BAB DELAPAN HAZEL

BAB DELAPAN HAZEL

PALING TIDAK MAKANAN PERKEMAHAN RASANYA enak. Rohroh angin tak kasatmata —aurae—melayani para pekemah dan sepertinya tahu persis apa yang diinginkan semua orang. Mereka meniup piring dan gelas ke sana-sini cepat sekali sampai-sampai aula kelihatan seperti sedang dilanda badai sedap. Jika ada yang berdiri terlalu cepat, kemungkinan besar dia Bakal kena timpuk buncis atau kena banjur kaldu bistik.

Hazel mendapat gumbo udang —semacam semur khas Louisiana—yang merupakan favoritnya untuk melipur lara. Makanan itu mengingatkan Hazel pada masa kanak-kanaknya di New Orleans, sebelum kutukan mengemuka dan ibunya menjadi bersikap getir. Percy mendapat burger keju dan soda aneh yang berwarna biru terang. Hazel tidak memahaminya, tapi Percy mencoba minuman tersebut dan menyeringai.

"Minuman ini membuatku bahagia," kata Percy, "aku tidak tahu kenapa Tapi pokoknya begitu."

Selama sekejap, salah satu aurae menjadi kasatmata —seorang perempuan mirip peri yang mengenakan gaun sutra putih. Dia mengisi ulang gelas Percy sambil cekikikan, kemudian menghilang disertai embusan angin.

Ruang makan tampak lebih ribut daripada biasanya pada malam ini. Tawa menggema ke dinding. Panji- panji perang yang digantung ke kasau kayu cedar berdesir saat aurae melesat ke sana kemari, mengisi penuh piring semua orang. Para pekemah makan dengan gaya Romawi, yaitu sambil duduk di sofa yang mengelilingi meja-meja rendah. Anak-anak terus menerus berdiri dan bertukar tempat, menyebarkan rumor tentang siapa yang menyukai siapa dan segala macam gosip lainnya.

Sebagaimana biasa, Kohort V menduduki tempat yang paling tidak terhormat. Meja mereka terletak di bagian belakang ruang makan, di sebelah dapur. Meja Hazel selalu yang paling sepi. Malam ini hanya ada dia dan Frank, seperti biasa, serta Percy dan Nico. Centurion mereka, Dakota, juga duduk di sana, Hazel menduga, karena dia merasa berkewajiban menyambut sang rekrut baru.

Dakota bersandar ke sofa dengan murung, mencampur gula ke minuman dan menenggaknya. Dia adalah pemuda gempal dengan rambut hitam keriting dan mata agak juling. Alhasil, Hazel merasa seolah-olah dunia ini miring kapan pun dia memandang Dakota. Bukan pertanda bagus bahwa Dakota sudah terlalu banyak minum sedini ini malam itu.

"Jadi." Dakota cegukan sambil menggoyang-goyangkan gelas pialanya. "Selamat datang di Percy, pesta." Dia mengerutkan kening. "Pesta, Percy. Apalah itu."

"Hmm, terima kasih." Percy berkata, tapi perhatiannya tertuju pada Nico. "Aku bertanya-tanya apakah kita bisa membicarakan, kau tabu ... di mana aku mungkin pernah bertemu kau sebelumnya."

"Tentu saja," kata Nico, agak terlalu cepat, "masalahnya, aku melewatkan sebagian besar waktuku di Dunia Bawah. Jadi, kecuali aku entah bagaimana bertemu kau di sana —"

Dakota bersendawa. "Duta Pluto, begitulah mereka memanggilnya. Reyna tidak pernah yakin harus berbuat apa waktu orang ini berkunjung. Coba kau melihat muka Reyna waktu Nico datang bersama Hazel, meminta Reyna agar menerimanya. Eh, Langan tersinggung, ya."

"Tidak, kok." Nico sepertinya lega karena berkesempatan mengubah topik pembicaraan. "Dakota benar- benar membantu. Dialah yang mengajukan diri untuk menjadi penjamin Hazel."

Dakota merona. "Iya, habisnya Kelihatannya Hazel anak baik. Rupanya aku benar. Bulan lalu, ketika dia menyelamatkanku dari, ya, kau tahu."

