Perjanjian pada Umumnya TINJAUAN PERJANJIAN BAKU

34

BAB III TINJAUAN PERJANJIAN BAKU

A. Perjanjian pada Umumnya

Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Sedangkan suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, munculah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan 1 . Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak memberikan rumusan, definisi, maupun istilah “perikatan”. Diawali dengan ketentuan Pasal 1233, yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap Perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang”, ditegaskan bahwa setiap kewajiban perdata dapat terjadi karena dikehendaki oleh pihak-pihak terkait dalam perikatan yang secara sengaja dibuat oleh mereka, ataupun karena ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, berarti perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih orang pihak dalam bidanglapangan harta kekayaan, yang melahirkan kewajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum tersebut. 1 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa,2010, h.1 Perjanjian berdasarkan definisi yang diberikan dalam pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah suatu perbuatan yang mengikatkan dirinya antara satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih. Sedangkan menurut Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani pengikatan, seperti telah diuraikan dalam Bab IV buku III KUH Perdata oleh pasal 1320 KUH Perdata dirumuskan dalam bentuk 2 : 1. Kesepakatan yang bebas; 2. Dilakukan oleh pihak yang demi hukum dianggap cakap untuk bertindak; 3. Untuk melakukan suatu prestasi tertentu; 4. Prestasi tersebut haruslah suatu prestasi yang diperkenankan oleh hukum, kepatuhan, kesusilaan, ketertiban umum dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat luas atau biasa disebut dengan suatu klausa yang halal. Undang-undang memberikan hak kepada setiap orang untuk secara bebas membuat dan melaksanakan perjanjian, selama keempat unsur di atas terpenuhi. Pihak-pihak dalam perjanjian adalah bebas menentukan aturan main yang mereka kehendaki dalam perjanjian tersebut, dan selanjutnya untuk melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan yang telah tercapai diantara mereka.

B. Perjanjian Baku pada Umumnya