Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Beberapa pandangan negatif dari keluarga ataupun masyarakat dapat memojokkan kaum lansia, diantaranya, anggapan umum bahwa mereka keriput, jelek, cerewet, penyakitan, lemah dan tidak berdaya, tidak produktif dan tidak mempunyai semangat hidup, atau fungsi otaknya telah menurun, dan sebagainya. Dapat ditambahkan di sini, sikap memperlakukan sebagai beban keluarga, yang karenannya mereka di kucilkan dan dikirim ke panti jompo. 5 Keadaan ini tidak sedikit keluarga yang banyak menitipkan sanak keluarganya di panti sosial milik pemerintah. Lansia yang dikirim oleh keluarganya ke panti dengan alasan-alasan, seperti alasan sibuk karena banyak pekerjaan di kantor, yang pergi pagi pulang sampai larut malam jadi, tidak ada waktu untuk memperhatikan para lansia. Keadaan lansia yang memang dalam keadaan fisik yang sudah mengalami penurunan seperti tidak terkendalinya lagi organ-organ tubuh secara baik seperti buang air kecil sembarangan atau ngompol. Belum lagi keadaan psikis lansia yang memang mengalami penurunan dari aspek kognitif seperti contohnya mengalami pikun dari hal-hal kecil yaitu lupa sudah makan atau belum, dan ada satu keadaan lagi yang memang dialami para lansia yaitu kondisi psikomotorik lansia yang tidak bisa selincah dahulu, contohnya saja lansia dalam mengenakan baju sendiri saja sulit. 6 Hal-hal itu yang menjadi alasan para keluarga enggan untuk merawatnya dan memutuskan lebih baik di kirim ke panti, seperti salah satu panti sosial milik pemerintah yang berada di Jakarta barat yaitu Panti Sosial Tresna 5 Kementrian Agama RI Komisi Nasional Lajut Usia, Layanan dan Bimbingan Keagamaan Bagi Lansia, Jakarta, Cet. Ke-2. 2010. h. 20. 6 Kementrian Agama RI Komisi Nasional Lajut Usia, Layanan dan Bimbingan Keagamaan Bagi Lansia, Jakarta, Cet. Ke-2. 2010. h. 21-25. Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng. Panti ini melayani, merawat dan menjaga para lansia baik dari kebutuhan fisik atau psikis. Panti juga memberikan program bimbingan rohani, bimbingan keterampilan, bimbingan senam sehat lansia dan rekreasi ceria lansia. Dalam kesehariannya lansia diberi makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Sementara kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi lansia agar lebih maksimal yaitu bimbingan. Program bimbingan rohani adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan agar lansia lebih mengetahui, memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan lebih baik lagi contonya kegiatan tadarus, ceramah, bersholawat dan sebagainya. Adapun bimbingan keterampilan bertujuan untuk melatih dan mengembangkan bakat kreativitas seperti keterampilan membuat keset, tekapak meja dan ketermpilan merangkai bunga. Kemudian hasil kerajinannya dapat dipamerkan dalam acara-acara yang diadakan oleh pemerintah, sebagai wujud apresiasi bahwa lansia juga memiliki potensi dan bakat yang cukup baik. Dengan adanya bimbingan-bimbingan tersebut diharapkan lansia dapat menjalani aktivitasnya sehari-hari bisa lebih bermanfaat dan menggapai bahagia dunia akhirat berada tinggal di panti dari pada tinggal di keluarga yang sudah tidak memerdulikan mereka. 7 “Menua” mau tidak mau memang menuntut serangkaian penyesuaian dan kesiapan mentalpsikis dalam menghadapi rentetan perubahan yang psikis dalam menghadapi rentetan perubahan yang terjadi selama proses tersebut. Oleh karenanya, gambaran umum proses menua ini, tak peka lagi, bagi sebagian besar 7 Lembaran Pedoman Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng tahun 2012. individu, dianggap sebagai “episode” yang sangat tidak menyenangkan sekaligus menegangkan. Meskipun begitu, satu hal yang perlu digaris bawahi pada kasus lansia ini adalah bahwa meraih usia lansia panjang tidak hanya lebih penting adalah bagaimana menjaga dan merawat kondisi kesehatan mental, dalam menempuh rentang perjalanan hidupnya. Ada sebuah penelitian yang mengkaitkan antara aktifitas keagamaan berikut perasaan religious dengan perasaan bahagia. Dan hasilnya ternyata lansia yang lebih dekat kepada aktifitas agama lebih menunjukan tingkat kepuasan hidup, harga diri, dan optimis yang tinggi. Demikian juga, orientasi religious yang sangat kuat menindikasikan tingkat kesehatan fisik dan kesehatan mental yang lebih baik. 8 Komunitas agama juga dapat memainkan peran sosial yang penting bagi para lansia, seperti memberikan kesibukan beraktifitas sosial, saling memberikan dukungan sosial, dan memungkinkan tersedianya kesempatan untuk menyandang peran sebagai guru atau pembimbing dalam kegiatan mengisi waktu sehari-hari dengan kegiatan keagamaan. Seperti program bimbingan rohani yang dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng ini yang dilakukan para lansia, untuk memenuhi kebutuhan Rohaninya seperti kegiatan pengajian, tadarus dan ceramah. Dan yang paling penting para warga binaan sosial 8 Nurhayati, Djamas. Layanan dan Bimbingan Keagamaan bagi Lansia, Jakarta: Komisi Nasional Lanjut Usia. h. 27-28. lansia dapat memenuhi kebutuhan psikologis atau dalam hal menjaga kesehatan mentalnya. 9 Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk hudan tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan mental rohani yang sehat. 