"Keren sekali!" Frank mendongak dari ikan dan kentang goreng di depannya. "Percy, kalau saja kau melihat Hazel! Begitulah ceritanya sampai Hazel mendapatkan setrip. Unicorn memutuskan untuk menginjak-injak —"

"Itu bukan apa-apa," ujar Hazel. "Bukan apa-apa?" Frank memprotes. "Bisa-bisa Dakota terinjak-injak! Kau berdiri di depan mereka, mengusir mereka, menyelamatkan nyawanya. Aku tak pernah melihat aksi sehebat itu."

Hazel menggigit bibir. Dia tidak suka membicarakannya, dan dia merasa tidak nyaman karena Frank mengesankan seolah-olah dia adalah pahlawan. Kenyataannya, Hazel sesungguhnya takut kalau-kalau para unicorn melukai diri mereka sendiri karena panik. Tanduk mereka terbuat dari logam mulia —perak dan emas —jadi, dia menggiring para unicorn ke samping semata-mata dengan cara menyetir tanduk hewan-hewan itu dan memandu mereka kembali ke istal. Tindakan tersebut menganugerahinya posisi sebagai anggota penuh legiun, sekaligus menyebarkan desas-desus mengenai kekuatan aneh Hazel — desas-desus yang mengingatkan Hazel pada masa lalu menyakitkan.

Percy mengamati Hazel. Mata hijau pirus itu membuat Hazel gelisah.

"Apa kau dan Nico tumbuh besar bersama?" tanya Percy. "Tidak." Nico menjawab mewakili Hazel. "Aku mengetahui bahwa Hazel kakakku baru-baru ini saja. Dia dari New Orleans."

Itu memang benar, tentu saja, tapi bukan kebenaran seutuhnya. Nico membiarkan orang-orang mengira bahwa dia berjumpa Hazel di New Orleans masa kini dan mengajaknya ke perkemahan. Itu lebih mudah daripada mengisahkan riwayat Hazel yang sebenarnya.

Hazel sudah berusaha supaya tampak seperti anak zaman sekarang. Itu tidaklah gampang. Untungnya, Demigod tidak banyak menggunakan teknologi mutakhir di perkemahan. Kekuatan mereka cenderung mengganggu kerja alat elektronik. Namun, pertama kalinya dia ke Berkeley saat mendapat izin keluar, Hazel hampir kena stroke. Televisi, komputer, iPod, internet Kembali ke dunia hantu, unicorn, dan dewa-dewi hampir-hampir membuatnya lega. Dibandingkan dengan abad dua puluh satu yang bagaikan dunia fantasi, perkemahan sama sekali tidak ada apa-apanya.

Nico masih membicarakan anak-anak Pluto. "Jumlah kami

tidak banyak," katanya, "jadi, kami harus bersatu. Waktu aku menemukan Hazel —"

"Kau punya saudari lain?" tanya Percy, nyaris terkesan sudah tahu jawabannya. Hazel bertanya-tanya lagi, kapan kiranya Percy dan Nico pernah bertemu, dan apa sebenarnya yang disembunyikan adik Hazel itu.

"Seorang." Nico mengakui. "Tapi dia sudah meninggal. Aku melihat rohnya beberapa kali di Dunia Bawah, hanya saja terakhir kalinya aku ke bawah sana ...."

Untuk menghidupkannya kembali, pikir Hazel, meskipun Nico tak mengucapkan itu.

"Dia sudah pergi." Suara Nico menjadi serak. "Sebelumnya, ada di Elysium —semacam surganya Dunia Bawah —tapi ia memilih untuk dilahirkan kembali, ke kehidupan baru. sekarang aku takkan pernah bertemu dia lagi. Aku beruntung

menemukan Hazel ... di New Orleans, maksudku."

Dakota menggeram. "Kecuali kau memercayai desas-desus itu. Bukan berarti aku percaya."

