Tinjauan tentang Pembelajaran Melakukan Persiapan Pengolahan
27 menyelesaikan tugas dari guru secara diskusi bertujuan untuk menumbuhkan
sifat kebersamaan, semangat belajar, dan saling berbagi pengetahuan, pemahaman dan kemampuan antar peserta didik.
Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, cooperative learning memiliki beberapa keunggulan
– keunggulan dilihat dari aspek siswa meliputi :
a. Memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa secara bekerja
sama dalam merumuskan satu pandangan kelompok Cilibert –
Macmilan dalam Isjoni, 2007:23 b. Memungkinkan
siswa untuk
mengembangkan pengetahuan,
kemampuan, dan ketrampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai obyek pembelajaran,
namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebaya Isjoni, 2007:23
c. Memungkinkan siswa memiliki motivasi yang tinggi, peningkatan kemampuan
akademik, meningkatkan
kemampuan akademik,
meningkatkan kemampuan berfikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbgai informasi, belajar menggunakan sopan
santun, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar, mengurangi tingkah laku yang kurang baik serta membantu menghargai pokok
pikiran orang lain Johnson dalam kutipan isjoni, 2007:24
28 Selanjutnya Jarolimek dan Parker dalam kutipan Isjoni 2007:24
mengatakan bahwa keunggulan yang diperoleh dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
a. Saling ketergantungan yang positif b. Adanya pengakuan adalam merespon perbedaan individu
c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas d. Suasana yang rileks dan menyenangkan
e. Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara guru dan siswa f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman
emosi yang menyenangkan Keberhasilan pembelajaran kooperatif tampaknya juga dipengaruhi
bagaimana ciri – ciri guru yang berhasil atau guru yang efektif. Pendapat dari
para ahli pendidikan tentang bagaimana ciri – ciri guru yang berhasil tidaklah
sama. Adaperbedaan yang mengatakan, guru yang berhasil harus mempunyai rasa cinta dengan belajar dan menguasai sepenuhnya bidang studi yang
menjadi beban tugasnya. Pendapat lain mengatakan guru efektif adalah seorang individu yang dapat memotivasi siswa
– siswanya untuk bekerja tidak sekedar mencapai suatu prestasi lebih, namun juga menjadi anggota
masyarakat yang pengasih. Guna meningkatkan pemahaman, partisipasi dan keaktifan siswa
dalam pembelajaran di kelas, guru menerapkan metode pembelajaran Make A Match. Metode pembelajaran Make A Match atau mencari pasangan
merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan guru kepada. Penerapan
29 metode pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa diminta untuk
mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Hal – hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran Make A Match
adalah kartu – kartu. Kartu – kartu tersebut terdiri dari kartu berisi jawaban
dan kartu lain yang berisi jawaban dari pertanyaan – pertanyaan tersebut
Agus Suprijono, 2009:94. Langkah – langkah penerapan metode
pembelajaran Make A Match sebagai berikut : a. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pertama
kelompok pembawa kartu yang berisi pertanyaan, kelompok kedua kelompok pembawa kartu yang berisi jawaban, kelompok ketiga
adalah kelompok penilai. b. Atur kelompok
– kelompok tersebut berbentuk huruf U, upayakan kelompok pertama dan kelompok kedua berjajar saling berhadapan.
c. Kemudian guru membunyikan peluit pertanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak untuk mecari pasangan
pertanyaan – pertanyaan yang cocok.
d. Beri waktu untuk berdiskusi. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan –
pasangan antar anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.
e. Pasangan – pasangan yang sudah terbentuk dengan hasil jawaban yang
cocok wajib menunjukkan pertanyaan – pertanyaan keapda kelompok
penilai.
30 f. Kelompok
penilai kemudian
membacakan apakah
pasangan pertanyaan dan jawaban itu cocok.
g. Setelah penilaian dilakukan, diatur sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi
kelompok penilai, sementara kelompok penilai pada sesi pertama diatas dipecah menjadi dua, sebagian memegang kartu pertanyaan dan
sebagian lainnya memegang kartu jawaban. Posisikan dalam bentuk huruf U. Guru kembali membunyikan peluitnya menandai kelompok
pemegang kartu pertanyaan dan kelompok pemegang kartu jawaban bergerak untuk mencari, mencocokkan dan mendiskusiakn pertanyaan
– jawaban. Berikutnya adalah masing – masing pasangan pertanyaan – jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada penilai.
Perlu diketahui bahwa tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaaan, pemegang kartu jawaban, maupun
penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaan – jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok. Demikian halnya bagi
kelompok penilai, mereka juga belum mengetahui dengan pasti apakah penilaian mereka sudah benar atau belum. Berdasarkan kondisi inilah guru
memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengonfirmasikan hal
– hal yang telah mereka lakukan yaitu memasangkan pertanyaan
– jawaban dan melaksanakan penilaian. Metode pembelajaran Make A Match memiliki kelemahan-kelemahan
dalam penerapannya, antara lain :