Perekat dan Perekatan TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Vinir

Kayu lapis terbuat dari vinir-vinir kayu yang direkatkan dengan perekat. Vinir merupakan lembaran kayu tipis dengan ketebalan antara 0,24 mm sampai 6,00 mm yang diperoleh dengan cara menyayat atau mengupas kayu bulat log. Vinir bisa membuat permukaan produk kayu menjadi lebih menarik dan dapat meningkatkan kekuatan Baldwin 1994. Tsoumis 1991 mengemukakan bahwa ada tiga metode pengupasan vinir, yaitu: 1. Rotary Cutting: kayu dikupas berlawanan dengan mata pisau. Pisau akan memotong atau mengupas kayu setebal vinir yang dikehendaki. Mengerjakan dengan cara ini akan menghasilkan vinir yang lebar dan dapat digulung dengan alat penggulung. Selanjutnya dipotong menurut standar ukuran. Vinir hasil pengupasan dengan mesin rotary biasanya dipergunakan dalam pembuatan kayu lapis tipe ordinary. 2. Slicing: Pisau bergerak horizontal maju dan mundur dan ada juga yang bergerak vertikal naik turun. Dengan cara ini akan didapatkan vinir yang lebih banyak dan pola corak yang baik pula. Vinir yang dihasilkan biasanya dipergunakan untuk tipe kayu lapis mewah fancy plywood. 3. Sawing: Metode ini merupakan metode lama dan sekarang sudah jarang digunakan. Vinir yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi tidak ada “loose” dan “tight” serta digunakan untuk produk-produk khusus seperti alat musik.