"Desas-desus?" tanya Percy. Dari seberang ruangan, Don si Faun berteriak, "Hazel!" Hazel tidak pernah sesenang itu bertemu dengan si Faun. Dia tidak boleh memasuki perkemahan, tapi tentu saja dia selalu berhasil menyelinap ke dalam. Dia sedang menuju meja mereka samba menyeringai kepada semua orang, mengambil makanan dari

dan menunjuk para pekemah: "Hei! Telepon aku!" Pizza :erbang menampar kepalanya, dan Don pun menghilang ke balik sofa. Kemudian dia menyembul keluar lagi, masih menyeringai, dan akhirnya tiba di dekat Hazel.

"Teman favoritku!" Dia berbau seperti kambing basah yang dibungkus keju basi. Dia menjulurkan badan ke sofa mereka dan mengecek makanan mereka. "Hei, Anak Baru, apa kau mau makan itu?"

Percy mengerutkan kening. "Bukannya Faun itu vegetarian?" "Bukan burger kejunya, Bung! Piring!" Don mengendus rambut Percy. "Hei bau apaan tuh?"

"Don!" Kata Hazel. "Bersikap sopanlah." "Bukan, Kawan, aku cuma —" Dewa Rumah mereka, Vitellius, mendadak mewujud, sosoknya yang berdenyar terbenam separuh di sofa Frank. "Faun

di ruang makan! Apa jadinya kita? Centurion Dakota, kerjakan

tugasmu!"

"Aku mengerjakannya," gerutu Dakota ke gelas piala, "aku

sedang makan malam!"

Don masih mengendus-endus. "Bung, kau punya sambungan

empati dengan Faun!"

Percy menjauhkan badan dari si Faun. "Sambungan apa?"

"Sambungan empati! Samar-samar sekali, seolah ada yang

menekannya, tapi —"

"Aku tahu!" Nico berdiri mendadak. "Hazel, bagaimana "Aku tahu!" Nico berdiri mendadak. "Hazel, bagaimana

penjelasan? Biar aku dan Dakota yang mendatangi meja Praetor.

Don dan Vitellius, kalian ikut juga. Kita bisa mendiskusikan strategi untuk simulasi perang nanti."

"Strategi untuk kalah?" gerutu Dakota. "Bocah Maut benar!" Kata Vitellius. "Kemampuan tempur legiun ini lebih buruk daripada saat di Judea. Itulah pertama

kalinya kita kehilangan elang kita. Nah, seandainya aku yang pegang kendali —"

"Bisakah kita makan piring perak dulu?" tanya Don. "Ayo, pergi!" Nico berdiri dan menyambar kuping Don serta Vitellius, lalu menarik mereka.

Tak seorang pun kecuali Nico bisa menyentuh Lar. Vitellius

mengumpat-umpat gusar saat dia diseret ke meja Praetor.

"Aw!" Protes Don. "Bung, hati-hati rambutku!"

"Ayo, Dakota!" Nico berseru ke balik bahunya. Sang Centurion bangkit dengan enggan. Dia menyeka mulutnya —sia-sia saja, sebab mulutnya sudah bernoda merah permanen. "Aku segera kembali." Dia mengguncangkan sekujur tubuh, seperti anjing yang berusaha mengeringkan badan. Kemudian dia pergi sambil terhuyung-huyung, isi gelas pialanya hampir tumpah

"Tadi itu kenapa?" tanya Percy. "Dan Dakota kenapa?" Frank mendesah. "Dia baik-baik saja. Dia putra Bacchus, Dewa Anggur. Dia peminum."

Mata Percy membelalak. "Kalian membiarkannya minum Jraiggur?"

"Demi dewa-dewi, tidak!" Kata Hazel, "bisa-bisa nanti terjadi musibah. Dia kecanduan sirup Kool-Aid merah. Meminumnya dengan kadar gula tiga kali lipat dibandingkan kadar gula normal. Apalagi, dia sudah menderita GPPH —kau tahu, gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas. Tidak lama lagi, kepalanya Bakal meledak."

Percy menengok ke meja sang Praetor. Sebagian besar perwira senior sedang berbincang serius dengan Reyna. Nico serta kedua tawanannya, Don dan Vitellius, berdiri di pinggir. Dakota lari mondar-mandir di depan tumpukan tameng, memukul-mukulkan gelas pialanya ke perisai-perisai tersebut seperti sedang main nlofon.

