Perbandingan Hasil Kajian Wacana Cerpen ”The Killers” dengan

Selanjutnya, berbeda dengan kohesi gramatikal, penggunaan aspek- aspek dari kohesi leksikal dalam wacana cerpen ini jumlahnya lebih cenderung berbanding seimbang antara satu sama lainnya. Penggunaan penanda kohesi leksikal ini juga bertujuan untuk beberapa alasan. Pertama, dalam pengacuan leksikal berupa repetisi, terdapat penyebutan beberapa nomina dan frasa nomina secara berulang-ulang. Seperti telah dijelaskan pada alasan penggunaan kohesi gramatikal di atas, penyebutan nomina secara berulang atau repetisi ini bertujuan untuk memperkenalkan atau mendeskripsikan karakteristik dari tokoh cerita melalui dialog-dialog minimalis jika yang diulang-ulangi adalah nomina atau frasa nomina yang mengacu pada tokoh cerita, serta mendeskripsikan suasana atau situasi dalam cerita jika yang diulang-ulangi adalah nomina berupa nama tempat. Selain itu, penggunaan penanda kohesi leksikal ini juga bertujuan untuk menghindari penggunaan bahasa yang monoton atau cenderung sama dari awal hingga akhir cerita, serta menciptakan variasi penggunaan bahasa yang membuat wacana lebih menarik. Hal ini terlihat dalam penggunaan pasangan dan kelompok kata yang membentuk relasi semantik berupa sinonim dan hiponim.

4.3.4 Perbandingan Hasil Kajian Wacana Cerpen ”The Killers” dengan

Beberapa Hasil Kajian Wacana yang Relevan. Jika dibandingkan dengan beberapa penelitian sejenis, dapat ditemukan perbedaan dan persamaan antara kajian wacana cerpen The Killers ini dengan hasil penelitian sejenis lainnya. Sebagai perbandingan, diambil dua penelitian yang relevan, yang pertama adalah Kohesi dalam Wacana – Suatu Analisis terhadap Novel “A Moveable Feast” Karya Ernest Hemingway, oleh Retno Palupi; dan yang kedua adalah Analisis Penanda Kohesi dalam Cerpen ”Innocence” karya Sean O’faolain, oleh Wahyu Tri Widadyo. Berbeda dengan analisis dalam penelitian ini, penelitian Kohesi dalam Wacana – Suatu Analisis terhadap Novel “A Moveable Feast” Karya Ernest Hemingway; oleh Retno Palupi adalah kajian bersifat deskriptif yang hanya dibatasi pada analisis kohesi gramatikal dalam teks dialog. Sedangkan analisis dalam penelitian ini mencakup analisis terhadap kohesi gramatikal dan leksikal dalam wacana cerpen dengan penulis yang sama, yakni Ernest Hemingway. Akan tetapi, sebagai kajian wacana, kedua penelitian ini pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yakni menghitung frekuensi kemunculan tiap jenis kohesi dan mendeskripsikan unsur-unsur kohesi dan jenis kohesi tersebut. Kemudian, dalam wacana “A Moveable Feast” Karya Ernest Hemingway ditemukan jenis kohesi dengan tingkat kemunculan tertinggi adalah referensi personal sebanyak 38,18 , dan unsur kohesi dengan tingkat kemunculan terendah adalah substitusi nominal, yaitu sebanyak 0,91. Hasil yang diperoleh ini secara garis besar dapat disimpulkan sama dengan hasil analisis terhadap wacana cerpen The Killers yang memiliki penanda kohesi pengacuan sebagai jenis kohesi dengan tingkat kemunculan tertinggi yakni sebanyak 491 atau 91,1, dan penyulihan atau substitusi sebagai kohesi dengan tingkat kemunculan terendah, yakni hanya sejumlah 2 buah atau 0, 37. Akan tetapi, dari hasil yang ada dapat dilihat bahwa wacana cerpen The Killers lebih didominasi oleh unsur pengacuan sebanyak 91,1, yang tentunya berbanding tidak seimbang dengan ketiga jenis kohesi gramatikal lainnya yang tingkat kemunculannya hanya 8,9. Sedangkan pada wacana cerpen A Moveable Feast, tingkat kemunculan jenis-jenis kohesi ini lebih cenderung berbanding seimbang. Meskipun ada perbandingan yang tidak seimbang pada kemunculan jenis-jenis aspek gramatikal dalam wacana cerpen The Killers, tapi hal ini tidak mempengaruhi kelogisan makna wacana tersebut. Karena pada dasarnya, penggunaan unsur-unsur kohesi dalam wacana disesuaikan dengan kebutuhan teks. Selanjutnya, penelitian Analisis Penanda Kohesi dalam Cerpen ”Innocence” karya Sean O’faolain, oleh Wahyu Tri Widadyo, memiliki tujuan yang sama dengan penelitian ini, yakni mendeskripsikan unsur-unsur kohesi yang terdapat dalam wacana cerpen, baik kohesi gramatikal maupun kohesi leksikal. Dari hasil analisis data, dalam cerpen Innocence ditemukan kohesi gramatikal sebanyak 161 buah yang terdiri dari referensi sebanyak 131 buah, konjungsi sebanyak 27 buah, substitusi sebanyak dua buah, dan elipsis sebanyak satu buah, serta kohesi leksikal yang cukup banyak, yaitu 168 buah. Hasil yang diperoleh ini berbeda dengan hasil pada analisis wacana cerpen The Killers, jika wacana cerpen The Killers lebih didominasi oleh kemunculan unsur kohesi gramatikal yakni sebanyak 539 dengan unsur kohesi leksikal yang hanya 51 buah, maka pada wacana cerpen Innocence kemunculan unsur kohesi gramatikal dan unsur kohesi leksikal lebih berbanding seimbang yakni kohesi leksikal sebanyak 168 dan unsur kohesi gramatikal sebanyak 161 buah, meskipun dari hasil yang ada dapat dilihat bahwa dalam cerpen Innocence ini lebih didominasi oleh kemunculan aspek kohesi leksikal. Dari kedua perbandingan di atas, dapat ditarik satu kesimpulan secara umum, yakni penanda kohesi gramatikal yang paling banyak ditemukan dalam wacana naratif, khususnya cerpen, adalah pengacuan atau referensi. Hal ini tentunya dapat dipahami, karena sebuah cerita yang bergaya naratif pasti melibatkan karakter tokoh dan setting yang berperan dalam pembentukan alur, dari awal hingga akhir cerita. Kemudian penanda kohesi gramatikal yang paling sedikit jumlahnya dibandingkan penanda kohesi gramatikal lainnya adalah penyulihansubstitusi dan pelesapanelipsis. Tetapi, hal ini biasanya tidak mempengaruhi kelogisan makna wacana, karena biasanya wacana tulis yang memuat elipsis ataupun substitusi yang terlalu banyak justru dapat membuat wacana itu sulit untuk dipahami.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN