan atraktor di atas dasar perairan kedalaman 4-5 m karena kurang stabil bila diletakkan pada tempat dengan kemiringan terjal slope. Atraktor akan terbalik pada saat terjadi pergerakan air arus yang dapat merusak karung goni sebagai penutup atraktor. Lokasi yang dipilih adalah bertopografi landai, bersubstrat dasar pasir dan tampak jelas dasar perairan jika dilihat dari atas permukaan air atau dilakukan pengamatan dengan cara menyelam. Tahapan proses persiapan penelitian diantaranya survei lokasi dan pembuatan atraktor, pembuatan keramba jaring apung kejapung dan penetasan telur hingga selesai ditampilkan pada Gambar 9. Gambar 9 Tahapan proses penelitian mengenai pemasangan atraktor. Mulai Membuat Atraktor : - lengkap - kuatkokoh - dapat tenggelam - seimbang Survey lokasi : - landai - substrat berpasir - cerah Sesuai Sesuai Tidak Setting Atraktor Ya Tidak Pengumpulan telur - Jumlah telur - Parameter oseanografi - Waktu penempelan telur Analisis Data HasilPembahasan Selesai Kesimpulan Membuat kejapung : - lengkap - kuatkokoh - dapat terapung - seimbang Sesuai Tidak Ya Ya Penetasan telur - Jumlah telur - Parameter oseanografi - Waktu menetas Uji kelayakan atraktor dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tenggelam dan kesetimbangan pada saat dimasukan ke dalam air. Apabila atraktor masih terapung dan kurang seimbang saat digantung pada tali utama maka ditambah pemberat pada tiang kerangkanya. Pemberat yang dipakai adalah semen cor.

3.3.4 Pemasangan atraktor

Pemasangan atraktor di perairan dengan sistem long line. Atraktor dimuat dengan perahu foto di Lampiran 2 ke tempat tali utama yang telah terpasang. Atraktor dipasang pada tali utama secara acak yaitu tidak ada unsur pilihan pada saat pemasangan atraktor. Setiap pelampung pada tali utama dipasang satu buah atraktor. Atraktor berjumlah 24 unit dipasang pada masing-masing pelampung. Jumlah pelampung adalah 24 unit. Bentuk pemasangan atraktor dengan sistem long line ditampilkan pada Gambar 10. Gambar 10. Bentuk pemasangan atraktor dengan sistem long line Atraktor cumi-cumi dipasang di tiga kedalaman yang berbeda yaitu bagian permukaan air 0 sampai 1 m, kolom 2 sampai 3 m dan di atas dasar perairan 4 sampai 5 m. Penandaan kedalaman perairan khususnya pada kolom dan bagian dasar dilakukan pada saat kondisi pasang tertinggi. Kisaran kedalaman 2 sampai 3 m untuk atraktor yang dipasang di kolom dan kedalaman 4-5 meter adalah perbedaan kedalaman perairan pada saat pasang dan surut, yang dipasang di permukaan berada pada kedalaman 0 sampai 1 m. Kedalaman 0 sampai 1 m untuk atraktor di bagian permukaan adalah jarak antara permukaan air hingga bagian dasar atraktor setelah atraktor tersebut dipasang pada tali utama. Jarak ikatan antara setiap atraktor pada tali utama adalah 3 m. 3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Pengamatan telur cumi-cumi pada atraktor Setelah pemasangan atraktor di perairan, selanjutnya dilakukan pengangkatan atraktor. Pengangkatan atraktor dilakukan dua kali setiap hari yaitu pada waktu pagi jam 5.00 WITA dan sore hari jam 18.00 WITA untuk mengamati ada tidaknya telur yang menempel pada atraktor dan untuk mengetahui waktu penempelan telur cumi-cumi pada atraktor. Telur cumi-cumi yang ditemukan pada pengangkatan atraktor jam 5.00 WITA diasumsikan menempel pada malam hari sedangkan yang ditemukan pada pengangkatan atraktor jam 18.00 WITA diasumsikan menempel pada siang hari. Telur cumi-cumi yang menempel pada masing-masing atraktor kemudian dicatat jumlahnya. Bentuk desain percobaan ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 Bentuk rancangan percobaan Kedalaman perairan Jenis atraktor Permukaan 0 – 1 m Kolom air 2 – 3 m Dasar 4 – 5 m Ulangan 1 sd Ulangan ke-4 Ulangan 1 sd Ulangan ke-4 Ulangan 1 sd Ulangan ke-4 Dengan penutup karung goni Rata-rata Rata-rata Rata-rata Ulangan 1 sd Ulangan ke-4 Ulangan 1 sd Ulangan ke-4 Ulangan 1 sd Ulangan ke-4 Tanpa penutup karung goni Rata-rata Rata-rata Rata-rata

3.4.2 Penetasan telur cumi-cumi 4

Telur cumi-cumi dikumpulkan dari atraktor dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tempat penetasan. Tempat penetasan telah disiapkan terlebih dahulu di dalam keramba jaring apung. Telur cumi-cumi dari setiap jenis atraktor dan kedalaman pemasangannya dimasukkan pada masing-masing petak di dalam tempat penetasan. Tahap selanjutnya mengamati dan mencatat waktu menetas dari telur-telur tersebut.

3.4.3 Pengukuran parameter oseanografi

Parameter oseanografi di lokasi penelitian yang diukur meliputi parameter fisik dan kimia perairan. Parameter fisik adalah suhu, arus dan ombak, sedangkan parameter kimia adalah oksigen terlarut, salinitas, dan keasaman perairan pH. Pengukuran parameter oseanografi dilakukan pada pagi, siang dan malam hari setiap minggu untuk mengetahui variasi mingguan kondisi oseanografi. Pengukuran juga dilakukan di dalam keramba jaring apung saat awal telur cumi-cumi diinkubasi.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh disusun dalam bentuk matriks, dihitung rata-ratanya dan kemudian dibandingkan dengan uji rata-rata uji - t, dengan nilai t tabel 0,05. Analisis ini dilakukan untuk menentukan pengaruh dari perbedaan jenis dan kedalaman perairan tempat pemasangan atraktor terhadap jumlah penempelan telur cumi-cumi. Formulasi uji - t menurut petunjuk Nasoetion dan Barizi 1980 sebagai berikut : n X X ∑ = ……………………………………………………………….. 1 n X X SS ∑ ∑ − = 2 1 2 1 1 ……………………...........…………………… 2 n X X SS ∑ ∑ − = 2 2 2 2 2 …….............………………..………………….. 3 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 n n X n n SS SS SX SX + − + + = − ……………...………………...4 t = 2 1 2 1 SX SX X X − − …….……………………………….……………….. 5 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Teluk Mutiara