"GPPH," kata Percy, "keren." Hazel berusaha tidak tertawa. "Ya kebanyakan Demigod memang begitu. Atau menderita disleksia. Karena kita Demigod, otak kita diprogram tidak sama dengan orang biasa. Seperti kau — katamu kau kesulitan membaca."

"Apa kalian juga begitu?" tanya Percy. "Entahlah." Hazel mengakui. "Mungkin. Di zamanku dulu, mak- anak seperti kita semata-mata dijuluki 'pemalas'."

Percy mengerutkan kening. "Di zamanmu dulu?" Hazel menyumpahi dirinya sendiri. Untung bagi Hazel, Frank angkat bicara: "Kuharap aku menderita GPPH atau disleksia saja. Aku malah tidak bisa mencerna laktosa."

Percy nyengir. "Serius?"

Frank mungkin merupakan demigod paling konyol dalam

sejarah, tapi menurut Hazel dia tampak manis saat sedang

cemberut. Bahunya terbungkuk. "Padahal aku suka es krim ...

Percy tertawa. Tidak bisa menahan diri, Hazel juga ikut

tertawa. Senang rasanya, duduk sambil menyantap makan malam

dan merasa benar-benar berada di antara teman-teman.

"Oke, coba beri tahu aku," kata Percy, "kenapa menjadi

anggota Kohort V itu tidak bagus? Padahal kalian asyik."

Pujian itu membuat jari kaki Hazel tergelitik. "Ceritanya rumit. Selain anak Pluto, aku juga ingin menunggang kuda."

"Itukah sebabnya kau menggunakan pedang kavaleri?"

Hazel mengangguk. "Bodoh, ya. Cuma angan-angan

kosong. Cuma ada seekor pegasus di perkemahan ini —milik Reyna. Unicorn dipelihara hanya untuk dijadikan obat, sebab serutan tanduk mereka dapat menyembuhkan keracunan dan lain sebagainya. Singkat kata, pertarungan ala Romawi selalu dilakukan sambil berjalan kaki tanpa menaiki kuda. Kavaleri dianggap gaya bertarung yang rendah oleh mereka. Jadi, mereka merendahkanku."

"Mereka yang rugi," kata Percy, "kalau kau bagaimana, Frank?" "Memanah," gumam Frank, "mereka juga tidak menyukainya, kecuali kita anak Apollo. Barulah kemudian kita punya alasan. Aku berharap semoga ayahku memang Apollo, tapi entahlah. Aku tidak pintar menggubah puisi. Dan aku tak yakin ingin berkerabat dengan Octavian."

"Aku tak bisa menyalahkanmu," kata Percy, "tapi kau jago menggunakan busur —caramu menggasak kedua Gorgon itu? Lupakan saja pendapat orang."

Wajah Frank berubah warna menjadi semerah Kool-Aid Dakota. "Kuharap aku bisa. Mereka semua berpendapat aku seharusnya menjadi petarung pedang karena aku besar dan gempal."

Dia menunduk untuk memandang tubuhnya, seolah-olah tidak percaya bahwa itu memang badannya. "Mereka bilang aku terlalu pendek sehingga tidak cocok menjadi pemanah. Mungkin kalau

ayahku mengklaimku ...."

Mereka makan sambil membisu selama beberapa menit. Seorang ayah yang tidak kunjung mengklaim kita ... Hazel mengetahui perasaan itu. Dia merasakan bahwa Percy juga bisa

berempati.

"Kau tadi bertanya tentang Kohort V." Hazel akhirnya berkata. `Tentang alasan kohort ini menjadi yang terburuk. Sebenarnya, iru berawal jauh sebelum masa kami."

Hazel menunjuk ke dinding belakang. Di sanalah panji-panji legiun dipampang. "Lihat tiang kosong di tengah-tengah?"

"Elang," kata Percy. Hazel terperangah. "Bagaimana kau tahu?" Percy mengangkat bahu. "Vitellius telah menceritakan tentang bagaimana legiun kehilangan elang dulu sekali —kali pertama, katanya. Dia bersikap seolah-olah peristiwa itu adalah aib besar. Menurut tebakanku, elang itulah yang hilang. Dan dari percakapanmu dengan Reyna tadi, aku menebak bahwa elang kalian hilang untuk kedua kalinya, tidak terlalu lama berselang, dan kejadian itu ada hubungannya dengan Kohort V."

