Kebijakan Kuota dan Implikasi Embargo dalam Perdagangan SBT

kasar dengan patokan produksi SBT tahun 2005 sebesar 1.779 ton dengan harga SBT 50 US dolar per kg, maka devisa negara yang hilang dapat mencapai sekitar 91,5 juta dolar atau 820 milyar rupiahtahun. Menurut Wudianto 2007 berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha rawai tuna di Benoa tanggal 9 April 2007, saat ini di salah satu cold storage ikan tuna di Benoa menyimpan 50 ton ikan SBT yang tidak dapat diekpor, baik berupa ikan segar maupun ikan olahan. Pengusaha tersebut pernah melakukan penjualan melalui negara lain atau lebih dikenal sebagai pasar gelap illegal market tetapi tetap juga ketahuan dan ikan tersebut dikembalikan ke Indonesia. Hasil tangkapan SBT hanya dapat dijual di pasar domistik dengan harga yang sangat rendah sekitar 15 ribu rupiahkg dan tentunya permintaannya sangat terbatas. Keadaan ini benar-benar menjadi ironi ditengah-tengah program pemerintah yang telah mencanangkan revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan dengan tuna sebagai salah satu andalannya.

5.3 Kebijakan Kuota dan Implikasi Embargo dalam Perdagangan SBT

Menurut laporan USDA Foreign Agricultural Service 2006 total impor Jepang pada tahun 2005 dari negara-negara produsen SBT mencapai sekitar US128 juta dengan harga rata-rata produk di pasar Jepang mencapai sekitar US13,1 per kilogram. Jumlah impor Jepang menurut data CCSBT pada tahun 2005 mencapai 9,965 ton disamping produksi yang mencapai sekitar 7,327 ton 23 Jumlah impor, ekspor dan negara dapat dilihat pada Lampiran 3. Bila diasumsikan bahwa produksi domestik dan impor Jepang merupakan daya serap pasar Jepang dan daya serap tersebut merupakan kebutuhan konsumsi SBT Jepang, maka total konsumsi SBT Jepang pada tahun 2005 mencapai sekitar 17.291 ton. Total transaksi perdagangan SBT di Jepang pada tahun 2005 bila dihitung berdasarkan harga rata-rata pasar impor sebesar US13,09 diperkirakan bernilai US225,56 juta pembulatan. Jumlah produksi, impor dan harga rata- rata produk SBT di pasar Jepang dapat dilihat pada Tabel 7. 23 Data dari USDA Foreign Agricultural Service 2006 menyebutkan total impor Jepang pada tahun 2003 mencapai 8.238 ton dengan nilai mencapai US136 juta; impor pada tahun 2004 mencapai 11.362 ton dengan nilai mencapai US150 juta ton dan tahun 2005 mencapai 9.774 ton dengan nilai mencapai US128 juta. Tabel 7. Jumlah Produksi, Impor dan Harga Rata-Rata Produk SBT di Jepang Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Jumlah Produksi + Impor 17,980,259 16,325,946 15,866,882 15,310,196 17,291,731 15,488,917 Produksi Jepang kg 6,674,000 6,191,793 5,762,000 5,846,000 7,327,000 6,065,000 Harga rata-rata USDkg 16.63 NA 13.46 15.85 13.09 15.74 Nilai Impor USD 188,014,516 NA 136,000,000 150,000,000 128,000,000 148,332,446 Impor Jepang kg : 11,306,259 10,134,153 10,104,882 9,464,196 9,964,731 9,423,917 - Indonesia 147,984 217,212 74,427 33,871 39,307 - Australia 7,890,246 8,226,948 8,110,476 7,826,573 8,955,643 8,467,469 - Taiwan 1,475,757 702,369 1,042,689 1,040,929 650,560 736,974 - Korea selatan 1,355,889 557,826 481,273 156,377 71,824 110,342 - Selandia Baru 320,179 243,063 262,807 339,538 225,317 105,924 - Filipina 37,254 45,149 84,949 61,000 21,519 2,222 - Lainnya 78,950 141,586 48,261 5,909 561 986 Sumber : 2003-2005 Japan Customs WTA dalam USDA 2006 2001 Japan Fisheries Market Report 2002 2006 Ministry of Agriculrue, Forestry and Fisheries of Japan 2007 Pada tahun 2007 perkembangan harga produk SBT di Jepang terus mengalami kenaikan yang sangat signifikan bila dibandingkan produk-produk tuna lainnya perkembangan harga SBT di Pasar Jepang 2006-2007 dapat dilihat pada Lampiran 4. Harga tertinggi sepanjang tahun 2007 menurut laporan Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries of Japan terjadi pada bulan ketiga tahun 2007 yang mencapai harga sekitar ¥7.558 per kilogram. Hal menandakan bahwa terjadinya permintaan yang tinggi atas produk SBT, seiring semakin menurun jumlah suplai SBT ke pasar Jepang. Penurunan suplai SBT di pasar Jepang disebabkan oleh : 1. Pemberlakuan kuota penangkapan baru yang telah ditetapkan sebesar 14.925 ton pada tahun 2006 dan turun menjadi 11.810 ton tahun 2007. 2. Penurunan kuota produksi domestik Jepang dari 6.065 ton pada tahun 2003-2006 menjadi 3.000 ton pada tahun 2007-2011. Penurunan kuota Jepang pada tahun 2007 menjadi 3.000 ton telah mengakibatkan produk domestik industri SBT Jepang kehilangan sekitar 3.065 ton pangsa pasar potensial SBT dalam negeri Jepang, yakni selisih dari kuota sebelumnya. Hal tersebut tentu membawa konsekuensi serius bagi nelayan dan industri SBT Jepang, yakni kehilangan pendapatan akibat penurunan jumlah produksi yang diijinkan oleh CCSBT. Bila diasumsikan kebutuhan domestik pasar SBT di Jepang rata-rata sebesar 16.555 ton per tahun dengan harga rata-rata sebesar US13,1 per kilogram atau sekitar US13.100 per ton, maka nilai transaksi SBT di Jepang dapat mencapai rata-rata sebesar US216,87 juta. Sekitar US33,32 juta merupakan produk domestik SBT Jepang dan US133,55 juta merupakan impor Jepang. Penurunan kuota Jepang secara otomatis memangkas potensi produk domestik SBT Jepang sebesar lebih kurang US40,15 juta.

5.4 Keragaan Industri SBT Indonesia