Kadar Air Kayu Lapis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kadar Air Kayu Lapis

Kadar air didefinisikan sebagai banyaknya air yang terdapat dalam kayu, yang besarnya dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur kayu tersebut Haygreen and Bowyer 2003. Kadar air dipengaruhi oleh faktor kayu dan faktor di luar kayu. Faktor dari kayu adalah sifat higroskopis kayu, dimana kayu mempunyai kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan air baik dalam bentuk uap air maupun dalam bentuk cairan, sehingga kadar air sewaktu-waktu dapat berubah sesuai kondisi lingkungannya. Kemampuan air dalam kayu untuk menyerap dan melepasakan air tergantung pada suhu dan kelembaban udara disekelilingnya Sam 2001. Menurut Ruhendi et al. 2000 kadar air kayu lapis akan stabil setelah berada dalam kondisi kesetimbangan dengan kadar air lingkungannya. Pengukuran kadar air yang dilakukan menunjukkan nilai kadar air yang terkandung berkisar 9,27 hingga 13,78. Histogram nilai kadar air rata-rata secara lengkap tersaji pada Gambar 4. Gambar 4 Histogram nilai kadar air kayu lapis Berdasarkan Gambar 4 hasil nilai rata-rata kadar air kayu lapis paling tinggi adalah kayu lapis sungkai perekat PF dengan nilai rata-rata kadar air 2 4 6 8 10 12 14 Sengon Sungkai 11,00 11,24 10,79 10,95 11,18 13,42 K ad ar A ir Jenis Kayu UF MF PF JAS 2003 sebesar 13,42, sedangkan rata-rata terendah adalah kayu lapis sengon perekat MF dengan rata-rata nilai kadar airnya sebesar 10,79. Nilai rataan kadar air kayu lapis sengon adalah 9,27 hingga 13,58, 9,44 hingga 13,78 untuk kayu lapis sungkai. Hasil analisis statistik kadar air kayu lapis seperti tertera pada Lampiran 7. Hasilnya menunjukkan bahwa setiap faktor jenis kayu dan jenis perekat berpengaruh nyata terhadap kadar air kayu lapis, sehingga harus dilakukan uji lanjut yaitu uji Duncan. Hasil analisis statistik menunjukkan kadar air kayu lapis dari jenis kayu sengon berbeda nyata dengan kayu lapis dari jenis kayu sungkai. Hal tersebut diduga berat jenis kedua kayu penyusun kayu lapis tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Berat jenis berhubungan dengan ketebalan dinding sel kayu. Pada dinding sel kayu terdapat bahan-bahan penyusun kayu seperti air terikat. Kadar air kayu lapis dipengaruhi oleh kadar air kayu yang direkat, perekat dan air yang dihasilkan dari proses perekatan Ruhendi et al. 2000. Menurut Rosihan 2005 kadar air kayu lapis berbanding lurus dengan nilai kadar air kayu penyusunnya. Kayu sungkai mempunyai berat jenis yang lebih tinggi dari pada kayu sengon yaitu sekitar 0,63 dan memiliki dinding sel yang lebih tebal sehingga jumlah air yang terikat pada diding sel lebih tinggi dan proses keluar air dari dinding sel lebih lama daripada kayu sengon. Nilai rata-rata pengujian kadar air kayu lapis sungkai sebesar 11,87 dan 10,99 untuk kayu sengon. Hasil uji lanjut Duncan pada faktor jenis perekat menunjukkan bahwa kadar air kayu lapis menghasilkan nilai yang sama antara kayu lapis perekat UF dan MF dan berbeda nyata dengan kayu lapis yang menggunakan perekat PF. Nilai rata-rata kadar air paling tinggi yaitu terdapat pada kayu lapis dari jenis perekat PF. Hal ini diduga karena perekat PF memiliki kekentalan yang lebih tinggi dibandingkan perekat MF dan UF. Menurut Nugraha 2006 kekentalan perekat berpengaruh terhadap distribusi perekat pada permukaan vinir. Semakin tinggi kekentalan perekat, maka distribusi perekat pada permukaan vinir semakin tidak merata. Hal ini menyebabkan ada sebagian permukaan vinir yang miskin akan perekat sehingga menimbulkan rongga-rongga kosong yang mempermudah penyerapan air. Hasil rata-rata kadar air kayu lapis dengan menggunakan perekat PF adalah 12,30, UF 11,12 dan MF sebesar 10.87 . Hasil pengukuran kadar air rata-rata menunjukkan adanya peningkatan dari kadar air kayu awal atau kadar air vinir 6-8 menjadi 9,27 hingga 13,78 untuk kadar air kayu lapis. Hal ini terjadi karena perekat yang dilaburkan mengandung air, sehingga pada waktu pemberian panas disertai tekanan, sebagian air diuapkan dan sebagian terperangkap masuk dalam vinir kayu lapis. Kadar air kayu lapis dipengaruhi oleh kadar air kayu yang direkat, perekat dan air yang dihasilkan dari proses perekatan Ruhendi et al. 2000. Kadar air vinir sebelum direkatkan adalah 6-8. Kadar air vinir sangat berpengaruh pada proses perekatan. Kadar air vinir yang sangat rendah mengakibatkan pengeringan perekat yang terlalu diniawal sebelum perekat menyebar merata. Hal ini disebabkan oleh adanya penyerapan perekat oleh kayu secara cepat sehingga proses pengaliran dan penetrasi perekat ke dalam kayu akan terhambat. Apabila kadar air vinir terlalu tinggi akan menyebabkan pengenceran terhadap larutan perekat yang dilaburkan sehingga mobilitas perekat menjadi tinggi, dimana pada saat kayu dikempa perekat akan keluar dari garis perekatannya Ruhendi et al. 2000. Standar JAS 2003 mensyaratkan bahwa standar kadar air kayu lapis maksimal 14, maka nilai kadar air kayu lapis yang dihasilkan dari jenis kayu sengon dengan ketiga tipe perekat sudah memenuhi standar. kadar air kayu lapis untuk jenis kayu sungkai dengan ketiga tipe jenis perekat sudah memenuhi standar JAS 2003.

4.2 Kerapatan Kayu Lapis