Hazel mengingatkan dirinya agar jangan pernah meremehkan Percy lagi. Ketika Percy pertama kali tiba, Hazel kira dia agak telmi gara-gara pertanyaan yang diajukannya —tentang Festival Tuna dan sebagainya —tapi Percy jelas lebih pandai daripada kelihatannya.

"Kau benar," ujar Hazel, "itulah persisnya yang terjadi." "Omong-omong, apa sebenarnya elang itu? Apa pentingnya sih?"

Frank menengok ke sana kemari untuk memastikan tidak ada yang menguping. "Ia adalah simbol seluruh perkemahan —elang

besar dari emas. Elang tersebut konon melindungi kita dari pertempuran dan membuat musuh kita takut. Elang milik masingmasing legiun memiliki kekuatan tertentu, dan elang kita berasal dari Jupiter sendiri. Konon katanya, Julius Caesar menjuluki legiun kita Tulminatd —bersenjatakan petir—sebab itulah yang bisa dilakukan elang tersebut."

"Aku tidak suka petir," kata Percy.

"Ya," kata Hazel, "petir tidak menjadikan kita tak terkalahkan_Legiun XII kehilangan clang pertama kalinya pada zaman dahulu kala, saat Pemberontakan Bangsa Yahudi."

"Kurasa aku pernah nonton film yang seperti itu," ujar Percy. Hazel mengangkat bahu. "Bisa saja. Banyak sekali buku dan film tentang legiun yang kehilangan elang mereka. Sayangnya, hal itu terjadi beberapa kali. Elang itu benar-benar penting ya, pokoknya arkeolog tidak pernah menemukan satu pun elang peninggalan Romawi kuno. Masing-masing legiun menjaga elang mereka baik-baik sampai ke prajurit terakhir, sebab elang itu diimbuhi kekuatan dari para Dewa. Mereka lebih memilih menyembunyikan atau melebur elang mereka daripada menyerahkanya kepada musuh. Legiun XII beruntung, waktu kali pertama. Kami mendapatkan elang kami kembali. Tapi kedua kalinya ...."

"Kalian ada di sana?" tanya Percy. Mereka berdua menggelengkan kepala. "Aku hampir sama barunya sepertimu." Frank mengetuk pelat probatio-nya. "Baru sampai di sini bulan lalu. Tapi semua orang sudah mendengar ceritanya. Membicarakannya saja dianggap bisa membawa nasib sial. Ada sebuah ekspedisi besar-besaran ke Alaska pada tahun delapan puluhan ...."

"Ramalan yang kau lihat di kuil," lanjut Hazel, "ramalan tentang tujuh demigod dan Pintu Ajal? Praetor senior kami saat

adalah Michael Varus, dari Kohort V. Pada masa itu, Kohort

V adalah yang terbaik di perkemahan. Demi membawa kejayaan

bagi perkemahan, dia ingin memecahkan ramalan tersebut dan newujudkannya —menyelamatkan dunia dari badai dan api dan

lainya. Dia bicara kepada augur, dan sang augur mengatakan

jiwabannya ada di Alaska. Tapi dia memperingatkan Michael

bahwa waktunya belum tiba. Ramalan itu tidak ditujukan baginya."

"Tapi dia tetap saja pergi," tebak Percy, "apa yang terjadi?"

Frank merendahkan suaranya. "Cerita panjang yang menyenmkan. Hampir seluruh anggota Kohort V menjemput ajal. Sebagian besar pedang emas imperial milik legiun hilang, begitu juga elang tersebut. Orang-orang yang selamat menjadi gila atau menolak membicarakan apa yang menyerang mereka."

Aku tahu, pikir Hazel khidmat. Namun, dia diam saja. "Sejak elang tersebut hilang," lanjut Frank, "perkemahan menjadi semakin lemah. Misi makin berbahaya. Serangan monster di perbatasan makin sering. Semangat juang menurun. Kira-kira sejak sebulan lalu, keadaan semakin cepat bertambah buruk."

"Dan Kohort V yang disalahkan," tebak Percy, "jadi, sekarang semua orang mengira kita dikutuk."