2.6 Perekat dan Perekatan

Rowell 2005 mengemukakan bahwa perekat adalah suatu bahan yang mempunyai kemampuan untuk menyatukan atau menggabungkan material melalui kontak permukaan. Sifat-sifat bahan perekat, bentuk ikatan dan ketahanan terhadap air ditentukan oleh komposisi kimia, kesatuan molekul dan keadaan fisik bahan perekat. Ruhendi et al. 2005 mengemukakan bahwa terdapat tiga mekanisme yang terjadi pada proses perekatan, yaitu: 1. Ikatan mekanikal, dimana perekat memasuki pori dan void struktur kayu dan terjadi reaksi bersikunci interlock. 2. Reaksi kimia antara molekul perekat dan molekul kayu sehingga membentuk senyawa baru. 3. Ikatan fisik merupakan gaya tarik menarik antara molekul perekat dan molekul kayu karena adanya distribusi elektron secara elektrostatis. Terbentuknya garis perekatan yang keras dan kuat melalui beberapa tahap Marra 1992 dalam Ruhendi et al. 2007 1. Pengaliran perekat membentuk lapisan tipis dan kontinyu. 2. Pemindahan perekat dari satu permukaan ke permukaan lainnya. 3. Penetrasi perekat ke dalam pori bahan yang direkat oleh cairan perekat. 4. Pematangan perekat. Perekat yang umum digunakan antara lain A. Urea Formaldehida Perekat urea formaldehida adalah perekat yang dibentuk dari reaksi polimerisasi antara urea dengan formaldehida Rowell 2005. Menurut Ruhendi et al. 2007 Perekat UF merupakan hasil kondensasi dari urea dan formaldehida dengan perbandingan molar 1: 1,5-2, sedangkan Pizzi 1994 mengemukakan bahwa UF resin adalah perekat yang sangat penting dan banyak digunakan dibandingkan dengan perekat amino resin. Resin UF merupakan hasil kondensasi polimer dari reaksi formaldehida dengan urea. UF tersedia dalam bentuk cair atau serbuk. Resin ini mengeras pada suhu 95-130ºC. UF tidak cocok dipakai untuk eksterior, namun kinerjanya dapat diperbaiki dengan penambahan MF atau resorsinol formaldehida sekitar 10-20 Tsoumis 1991 . Rowell 2005 menyatakan bahwa perekat urea formaldehida adalah jenis perekat yang tahan terhadap pengaruh kelembaban tetapi tidak tahan terhadap pengaruh cuaca luar, sehingga perekat ini banyak digunakan untuk pemakaian di dalam ruangan. Keuntungan dari perekat UF adalah larut dalam air sehingga dalam pembuatannya dapat dalam jumlah yang banyak dan relatif murah, dapat dicampur perekat melamin formaldehida agar kualitas perekatnya lebih baik, tidak mudah terbakar, sifat termal yang baik, berwarna putih sehingga tidak memberikan warna gelap pada waktu penggunaannya dan mudah beradaptasi dalam berbagai kondisi Pizzi 1994. Menurut Ruhendi et al 2007 kelebihan perekat UF yaitu warnanya putih sehingga tidak memberikan warna gelap pada waktu penggunaannya, dapat dicampur dengan perekat melamin formaldehida agar kualitas perkatannya lebih baik, harganya relatif lebih murah dibandingkan perekat sintetis lainnya serta tahan terhadap biodeteriorasi dan air dingin. Kelemahan dari UF antara lain tidak tahan air serta menyebabkan emisi formaldehyde yang berdampak pada kesehatan Tsoumis 1991. Menurut Ruhendi et al 2007 kelemahan perekat UF yaitu kurang tahan terhadap pengaruh asam dan basa serta penggunaannya terbatas untuk interior saja. B. Melamin Formaldehida Melamin adalah bahan kimia berupa kristal berwarna putih yang kelarutannya sangat rendah dalam air, alkohol atau pelarut umum lainnya. Melamin dapat larut dalam formalin yang dihangatkan dan membentuk polimer yang bersifat resin dengan cara dipanaskan dan kondisinya agak basa Ruhendi et al. 2007. Pizzi 1994 mengemukakan bahwa MF adalah salah satu jenis perekat yang banyak digunakan untuk panel eksterior dan untuk menyiapkan lapisan permukaan yang biasa disebut paper laminates dan overlays. Karakteristik yang membedakan perekat MF dan UF adalah perekat MF sangat tahan terhadap air. Tsoumis 1991 menyatakan perekat sintetis jenis ini biasanya tersedia dipasaran dalam bentuk serbuk yang larut dalam air dan sulit untuk penyimpanan di gudang . Suhu pengerasan bervariasi dari sekitar 50-100 ° C. Perbandingan antara melamin dan formaldehida adalah 1: 1,5-3,5, pH antara 8-9, dan temperaturnya mendekati titik didih larutan tersebut. Apabila pH dalam reaksinya dibawah enam maka polimer yang tidak larut akan terbentuk dengan cepat. Kelebihan perekat MF adalah perekatnya berwarna putih sehingga hasil perekatannya tidak menghasilkan warna yang gelap, tahan terhadap kelembaban dan mikroorganisme. Kelemahan dari perekat MF adalah daya ikat perekat yang lemah dan dapat menumpulkan pisau yang dipakai untuk memotong produk yang terbuat dari perekat MF Tsoumis 1991. Menurut Ruhendi et al. 2007 kelebihan MF adalah cukup tahan terhadap air panas, yakni dapat direbus dalam air selama tiga jam, stabilitas terhadap panasnya tinggi, dapat mengeras pada suhu yang sangat rendah serta dapat digunakan untuk impregnasi. Kekurangan MF adalah harganya relatif lebih mahal dibanding UF. C. Fenol Formaldehida Fenol formaldehida merupakan hasil kondensasi formaldehida dengan monohidrik fenol, termasuk fenol itu sendiri, kresol dan xylenol. PF ini dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu resol yang bersifat thermosetting dan novolak yang bersifat thermoplastic Ruhendi et al. 2007. Menurut Tsoumis 1991 perekat PF dipasarkan dalam tiga bentuk dasar yaitu : cairan berwarna merah gelap, serbuk atau film. PF bentuk serbuk lebih tahan lama jika disimpan dalam jangka waktu lama. Suhu untuk pengerasan perekat PF sekitar 115-150°C. Kelebihan perekat PF ialah memiliki kekuatan dan daya tahan perekatannya yang tinggi, perekatannya tahan terhadap air dingin dan panas. PF tidak diserang oleh jamur, serangga dan bahan kimia dan PF sangat tahan terhadap suhu tinggi, sedangkan kelemahan perekat PF ialah membutuhkan perawatan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis perekat resin sintetik lain , menyebabkan iritasi pada kulit jika tidak menggunakan pelindung kulit serta formula si tertentu menghasilkan bau yang tidak menyenangkan bahkan setelah pengerasan. Menurut Ruhendi et al. 2007 kelebihan PF yaitu tahan terhadap perlakuan air, tahan terhadap kelembaban dan temperatur tinggi, tahan terhadap bakteri, jamur, rayap dan mikroorganisme serta tahan terhadap bahan kimia, seperti minyak, basa dan bahan pengawet kayu. Kelemahan PF yaitu memberikan warna gelap, kadar air kayu harus lebih rendah daripada perekat UF atau perekat lainnya serta garis perekatan yang relatif tebal dan mudah patah.

2.7 Kadar Air Kayu Lapis