BAB DUA PULUH TIGA FRANK
BAB DUA PULUH TIGA FRANK
FRANK MERINDUKAN BUSURNYA. Dia ingin berdiri di beranda dan menembaki ular dari kejauhan. Beberapa anak panah yang dibidikkan dengan tepat, beberapa lubang menganga di sisi bukit —masalah beres.
Sayangnya, wadah berisi anak panah tidak ada gunanya bagi Frank jika dia tidak punya alas unuk menembakkan panah-panah tersebut. Lagi pula, dia tidak tahu di mana para Basilisk berada. Mereka berhenti menyemburkan api begitu dia keluar.
Frank melangkah turun dari beranda dan menghunuskan tombak emasnya. Dia tidak suka bertarung dalam jarak dekat. Dia terlalu lamban dan berat. Memang, dia baik-baik saja waktu perang-perangan, tapi ini sungguhan. Tidak ada elang raksasa yang siap mengangkat dan membawanya ke paramedis jika dia membuat kesalahan.
Kau bisa menjadi apa saja. Suara ibunya bergema dalam benaknya.
Hebat, pikir Frank. Aku ingin jago menggunakan tombak. Juga kebal terhadap racun —dan api.
Frank punya firasat bahwa permohonannya tidak dikabulkan. Tombak tersebut masih terasa janggal di tangannya.
Petak-petak yang hangus masih mengepulkan asap di nisi bukit. Asap berbau tajam menyengat hidung Frank. Rumput yang meranggas berkerumuk di bawah kakinya.
Frank teringat kisah-kisah yang diceritakan ibunya —pahlawan bergenerasi-generasi yang beradu dengan Hercules, bertarung melawan naga, dan mengarungi Taut yang dihuni monster. Frank tidak mengerti bagaimana mungkin dirinya adalah keturunan orang-orang macam itu, atau bagaimana Frank teringat kisah-kisah yang diceritakan ibunya —pahlawan bergenerasi-generasi yang beradu dengan Hercules, bertarung melawan naga, dan mengarungi Taut yang dihuni monster. Frank tidak mengerti bagaimana mungkin dirinya adalah keturunan orang-orang macam itu, atau bagaimana
Anugerah tersebut tak pernah menyelamatkan keluarga kita, nenek memperingatkan.
Pemikiran yang sungguh menghibur, selagi Frank memburu ular ganas beracun yang bernapas api.
Malam itu hening. Yang terdengar hanyalah retihan semaksemak yang terbakar. Tiap kali angin berdesir di rumput, Frank teringat roh biji-bijian yang menangkap Hazel. Mudah-mudahan mereka sudah pergi ke selatan bersama Polybotes sang Raksasa. Frank tidak memerlukan masalah tambahan saat ini.
Dia mengendap-endap ke bawah bukit, matanya pedih terkena asap. Kemudian, kira-kira enam meter di depan, dia melihat jilatan api.
Frank mempertimbangkan untuk melempar tombaknya. Ide bodoh. Nanti jadinya dia tidak punya senjata. Alhasil, Frank justru menghampiri kobaran api.
Frank berharap dirinya membawa vial berisi darah Gorgon, tapi vial tersebut ada di perahu. Dia bertanya-tanya apakah darah Gorgon bisa menyembuhkan sengatan racun Basilisk ..., tapi sekalipun dia membawa darah Gorgon dan mampu memilih vial yang tepat, Frank ragu dirinya sempat meneguk darah itu sebelum dia remuk menjadi debu seperti busurnya.
Frank keluar di lahan terbuka yang ditumbuhi rumput hangus dan mendapati dirinya berhadap-hadapan dengan seekor Basilisk.
Ular itu berdiri, bertumpu pada ekornya. Ia mendesis, dan mengembangkan mahkota putih di sekeliling lehernya. Mahkota kecil, Frank teringat. Itulah arti "Basilisk". Dia kira Basilisk adalah naga besar, semacam monster yang bisa melumpuhkan kita menjadi batu dengan mata mereka. Entah bagaimana, Basilisk yang asli malah lebih menyeramkan. Meskipun ukurannya kecil, makhluk jahat ekstra-mungil Ular itu berdiri, bertumpu pada ekornya. Ia mendesis, dan mengembangkan mahkota putih di sekeliling lehernya. Mahkota kecil, Frank teringat. Itulah arti "Basilisk". Dia kira Basilisk adalah naga besar, semacam monster yang bisa melumpuhkan kita menjadi batu dengan mata mereka. Entah bagaimana, Basilisk yang asli malah lebih menyeramkan. Meskipun ukurannya kecil, makhluk jahat ekstra-mungil
Si monster melekatkan tatapan mata kuning pucatnya pada Frank.
Kenapa ia tidak menyerang? Tombak emas Frank terasa dingin dan berat. Mata dari gigi naga tiba-tiba menghunjam sendiri, mengarah ke tanah —seperti batang logam pencari air.
"Hentikan." Frank berjuang untuk mengangkat tombak tersebut. Menusuk monster itu saja sudah susah, apalagi jika tombaknya berulah. Kemudian Frank mendengar desir rumput di kiri-kanannya. Dua ekor Basilisk lainnya melata ke lahan terbuka itu.
Frank ternyata telah masuk ke dalam perangkap. []