Meskipun sifatnya sepihak namun Perjanjian baku sudah diterima dalam hubungan hukum antar subyek hukum terutama sangat dibutuhkan dalam
hubungan hukum antara produsen dalam menjual produksinya dan atau jasanya memerlukan transaksi yang cepat, efektif, dan efisien sehingga
nampak jelas bahwa yang diutamakan adalah prinsip ekonomi.
C. Definisi Perjanjian Baku
Perjanjian Baku berasal dari dua kata yaitu kata “Perjanjian” dan kata “Baku” yang menurut KBBI masing-masing berarti;
Perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat dalam menaati apa
yang disebut dalam persetujuan itu
5
. Baku adalah tolak ukur yang berlakku untuk kuantitas atau kualitas yang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan;standar
6
;
Menurut Prof.Sutan Remi Sjahdeni, S.H mengemukakan Perjanjian
baku adalah perjanjian yang hampir seluruh klausul-klausulnya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak
mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan
7
.
Menurut Prof. Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku artinya
perjanjian yang menjadi tolak ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan hubungan hukum dengan
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta:Balai Pustaka, 2002, h.458
6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia………., h.94
7
Sutan Remy Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan………., h.66
pengusaha. Yang dibukukan dalam perjanjian baku ialah meliputi model, rumusan dan ukuran
8
.
Menurut Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, Perjanjian baku tetap
merupakan perjanjian yang mengikat para pihak yang menandatanganinya, walaupun harus diakui bahwa klausula yang terdapat dalam perjanjian baku
banyak mengalihkan beban tanggung gugat dari pihak perancang perjanjian baku kepada pihak lawannya, namun setiap kerugian yang timbul di kemudian
hari akan tetap ditanggung oleh para pihak yang bertanggung jawab berdasarkan kalusula perjanjian tersebut, kecuali jika klausula tersebut
merupakan klausula yang dilarang berdasarkan pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen
9
.
Menurut Boyke A Sidharta, S.H, Perjanjian baku adalah perjanjian yang
menjadi standar bagi setiap transaksi yang dibuat oleh dan diantara pihak yang dominan dengan pihak lain yang seluruh atau sebagian besar substansinya
telah ditentukan sebelumnya secara sepihak demi meletakkan kepastian hukum, keamanan dan kontrol dipihak yang dominan
10
.
Menurut Munir Fuadi, Kontrak Baku adalah sutu kontrak tertulis yang
dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam kontrak tersebut bahkan seringkali kontrak tersebut sudah tercetak boilerplate dalam bentuk formulir-formulir
8
Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI, Pemberdayaan Hak-Hak Konsumen di Indonesia, Jakarta:Direktorat Perlindungan Konsumen,2001, h.183
9
Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan………., h.118
10
Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI, Pemberdayaan Hak-Hak ……….h.183
tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut di tandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informatif
tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam klausula-klausulanya, dimana pihak lain dalam kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan atau
hanya sedikit kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah klausula- klausula yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut, sehingga biasanya
kontrak baku sangat berat sebelah
11
. D.
Ciri-Ciri Perjanjian Baku
Sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka ciri-ciri perjanjian baku mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan tuntutan
masyaratkat. Ciri-ciri tersebut yakni
12
; 1. Bentuk Perjanjian Tertulis
Yang dimaksud dengan perjanjian ialah naskah perjanjian keseluruhan dan dokumen bukti perjanjian yang memuat syarat-syarat baku. Kata-kata
atau kalimat pernyataan kehendak yang termuat dalam syarat-syarat baku dibuat secara tertulis berupa akta otientik atau akta di bawah tangan.
