itu, bahan baku diterima segera masuk ke proses produksi. Bahan-bahan produksi yang lain segera digabungkan dan dikerjakan, dan produk yang
telah jadi segera dikirimkan pelanggan Garrison, 2006.
12. Analisis ABC
Analisis ABC membagi persediaan xxxx ke dalam tiga kelompok berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang. Analisis ABC
merupakan penerapan persediaan dari prinsip pareto. Prinsip pareto menyatakan bahwa ada beberapa yang penting dan banyak yang sepele.
Pemikiran yang mendasari prinsip ini adalah bagaimana menfokuskan sumber daya pada bagian persediaan penting yang sedikit itu dan bukan
pada bagian persediaan yang banyak namun sepele. Untuk menentukan nilai uang tahunan dari volume dalam analisis ABC, kita mengukur
permintaan tahunan dari setiap butir persediaan dikalikan dengan biaya per unit. Butir persediaan kelas A adalah persediaan yang jumlah nilai
uang per tahun tinggi. Butir persediaan semacam ini mungkin hanya mewakili sekitar 15 dari butir persediaan total, tetapi mewakili 70-80
dari total biaya persediaan. Butir persediaan kelas B adalah butir persediaan yang volume tahunannya dalam nilai uang sedang. Butir-
butir persediaan ini mungkin hanya mewakili 30 5 dari keseluruhan persediaan dan 15-25 dari nilainya. Butir-butir persediaan yang volume
tahunannyakecildinamakan kelas C, yang mewakili hanya 5 dari keseluruhan volume tahunan tetapi sekitar 55 dari keseluruhan
persediaan. Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC mencakup
hal-hal dibawah ini : 1. Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan pada
pemasok harus lebih tinggi untuk butir persediaan A dibandingkan butir persediaan C.
2. Butir persediaan A berlainan dengan butir persediaan B dan C, harus dikendalikan secara lebih ketat, karena mungkin butip persediaan A
ditempatkan di wilayah yang lebih tertutup dan mungkin karena keakuratan catatan persediaannya harus lebih sering diverifikasi.
3. Meramalkan butir persediaan A mungkin harus lebih berhati-hati daripada meramalkan butir persediaan yang lain.
Render dan Haizer, 2001
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Bagi perusahaan manufaktur, mengolah bahan baku menjadi produk jadi dengan kualitas yang baik merupakan hal yang penting dalam
menghadapi persaingan global. Dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi diperlukan proses produksi yang lancar. Proses produksi yang berjalan
dengan lancar akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Dalam proses produksinya, perusahaan membutuhkan ketepatan perhitungan dalam
pengadaan bahan bakunya, oleh karena itu perusahaan membutuhkan pengendalian persediaan bahan baku, sehingga bahan baku yang nantinya
akan diproses tidak mengalami penurunan kualitas maupun kuantitas dan proses produksi yang dijalankan perusahaan efektif dan menghasilkan produk
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
keberhasilan jalannya proses produksi suatu perusahaan. Apabila jumlah bahan baku tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan maka akan
menyebabkan ketidaklancaran proses produksi, sehingga output yang diperoleh tidak maksimal. Jumlah bahan baku yang terlalu banyak akan
menyebabkan biaya persediaan yang terlalu besar, begitu pula dengan jumlah bahan baku yang terlalu sedikit tidak dapat mencukupi kebutuhan untuk
proses produksi. Setiap perusahaan selalu dihadapkan pada persoalan tentang bagaimana mengefisiensikan biaya produksinya agar dapat tercapai jumlah
produksi yang maksimal. Biaya-biaya produksi tersebut meliputi biaya pengelolaan bahan baku, biaya proses produksi hingga biaya pemasaran
produk yang telah jadi. Biaya pengelolaan bahan baku atau biaya persediaan merupakan salah satu dari jenis biaya produksi yang jumlahnya cukup besar,
sehingga diperlukan adanya pengendalian persediaan bahan baku.