kalimat namun tidak pula didefinisikan berdasarkan ukuran panjang kalimatnya. Teks terkadang pula digambarkan sebagai sejenis kalimat yang
super yaitu sebuah unit gramatikal yang lebih panjang daripada sebuah kalimat yang saling berhubungan satu sama lain. Jadi sebuah teks terdiri dari
beberapa kalimat sehingga hal itulah yang membedakannya dengan pengertian kalimat tunggal. Selain itu sebuah teks dianggap sebagai unit semantik yaitu
unit bahasa yang berhubungan dengan bentuk maknanya. Dengan demikian teks itu dalam realisasinya berhubungan dengan klausa yaitu satuan bahasa
yang terdiri atas subyek dan predikat dan apabila diberi intonasi final akan
menjadi sebuah kalimat.
2. Konteks
Konteks adalah benda atau hal yang berada bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa. Mulyana 2005:21 menyatakan
bahwa konteks adalah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraandialog.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang
melatarbelakangi peristiwa tuturan itu. Berdasarkan penjelasan pada topik mengenai teks diatas yang
menyatakan bahwa analisis wacana mengharuskan disertakannya analisis tentang konteks terjadinya suatu tuturan, maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa konteks merupakan konsep yang paling penting dalam
analisis wacana. Hal ini didukung oleh pernyataan Nunan 1993: 7-8 bahwa “context refers to the situation giving rise to the discourse, and within which
the discourse is embedded”. Konteks mengacu pada situasi yang memunculkan suatu wacana, dan merupakan tempat dimana wacana berada.
Sejalan dengan pendapat Nunan, Mulyana 2005: 21 juga berpendapat bahwa wacana adalah wujud atau bentuk bahasa yang bersifat komunikatif,
interpretatif, dan kontekstual. Artinya, pemakaian bahasa ini selalu mengandaikan
terjadi secara
dialogis, perlu
adanya kemampuan
menginterpretasikan, dan memahami konteks terjadinya wacana. Pemahaman terhadap konteks wacana diperlukan dalam proses menganalisis wacana secara
utuh. Keberadaan konteks dalam suatu struktur wacana menunjukkan bahwa
teks tersebut memiliki struktur yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Gejala inilah yang menyebabkan suatu wacana menjadi utuh dan lengkap.
Konteks, dengan demikian, berfungsi sebagai alat bantu memahami dan menganalisis wacana.
Guy Cook 1989: 10 menyatakan bahwa konteks adalah situasi yang berupa budaya, hubungan sosial dengan partisipan, apa yang kita ketahui, dan
asumsi kita terhadap apa yang diketahui oleh pengirim pesan yang mempengaruhi ketika kita menerima pesan. Faktor-faktor tersebut adalah
faktor di luar studi kebahasaan. Selanjutnya Cook juga menyatakan bahwa konteks adalah semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan
mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya.
Malinowski dalam Halliday dan Hasan: 1976 secara garis besar membedakan konteks wacana menjadi dua kelompok, yaitu konteks bahasa
dan konteks luar bahasa. Konteks bahasa disebut ko-teks, sedangkan konteks luar bahasa extra linguistic context disebut dengan konteks situasi dan
konteks budaya, atau konteks saja. Konteks bahasa atau disebut juga dengan konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-unsur bahasa. Konteks
ini dapat berupa unsur teks dalam sebuah teks. Wujudnya bermacam-macam, dapat berupa kalimat, paragraf, dan bahkan wacana. Sedangkan konteks luar
bahasa atau konteks ekstralinguistik adalah konteks yang bukan berupa unsur- unsur bahasa. Konteks ekstralinguistik itu mencakup praanggapan, partisipan,
topik atau kerangka topik, latar, saluran, dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi berbahasa.
Partisipan mencakup penutur, mitra tutur, dan pendengar. Latar adalah tempat dan waktu serta peristiwa beradanya komunikasi. Saluran adalah ragam
bahasa dan sarana yang digunakan dalam penggunaan wacana. Kode adalah bahasa atau dialek yang digunakan dalam wacana.
Konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur, seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk
amanat, kode, dan saluran. Unsur-unsur itu berhubungan pula dengan unsur- unsur yang terdapat dalam setiap komunikasi bahasa. Unsur-unsur tersebut
seperti yang dikemukakan oleh Hymes 1974: 54-60 dengan konsep SPEAKING, yaitu:
1. Setting and Scene
Setting atau Latar mengacu pada tempat ruang-space dan waktu atau tempo time terjadinya percakapan, misalnya suasana nyata di mana
tuturan terjadi. Sedangkan scene atau suasana mengacu pada keadaan psikologi yang abstrak formal, informal, atau definisi budaya dari suatu
kejadian. Dalam keadaan tertentu, partisipan bebas untuk mengubah situasi.
2. Participants
Participants atau Peserta mengacu kepada peserta percakapan, yakni pembicara penyapa dan pendengar atau kawan bicara pesapa. Peserta
tuturan, termasuk kombinasi dari pembicara-pendengar, pemberi tutur- yang diberi tuturan, atau pengirim dan penerima.
3. Ends
Ends atau hasil mengacu pada hasil percakapan dan tujuan percakapan. 4.
Act Sequence Act sequence mengacu pada bentuk atau rangkaian peritiwa yang terjadi.
5. Key
Key atau Cara mengacu pada tekanan, tata cara, atau semangat bagaimana pesan tertentu disampaikan, misalnya santai, serius, sarkastik, dan
sebagainya.
6. Instrumentalities
Instrumentalities atau sarana mengacu pada pilihan saluran atau media, misalnya lisan, tertulis, atau telegrafik, dan pada bentuk aktual dari tutur
yang digunakan seperti bahasa, dialek, kode atau register yang dipilih. 7.
Norms Norms atau norma mengacu pada aturan-aturan sosial yang mengikat
setiap peritiwa dan tindakan atau reaksi dari penutur dan mitra tutur. 8.
Genre Genre atau jenis mengacu pada jenis pembatas yang jelas dari tuturan,
seperti puisi, peribahasa, doa, perkuliahan, dan editorial. Dalam menganalisis wacana sasaran utamanya bukan pada struktur
kalimat tetapi pada status dan nilai fungsional kalimat dalam konteks, baik itu konteks linguistik ataupun konteks ekstralinguistik. Ada tiga manfaat konteks
dalam analisis wacana, yaitu: 1.
Penggunaan konteks untuk mencari acuan, yaitu pembentukan acuan berdasarkan konteks linguistik.
2. Penggunaan konteks untuk menentukan maksud tuturan, yaitu bahwa
maksud sebuah tuturan ditentukan oleh konteks wancana. 3.
Penggunaan konteks untuk mencari bentuk tak terujar yaitu bentuk yang memiliki unsur tak terujar atau bentuk eliptis adalah bentuk yang hanya
dapat ditentukan berdasarkan konteks.
Uraian tentang konteks terjadinya suatu percakapan wacana menunjukan bahwa konteks memegang peranan penting dalam memberi
bantuan untuk menafsirkan suatu wacana. Konteks memiliki hubungan yang sangat erat dengan banyak unsur yang mempengaruhinya. Pengguna bahasa
harus memperhatikan konteks agar dapat menggunakan bahasa secara tepat dan menentukan makna secara tepat pula. Dengan kata lain, pengguna bahasa
senantiasa terikat konteks dalam menggunakan bahasa. Konteks yang harus diperhatikan adalah konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik.
2.2.3 Analisis Wacana