Karena dibuat secara tertulis maka, perjanjian yang memuat syarat-syarat baku itu menggunakan kata-kata atau susunan kalimat yang teratur dan
rapi. Jika huruf yang dipakai kecil-kecil kelihatan isinya sangat padat dan sulit dibaca dalam waktu singkat. Contoh perjanjian baku ialah perjanjian
jual beli, perjanjian polis asuransi, charter party, kredit dengan jaminan
11
Munir Fuadi, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Buku Kedua Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2003, h.76
12
Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku………., h.6-9
sedangkan contoh dokumen bukti perjanjian ialah konosemen, nota pesanan, nota pembelian, tiket pengangkutan.
2. Format Perjanjian Dibakukan Format perjanjian meliputi model, rumusan dan ukuran. Format ini
dibakukan artinya sudah ditentukan model, rumusan, dan ukurannya, sehingga tidak dapat diganti, diubah atau dibuat dengan cara lain karena
sudah dicetak. Model perjanjian dapat berupa blanko, naskah perjanjian lengkap, atau blanko formulir yang dilampiri dengan naskah syarat-syarat
perjanjian yang memuat syarat-syarat baku. Contoh format perjanjian baku ialah polis asuransi, akta pejabat pembuat akta tanah, perjanjian sewa beli,
penggunaan kartu kredit dan sertifikat obligasi. 3. Syarat-Syarat Perjanjian Ditentukan oleh Pengusaha
Syarat-syarat perjanjian yang merupakan pernyataan kehendak ditentukan sendiri oleh pengusaha atau organisasi pengusaha. Karena
syarat-syarat perjanjian itu dimonopoli oleh pengusaha, maka sifatnya cenderung lebih menguntungkan pengusaha daripada konsumen. Hal ini
tergambar dari klausula eksonerasi berupa pembebasan tanggung jawab pengusaha, tanggung jawab tersebut menjadi beban konsumen. Penentuan
secara sepihak oleh pengusaha dapat diketahui melalui format perjanjian yang sudah siap pakai, jika konsumen setuju, maka di tanda tanganilah
perjanjian tersebut.
4. Konsumen Hanya Menerima atau Menolak Jika konsumen bersedia menerima syarat-syarat perjanjian yang
disodorkan kepadanya, maka ditandatanganilah perjanjian tersebut. Penandatanganan itu menunjukan bahwa konsumen bersedia memikul
beban tanggung jawab walaupun mungkin ia tidak bersalah. Jika konsumen tidak setuju dengan syarat-syarat perjanjian yang disodorkan
itu, ia tidak boleh menawar syarat yang sudah dibakukan itu. Menawar syarat-syarat baku berarti menolak perjanjian.
5. Penyelesaian Sengketa Melalui MusyawarahPeradilan Syarat-syarat perjanjian terdapat standar baku mengenai penyelesaian
sengketa. Jika terjadi sengketa dalam pelaksanaan perjanjian, maka penyelesaiannya dilakukan melalui arbitrase. Tetapi jika ada pihak yang
menghendaki, tidak tertutup kemungkinan penyelesaian sengketa melalui Pengadilan Negeri.
6. Perjanjian Baku Menguntungkan Pengusaha Kenyataan menunjukkan bahwa kencenderungan perkembangan
perjanjian ialah dari lisan ke bentuk tulisan, dari perjanjian tertulis biasa ke perjanjian tertulis yang dibakukan, syarat-syarat baku dimuat lengkap
dalam naskah perjanjian atau ditulis sebagai lampiran yang tidak terpisah dengan formulir perjanjian, atau ditulis dalam dokumen bukti perjanjian.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa perjanjian baku yang dirancang secara sepihak oleh pengusaha menguntungkan pengusaha berupa;
a. Efisiensi biaya,waktu dan tenaga; b. Praktis karena sudah tersedia naskah yang dicetak berupa formulir atau
blanko yang siap diisi dan ditandatangani; c. Penyelesaian cepat karena konsumen hanya menyetujui dan atau
menandatangani perjanjian yang disodorkan kepadanya; d. Homogenitas perjanjian yang dibuat dalam jumlah yang banyak.
E. Jenis Perjanjian dengan Klausula Baku