Hazel menyadari bahwagumbo-nya sudah dingin. Disesapnya sesendok kuah, tapi makanan pelipur lara terasa tidak terlalu melipur lara. "Kita sudah menjadi buangan di legiun ini sejak

ya, sejak bencana di Alaska. Reputasi kita membaik ketika Jason menjadi Praetor —"

"Anak yang hilang?" tanya Percy. "Iya," ujar Frank, "aku tak pernah bertemu dia. Sebelum masaku. Tapi kudengar dia pemimpin yang baik. Dia praktis rumbuh besar di Kohort V. Dia tidak memedulikan pendapat orang tentang kita. Dia mulai membangun kembali reputasi kita. Kemudian dia menghilang."

"Sehingga kita terpuruk kembali ke titik nol," kata Hazel getir.

"membuat kita terkesan terkutuk lagi. Aku ikut prihatin, percy

Sekarang kau tahu kau sudah terjerumus ke mana."

Percy menyesap soda birunya dan menatap ke seberang ruang makan dengan ekspresi serius. "Aku bahkan tidak tahu dari mana

aku berasal Tapi aku punya firasat ini bukan pertama kalin\

aku menjadi kuda hitam." Dia memfokuskan perhatian pada Haazel

dan memaksakan seulas senyum. "Lagi pula, bergabung ke legiun dan memaksakan seulas senyum. "Lagi pula, bergabung ke legiun

juga mendapat teman baru. Mungkin bersama-sama kita bisa

membalikkan keadaan di Kohort V, ya kan?"

Trompet bertiup di ujung aula. Para perwira di meja Praetor berdiri —bahkan Dakota, yang mulutnya semerah vampir karena

kena Kool-Aid.

"Permainan dimulai!" Reyna mengumumkan. Para pekemah bersorak dan bergegas mengumpulkan perlengkapan mereka dari

tumpukan yang dirapatkan ke dinding.

"Jadi, kita tim penyerang?" tanya Percy melampaui kegaduhan tersebut. "Apa itu bagus?"

Hazel mengangkat bahu. "Kabar bagus: kita dapat gajah. Kabar buruk —"

"Biar kutebak," ujar Percy, "Kohort V selalu kalah." Frank menepuk pundak Percy. "Aku suka dia. Ayo, Teman Baru. Mari kita cetak kekalahanku yang ketiga belas kali berturut-turut!" []

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR 5E UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI ASAM BASA Yufitri Nanda, Rody Putra Sartika, Lukman Hadi Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak Email: yufitrinandagmail Abstrack

0 0 7

Aladawiyah, Masriani, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak Email: aladawiyaahgmail.com Abstract - ANALISIS KETERLAKSANAAN PRAKTIKUM KIMIA DI LABORATORIUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS TANJUNGURA PONTIANAK

1 0 13

Martin Surya Putra State Polytechnics of Samarinda mrtputrayahoo.com Abstract: This paper describes the assessment upon the 3rd semester Busi-

0 0 8

Pengaruh Variasi Campuran Bioetanol dengan Pertalite terhadap Bentuk dan Warna Api Hardyansah Satria Putra

0 0 7

Sistem Pengaturan dan Pemantauan Kecepatan Putar Motor DC berbasis FPGA dan VHDL _ Agfianto Eko Putra – Academia

0 0 6

METODE SECANT-MIDPOINT NEWTON UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Supriadi Putra sputraunri.ac.id Laboratorium Komputasi Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293) ABSTRAK - MET

0 0 5

SAKSI IKRAR TALAK MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN PARA FUQAHA Syukran dan Andi Putra syukranuin-suska.ac.id dianarosdiana115gmail.com Abstrak - SAKSI IKRAR TALAK MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN PARA FUQAHA

0 0 14

Tabel 1 Standar Kekuatan Otot Atlet Judo Putra Berdasarkan Perhimpunan Ahli Ilmu Faal Olahraga Indonesia

0 1 6

Analisa Dan Perancangan Studio Desain Online Studi Kasus Toko Baju IGKG Puritan Wijaya ADH dan Pande Putu Putra Pertama

0 0 26

Pahlawan Olympus: Pahlawan yang Hilang

0 1 282