10 Dalam pandangan Islam bukan semata memberikan panduan bagaimana secara fisik mengupayakan kesehatan jasmaninya melainkan kesehatan rohani atau mental juga, yang di dalam Islam sudah terdapat ajaran dan cara-cara praktis yang dapat membina jasmani dan rohani atau mental menjadi sehat. Sehat dalam pandangan Islam adalah keserasian antara aspek tubuh, aspek jiwa, aspek perasaan dan aspek akal pikiran. Dengan kata lain Islam tidak mengabaikan segi kejiwaan dalam mengobati dan menyembuhkan manusia untuk menjadi sehat lahir dan batin. Mental yang baik dan seimbang akan merangsang antibodi dan immunitas yang besar dalam tubuh. Seseorang dalam kondisi mental yang tenang dan seimbang akan memiliki organ yang seimbang juga, jarang terjangkit penyakit, dan seandainya terjangkit penyakit, akan dapat sembuh dengan cepat. Jadi, menjaga keseimbangan mental sangatlah penting. Orang yang terjaga keseimbangan mentalnya biasanya telah mengalami “pencerahan” batin. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana peran bimbingan rohani di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng 9 Lembaran Pedoman Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng tahun 2012. 10 Yusuf, Syamsul dan Nurihsan, Jundika, Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya. h. 137. dalam sebuah bentuk karya ilmiah skripsi yang diberi judul “peran pembimbing rohani Islam dalam memperbaiki kesehatan mental lansia di Panti Sosial Tresna W erdha Budi Mulia 2 Cengkareng”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran pembimbing rohani Islam dalam memperbaiki kesehatan mental lansia ? 2. Bagaimana metode bimbingan rohani dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada para warga binaan sosial lansia dalam menjalankan atau mengamalkan ajaran agama ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah: a Untuk mengetahui dan menganalisa peran pembimbing rohani Islam dalam memperbaiki kesehatan mantal lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng. b Untuk mengetahui metode bimbingan rohani Islam yang digunakan dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada para warga binaan sosial.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis 1 Dengan penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran ilmiah yang dapat menambah pengetahuan dalam bidang ilmu bimbingan dan penyuluhan Islam. 2 Dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam di dalam bimbingan rohani Islam. b. Manfaat Praktis 1 Bagi Peneliti, dapat menambah pengalaman dan mengetahui peran pembimbinng rohani Islam dalam memperbaiki kesehatan mental lansia. 2 Bagi Lembaga, dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk memberikan masukan-masukan terhadap peran pembimbing dalam kegiatan bimbingan rohani Islam. 3 Bagi Jurusan, penelitian ini dapat menambah koleksi kajian tentang peran pembimbing rohani Islam dalam memperbaiki kesehatan mental lansia. 4 Bagi Akademik, dapat menambah wawasan, informasi dan pengetahuan tentang peran pembiming rohani Islam bagi mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. D. Tinjauan Pustaka Sebagai telah pustaka dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa hasil penelitian yang ada relevansinya dengan penelitian ini, diantaranya adalah: 1. Penelitian pertama adalah yang ditulis oleh Nur Aprianti pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, pada tahun 2011, dengan judul “Metode Bimbingan Islam Bagi Lanjut Usia Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar”, skripsi disini membahas metode bimbingan yang nantinya dapat berpengaruh terhadap kualitas ibadah lansia, yang isinya terdapat macam-macam metode bimbingan seperti metode secara langsung atau bertatap muka baik secara perorangan atau pun kelompok. 2. Penelitian kedua yang ditulis oleh Galuh Yuni Utrami pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dengan judul “Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Terhadap Penderita Skizofrenia di Panti Bina Laras harapan Sentosa 3 Ceger Jakarta Timur” pada tahun 2010, di skripsi ini menjelaskan pelaksanaan bimbingan rohani islam sangatlah berpengaruh terhadap warga binaan sosial skizofrenia. 3. Penelitian yang ketiga ditulis oleh Daman, pada Jurusan Bimbingan dan Peyuluhan Islam dengan judul “Peran Pembimbing Agama Islam Dalam Pembinaan Mental Nara Pidana Di Lembaga Pemasyar akatan” pada tahun 2006, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini menjelaskan tugas pembimbing Agama Islam dalam pembinaan mental nara pidana, diiantaranya: a. tugas pembimbing, b. jenis-jenis program kegiatan pembinaan keagamaan terhadap nara pidana dan metodenya, c. factor penunjang dan penghambat pelaksanaan pembinaan mental keagamaan terhadap nara pidana. Adapun yang membedakan penelitian skripsi penulis dengan penelitian sebelumnya adalah subjek dan objek penelitiannya. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah peran pembimbing dan tiga warga binaan sosial dalam hal ini lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng: serta yang menjadi objek penelitian ini adalah peran pembimbing rohani Islam dalam memperbaiki kesehatan mental lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng. Hal tersebut dikarenakan penulis merasa perlu dilakukan suatu pengkajian dan penelitian mengenai peran bimbingan rohani karena hal yang paling mendasari hasil yang dicapai dari suatu bimbingan adalah fungsi peran itu sendiri apakah sudah berjalan sesuai dengan aturan-aturan atau belum. Di tempat Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng ini dilakukan bimbingan rohani Islam bagi warga binaan sosial lansia sebanyak empat kali dalam Seminggu.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan penulisan skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :