6 OTC sebanyak 0,5 gram, Cyprofish sebanyak 3 gram, atau bawang putih
sebanyak 20 gram dalam 1 kg pakan. Sedangkan langkah yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit adalah menjaga kebersihan alat
–alat yang digunakan, serta penggunaan alat yang berbeda untuk benih sehat dengan benih yang yang
telah terserang penyakit. Pencegahan penyakit juga dilakukan melalui manajemen kualitas air yang baik, seperti membersihkan kotoran yang ada didasar bak, dan
pengaliran air. Gejala klinis yang terjadi antara lain membengkaknya rongga perut oleh cairan, tukak borok yang ditandai dengan luka pada kulit dan otot,
haemorhagic septicaemia yang disebut juga “infectious dropsy” Kabata, 1985.
2.3.4 Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air diperlukan agar benih lele tetap sehat selama pemeliharaan. Kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, DO, TOM dan TAN.
Selain kualitas air, dilakukan kegiatan pergantian air dengan sistem resirkulasi. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan dengan menggunakan alat ukur,
seperti termometer, pH meter, DO meter dan Spektrofotometer. Pengukuran kualitas air dilakukan seminggu satu kali pada pukul 09.30 WIB kecuali
pada pengukuran suhu yang dilakukan setiap hari pada pukul 07.00, 12.00 dan 17.00 WIB.
2.4 Parameter Pengamatan 2.4.1 Kelangsungan Hidup KH
Kelangsungan hidup yaitu persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan yang ditebar. Penghitungan
kelangsungan hidup ini dapat menggunakan rumus : KH = Nt No x 100
Keterangan: KH
= Kelangsungan Hidup
Nt = Jumlah Populasi ikan pada akhir pemeliharaanekor
No = Jumlah Populasi ikan pada awal pemeliharaan ekor
2.4.2 Laju Pertumbuhan Harian LPH
Laju Pertumbuhan Harian menunjukkan persentase pertumbuhan bobot harian ikan selama masa pemeliharaan. Bobot rata-rata awal ditimbang sebelum
perlakuan dan diukur pula bobot rata-rata saat sampling dan panen. LPH dapat dihitung menggunakan rumus :
7
100 1 x
Wo Wt
t LPH
Keterangan: LPH = Laju pertumbuhan harian
W
t
= Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan g W
= Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan g t
= Lama pemeliharaan hari
2.4.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Penghitungan panjang ikan dilakukan 7 hari sekali menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm dengan pengambilan ikan sebanyak 50
ekorwadah pemeliharaan. Pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung dengan rumus :
PM = Pt – Po
Keterangan: PM
= Pertumbuhan panjang mutlak cm Pt
= Panjang rata-rata akhir cm Po
= Panjang rata-rata awal cm
2.4.4 Koefisien Keragaman Panjang
Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan, yang dinyatakan dalam koefisien keragaman, dihitung menggunakan rumus:
Koefisien Keragaman Panjang = SY x 100 Keterangan:
S = Simpangan baku
Y = Rata-rata contoh
2.4.5 Efisiensi Pakan
Efisiensi pemberian pakan menunjukkan seberapa banyak pakan yang dimanfaatkan oleh ikan dari total pakan yang diberikan, dengan rumus:
Keterangan: EP
= Efisiensi pakan W
t
= Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan g W
= Biomassa ikan pada awal pemeliharaan g W
d
= Biomassa ikan mati pada waktu pemeliharaan g F
= Jumlah pakan yang diberikan g
8
2.4.6 Identifikasi Bakteri Patogen
Identifikasi bakteri patogen menggunakan sampel air media pemeliharaan dan ikan lele yang mati. Air media pemeliharaan yang digunakan adalah air yang
berasal dari bak pemeliharaan BS dan BL, sedangkan ikan lele yang digunakan adalah ikan mati akibat terserang penyakit. Terlebih dahulu disiapkan cawan petri
dan media TSA Trypticase Soy Agar. Media TSA dibuat dari 4 gram TSA yang dicampurkan dengan 100 mL akuades steril dan selanjutnya dipanaskan hingga
media tersebut larut. Kemudian dimasukan ke cawan petri atau tabung dan disterilkan di autoklaf pada suhu 120
C selama 15 menit. Lalu dinginkan hingga media mengeras.
Air sampel dari media pemeliharaan dilakukan pengeceran bertingkat 10
-1
sampai pengenceran 10
-3
. Air sampel dari media pemeliharaan diambil sebanyak 0,1 mL dan ditambahkan 0,9 mL PBS Phosfat Buffer Sulfat selanjutnya
dihomogenkan dengan vortex. Diambil 50 µL air sampel dan disebar ke dalam cawan petri TSA dengan batang penyebar. Sedangkan identifikasi yang dilakukan
pada ikan yang mati yaitu dengan menempelkan kawat ose pada luka borok dan ginjal ikan lele, lalu digores pada media TSA. Selanjutnya diinkubasi selama 24
jam pada suhu ruang, kemudian diamati koloni bakteri yang tumbuh pada media TSA keesokan harinya. Setelah itu dilakukan karakterisasi terhadap isolat bakteri
melalui beberapa uji meliputi pewarnaan gram, uji OF, uji katalase, uji oksidase, dan uji motilitas dengan panduan identifikasi bakteri yang digunakan berdasarkan
tabel Cowan Cowan dan Steel, 1974.
2.4.7 Kualitas Air