5.1.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswi Terhadap Sindrom Premenstruasi Di Universitas Sumatera Utara.
TINGKAT
SIKAP
PENGETAHUAN
POSITIF NEGATIF BAIK
127 57,0 48 21,5 KURANG BAIK
36 16,1 12 5,4
Dari tabel dapat ditunjukkan hasil nilai signifikansi 0,737 yang berarti nilai signifikansi p 0,05. Dari analisis statistik menggunakan rumus korelasi dari Pearson
menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswi terhadap sindrom premenstruasi.
5.2. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang didapatkan penelitian di lapangan terhadap 223 orang mahasiswi yang merupakan sampel, maka diperoleh data mengenai gambaran tingkat
pengetahuan dan sikap mahasiswi terhadap sindrom premenstruasi di Fakultas Kedokteran di Universitas Sumatera Utara.
Dari penelitian diketahui bahwa keluhan terbanyak yang dialami sebelum menstruasi oleh mahasiswi adalah nyeri perut. Selain keluhan fisik, ditemukan pula
adalah keluhan yang bersifat psikologis seperti merasa lebih sensitif dan mudah marah.Penelitian ini juga mendapati keluhan perubahan kebiasaan misalnya nafsu makan
yang bertambah.Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dickerson 2003, dimana premenstrual syndrome dikelompokkan ke dalam tiga symptoms.Tiga
gejala tersebut yaitu behaviour symptoms, psychologic symptoms, dan physicalsymptoms.“Behaviour symptoms mencakup lelah, insomnia susah tidur, makan
berlebihan, dan perubahan gairah seksual. Sedangkan gejala-gejala seperti mudah tersinggung, mudah marah, depresi, mudah sedih, cengeng, cemas, susah konsentrasi,
bingung, sulit istirahat, dan merasa kesepian masuk ke dalam psychologic symptoms. Secara fisik muncul juga gejala sakit kepala, payudara bengkak serta teraba keras, nyeri
P = 0,737
Universitas Sumatera Utara
punggung, nyeri perut dan rasa penuh, bengkak pada kaki dan tangan, mual, nyeri otot dan persendian.Dickerson menyebutnya sebagai physical symptoms Agustina, 2010.
Data dari penelitian ini juga menggambarkan bahwa semua responden pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan sindrom premenstrual.Para
mahasiswi ini mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan premenstrual syndrome berasal dari berbagai sumber.Sumber informasi terbanyak adalah dari sumber
media yang pelbagai yaitu yang terdiri daripada media cetak, media tulis dan media elekronik.
Berdasarkan penelitian juga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswi terhadap sindrom premenstruasi berada dalam kategori baik yaitu 175
responden 78,50 daripada 223 responden. Ini dapat disimpulkan karena mahasiswi – mahasiswi ini kesemuanya mempunyai tingkat pendidikan yang baik.
Dari tabel dapat ditunjukkan hasil nilai signifikansi 0,737 yang berarti nilai signifikansi p 0,05. Dari analisis statistik menggunakan rumus korelasi dari Pearson
menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswi terhadap sindrom premenstruasi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Handayani tahun 2003 yang berjudul Hubungan Pengetahuan tentang Sindrom Premenstruasi dengan Penanganan Sindrom
Premenstruasi pada Remaja Putri yang terdapat dalam KTI-nya Indriyani, pengetahuan tentang menstruasi contohnya Sindrom Premenstruasi sangat penting agar dapat
berperilaku positif terhadap gejalanya. Menurut Notoatmodjo 2007, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek. Sesuai dengan pendapat Wijaya 2008, sikap positif ditunjukkan dengan mampu melakukan penanganan dini dan pencegahan dini terhadap PMS.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan