atau tanah di atas lereng permukan yang bergerak kearah bawah lereng bumi disebabkan oleh gravitasigaya berat.
Didaerah yang beriklim tropis termasuk Indonesia, air hujan yang jatuh ke atas permukaan tanah memicu gerakan material yang ada diatas permukaan
lereng. Material berupa tanah atau campuran tanah dan rombakan batuan akan bergerak kearah bawah lereng dengan cara air meresap kedalam celah pori batuan
atau tanah, sehingga menambah beban material permukaan lereng dan menekan material tanah dan bongkah-bongkah perombakan batuan, selanjutnya memicu
lepas dan bergeraknya material bersama-sama dengan air.
II.4.2. Upaya Stabilisasi Lereng
Ada beberapa upaya dalam pengendalian kelongsoran pada suatu lereng, diantaranya adalah :
1. Mengurangi beban di puncak lereng • Pemangkasan lereng
• Pemotongan lereng atau cut biasanya digabungkan dengan pengisian pengurugan atau fill di kaki lereng.
2. Menambah beban di kaki lereng • Menanam tanaman keras biasanya pertumbuhannya cukup lama.
• Membuat dinding penahan bisa dilakukan dalam waktu yang relatif cepat berupa dinding penahan atau retaining wall
Universitas Sumatera Utara
• Membuat ‘bronjong’, yaitu batu-batu bentuk menyudut diikat dengan kawat dengan bentuk angular atau menyudut lebih kuat dan tahan lama
dibandingkan dengan bentuk bulat.
3. Mencegah lereng jenuh dengan airtanah atau mengurangi kenaikan kadar air • Membuat beberapa penyaliran air dari bambu atau pipa paralon di
kemiringan lereng dekat ke kaki lereng yang berguna supaya muka air tanah yang naik di dalam tubuh lereng akan mengalir ke luar sehingga
muka air tanah turun • Menanam vegetasi dengan daun lebar di puncak-puncak lereng sehingga
evapotranspirasi meningkat. Air hujan yang jatuh akan masuk ke tubuh lereng infiltrasi.
• Peliputan rerumputan. Cara yang sama untuk mengurangi pemasukan atau infiltrasi air hujan ke tubuh lereng, selain itu peliputan rerumputan
jika disertai dengan desain drainase juga akan mengendalikan run-off.
4. Mengendalikan air permukaan • Membuat desain drainase yang memadai sehingga air permukaan dari
puncak-puncak lereng dapat mengalir lancar dan infiltrasi berkurang. • Penanaman vegetasi dan peliputan rerumputan juga mengurangi air larian
run-off sehingga erosi permukaan dapat dikurangi.
Universitas Sumatera Utara
II.4.3. Klasifikasi Tanah Longsor
Tanah longsor yang disesuaikan dengan dasar klasifikasi yang dipergunakan masing-masing ahli, berikut ini dijelaskan nama-nama kelas gerakan tanah yang
umum dipakai Ritter, 1986 :
1. Tanah Longsor tipe jatuhan ‘falls’
Tanah longsor tipe ini, material batuan atau tanah atau campuran kedua- duanya bergerak dengan cara jatuh bebas karena gaya beratnya sendiri. Proses
tanah longsor semacam ini umumnya terjadi pada lereng terjal , bisa dalam bentuk bongkah individual batuan berukuran besar atau dalam bentuk guguran fragmen
bongkah bercampur dengan bongkah-bongkah yang berukuran lebih kecil.
2. Tanah Longsor tipe robohan ‘toples’
Gerakan massa tipe robohan hampir serupa dengan tanah longsor tipe falls, pada tipe topples ini gerakannya dimulai dengan bagian paling atas dari bongkah
lepas dari batuan dari batuan induknya karena adanya cela retakan pemisah, bongkah terdorong kedepan hingga tidak dapat menahan bebannya sendiri.
3. Tanah Longsor tipe gelincir ‘slides’
Tanah longsor tipe gelincir adalah tanah longsor batuan atau tanah atau campuran keduanya yang bergerak melalui bidang gelincir tertentu yang bertindak
sebagai bidang diskontinuitas berupa bidang perlapisan batuan atau bidang patahan, bidang kekar, bidang batas pelapukan. Jika bidang-bidang diskontinuitas
tersebut sejajar dengan bidang perlapisan, maka semakin besar peluang terjadinya tanah longsor.
Universitas Sumatera Utara
II.4.4. Perhitungan Faktor Keamanan Lereng