terlepas dari keterkaitan atau hubungan antara wacana dengan kenyataan. Kenyataan atau realitas dipahami sebagai seperangkat konstruksi sosial yang
dibentuk melalui wacana. Dalam analisis wacana, penafsiran makna tidak hanya dilakukan pada pernyataan yang nyata dalam teks, namun juga harus
dianalisis dari
makna yang
tersembunyi. Konteks
situasi yang
melatarbelakangi terjadinya suatu bentuk komunikasi sangat terkait dalam proses analisis wacana.
2.2.4 Koherensi dalam wacana
Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa terdiri atas bentuk form dan makna meaning, maka hubungan antarbagian wacana dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi cohesion dan hubungan makna atau hubungan semantis yang disebut koherensi coherence.
Dengan demikian, wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif, dan dilihat dari segi
hubungan makna atau struktur batinnya bersifat koheren. Sumarlam, 2008: 23
Koherensi adalah kepaduan gagasan antarbagian dalam wacana, dan kohesi merupakan salah satu cara untuk membentuk koherensi. Koherensi
merupakan salah satu aspek wacana yang penting dalam menunjang keutuhan makna wacana. Bila suatu ujaran tidak memiliki koherensi, hubungan
semantik-pragmatik yang seharusnya ada menjadi tidak terbina dan tidak logis
lagi. Dengan kata lain, ujaran yang mengabaikan koherensi bukanlah wacana non-teks.
Wohl dalam Tarigan, 1993: 104 menyatakan bahwa koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, ide, menjadi
suatu untaian yang logis, sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya.
Dijk 1977: 93 dalam bukunya Text and Discourse menyatakan “Intuitively; coherence is a semantic property of discourse, based on the
interpretation of each individual sentence relative to the interpretation of other sentence”. Koherensi merupakan bagian dari wacana yang didasarkan
pada hubungan interpretasi satu kalimat terhadap kalimat lainnya. Selain itu, Willis 1966: 46 dalam bukunya Structure Style Usage
berpendapat bahwa “The paragraph of a paper are coherence when they are closely and logically joined together.” Rangkaian paragraf dikatakan koheren
apabila satu sama lainnya dihubungkan secara dekat dan logis. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa suatu wacana yang koheren itu logis dan dapat dipahami baik oleh penutur maupun pendengar atau pembaca. Ujaran yang tidak koheren
bukanlah wacana. Kekoherensian sebuah wacana dapat diwujudkan secara implisit maupun eksplisit. Secara implisit hal tersebut dapat dicapai lewat
konteks situasi di mana bahasa digunakan. Secara eksplisit hal tersebut dapat dicapai lewat unsur-unsur kohesi dan unsur-unsur acuannya yang
berkesinambungan.
2.2.5 Kohesi