Waktu dan Tempat Penelitian

4.4 Batasan Penelitian

Batasan yang digunakan dalam penelitian Optimalisasi dan Strategi Pemanfaatan Sumberdaya SBT di Samudera Hindia – Laut Selatan Indonesia adalah : 1. Daerah penelitian di fokuskan wilayah selatan Samudera Hindia yang mencakup laut selatan Jawa dan Bali; 2. Data yang digunakan adalah data seri dari tahun 1995-2005; 3. Implikasi ekonomi atas keanggotaan penuh dihitung dalam jangka waktu 20 tahun ke depan dengan asumsi investasi sebuah kapal bertahan dalam jangka waktu tersebut.

4.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian Optimalisasi dan Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Southern Bluefin Tuna di Samudera Hindia Selatan Indonesia berlangsung selama 8 delapan bulan, terhitung dari bulan April – Desember 2007. Sebagian besar data bersumber dari kegiatan pendaratan ikan di Pelabuhan Benoa dan Cilacap. Berdasarkan fakta dan data di lapangan disimpulkan bahwa aktivitas utama penangkapan dan pendaratan SBT dilakukan di Pelabuhan Benoa, sehingga repersentasi atas industri SBT di Indonesia diwakili oleh aktivitas di pelabuhan tersebut. Disamping itu, obyek penelitian merupakan obyek yang minim dari riset dan publikasi ilmiah di Indonesia. Kendala ketersediaan data dan obyek yang harus disurvei menjadi salah satu persoalan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan hasil penelitian. Kondisi ini menempatkan waktu dan tempat penelitian merupakan ikhtiar maksimal yang dapat dijangkau dalam penelitian ini.

BAB V. PERKEMBANGAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA

SOUTHERN BLUEFIN TUNA DI SAMUDERA HINDIA

5.1 Perkembangan Industri Perikanan Southern Bluefin Tuna

Industri perikanan tangkap tuna SBT di Perairan Samudera Hindia dimulai sekitar tahun 1952 oleh perusahaan rawai tuna dari Jepang, kemudian diikuti oleh Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Taiwan, dan Indonesia. Pada dekade 1950-1960, total hasil tangkapan SBT di Samudera Hindia bisa mencapai sekitar 80.000 tontahun Perkembangan penangkapan SBT menurut negara dari 1952-2005 dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan produksi penangkapan tersebut sekitar tahun 1980 mulai menunjukkan penurunan hingga jumlah SBT yang tertangkap tidak lebih dari 10.000 tontahun seperti pada Gambar 17. Penurunan volume hasil tangkap tersebut menimbulkan kekuatiran bahwa jenis ikan ini akan mengalami kepunahan, sehingga negara-negara industri utama seperti Jepang, Australia dan Selandia Baru membentuk RFMO bernama Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna CCSBT pada 1994. Gambar 17. Grafik Fluktuasi Hasil Tangkapan SBT di Samudera Hindia 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 195 2 195 3 195 4 195 5 195 6 195 7 195 8 195 9 196 196 1 196 2 196 3 196 4 196 5 196 6 196 7 196 8 196 9 197 197 1 197 2 197 3 197 4 197 5 197 6 197 7 197 8 197 9 198 198 1 198 2 198 3 198 4 198 5 198 6 198 7 198 8 198 9 199 199 1 199 2 199 3 199 4 199 5 199 6 199 7 199 8 199 9 200 200 1 200 2 200 3 200 4 200 5 Ton Tahun Australia Japan New Zealand Korea Taiwan Indonesia Lainnya