Manajemen Laba LANDASAN TEORI
mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan suatu tujuan untuk mengelabui stakeholder ingin
mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Terdapat beberapa alasan dilakukannya manajemen laba yaitu Sulistyanto, 2008:
a. Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer.
Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau
laba dikaitkan dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer.
b. Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi
kewajiban pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan
pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan memberi posisi bargaining
yang relatif baik dalam negosiasi atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan.
c. Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada perusahaan go public pada saat IPO.
2. Pola manajemen laba Scott 2000 dalam Verawati 2012 membagi manajemen laba yang
mungkin dilakukan oleh para manajer perusahaan ke dalam empat jenis pola manajemen laba yaitu:
a. Cuci Bersih Taking a Bath Pola ini terjadi pada periode sulit, kondisi buruk yang tidak menguntungkan
ataupun pada saat terjadi reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO baru. Manajer melaporkan kerugian, mungkin dalam jumlah yang besar. Manajer
berharap laba pada periode mendatang dapat meningkat karena berkurangnya beban periode mendatang.
b. Menurunkan Laba Income Minimization Pola ini dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan
cara seperti pada pola taking a bath. Hal ini dilakukan pada saat profitabilitas tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis sekaligus
sebagai upaya menyimpan laba sehingga jika laba periode mendatang mengalami penurunan drastis dapat diatasi dengan mengambil simpanan laba
periode berjalan. c. Menaikkan Laba Income Maximization
Pola ini dilakukan pada saat laba mengalami penurunan. Kebalikan dari income minimization, income maximization
dilakukan dengan cara mengambil simpanan laba periode sebelumnya ataupun menarik laba periode yang akan
datang, misalnya dengan menunda pembebanan biaya. Pola ini dilakukan atas dasar motivasi bonus, motivasi penghindaran pelanggaran perjanjian utang,
pada saat penawaran saham perdana dan musiman, ataupun untuk menghindari turunnya harga saham secara drastis.
d. Perataan Laba Income Smoothing Perataan laba dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang
dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
3. Motivasi Manajemen Laba Sulistiawan 2011:31-37 mengatakan bahwa terdapat beberapa hal yang
memotivasi melakukan manajemen laba, yaitu: a. Motivasi Bonus
Dalam sebuah perjanjian bisnis, pemegang saham akan memberikan sejumlah intensif dan bonus sebagai feedback atau evaluasi atas kinerja
manajer dalam menjalankan operasional perusahaan. Insentif ini diberikan dalam jumlah relatif tetap dan rutin. Sementara, bonus yang
relatif lebih besar nilainya hanya akan diberikan ketika kinerja manajer berada di area pencapaian bonus yang telah ditetapkan oleh pemegang
saham. Kinerja manajemen salah satunya diukur dari pencapaian laba usaha. Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus tersebut
memotivasi para manajer untuk memberikan perfoma terbaiknya sehingga tidak menutup peluang mereka melakukan tindakan
manajemen laba agar dapat menampilkan kinerja yang baik demi mendapatkan bonus yang maksimal.
b. Motivasi Utang Selain melakukan kontak bisnis dengan pemegang saham, untuk
kepentingan ekspansi perusahaan, manager seringkali melakukan beberapa kontrak bisnis dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah
kreditor. Agar kreditor mau menginvestasikan dananya di perusahaannya, tentunya manajer harus menunjukkan performa yang
baik dari perusahaannya. Selain itu, untuk memperoleh hasil maksimal, yaitu pinjaman dalam jumlah besar, perilaku kreatif dari manajer untuk
menampilkan performa yang baik dari laporan keuangannya pun seringkali muncul.
c. Motivasi Pajak Tindakan manajemen laba tidak hanya terjadi pada perusahaan go public
dan selalu untuk kepentingan harga saham, tetapi juga untuk kepentingan perpajakan. Kepentingan ini didominasi oleh perusahaan yang belum go
public . Perusahaan yang belum go public cenderung melapokan dan
menginginkan untuk menyajikan laporan laba fiscal yang lebih rendah dari nilai yang sebenarnya. Kecenderungan ini memotivasi manajer
untuk bertindak kreatif melakukan manajemen laba agar seolah-olah laba fiscal yang dilaporkan memang lebih rendah tanpa melanggar aturan dan
kebijakan akuntansi perpajakan. d. Motivasi Penjualan Saham
Motivasi ini banyak dilakukan oleh peerusahaan yang akan go public ataupun sudah go public. Perusahaan yang akan go public akan
melakukan penawaran saham pendananya ke public atau lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offerings IPO untuk memperoleh
tambahan modal usaha dari calon investor. Demikian juga dengan perusahaan yang sudah go public, untuk kelanjutan dan ekspansi
usahanya, perusahaan akan menjual sahamnya ke publik baik melalui penawaran kedua, penawaran ketiga, dan seterusnya seasoned equity
offerings- SEO, melalui penjualan saham kepada pemilik lama right
issue , maupun melakukan akuisi perusahaan lain. Proses penjualan
saham perusahaan ke publik akan direspon positif oleh pasar ketika perusahaan penerbit saham dapat “menjual” kinerja yang baik. Salah
satu ukuran kinerja yang dilihat oleh calon investor adalah penyajian laba pada laporan keuangan perusahaan. Kondisi ini sering kali
memotivasi manajer untuk melakukan manajemen laba dengan berusaha menampilkan kinerja keuangan yang lebih baik dari biasanya.
e. Motivasi Pergantian Direksi Praktik manajemen laba biasanya terjadi pada sekitar periode pergantian
direksi atau CEO, menjelang berakhirnya masa jabatan, direksi cenderung bertindak memaksimalkan laba agar performa kerjanya tetap
terlihat baik pada tahun terakhir ia menjabat. Perilaku ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan laba yang cukup signifikan pada periode
menjelang berakhirnya masa jabatan. Motivasi utama yang mendorong perilaku manajemen laba adalah untuk memperoleh bonus yang
maksimal pada akhir masa jabatannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f. Motivasi Politisi Motivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang
usahanya banyak menyentuh masyarakat luas seperti, perusahaan industri strategis perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi menjaga tetap
mendapatkan subsidi, perusahaan-perusahaan tersebut cenderung menjaga posisi keuangannya dalam keadaan tertentu sehingga prestasi
atau kinerjanya tidak terlalu baik. Jadi, pada aspek politis ini, manajer cenderung melakukan kreativitas akuntansi untuk menyajikan laba yang
lebih rendah dari nilai yang sebenarnya, terutama selama periode kemakmuran tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi visibilitas
perusahaan sehingga tidak menarik perhatian pemerintah dan publik yang dapat menyebabkan meningkatnya biaya politisi perusahaan.
Rendahnya biaya politisi akan menguntungkan manajemen 4. Teknik Manajemen Laba
Teknik manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im 2000 dalam Verawati 2012 dapat dilakukan dengan tiga cara antara lain:
a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi misalnya, estimasi tingkat piutang tak tertagih,
b. Mengubah metode akuntansi misalnya, dengan merubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis
lurus, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Menggeser periode biaya atau pendapatan misalnya, dengan mempercepat atau menunda pengeluaran periode saat ini ke periode akuntansi
berikutnya. 5. Pengukuran Manajemen Laba
Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan menggunakan metode discretionary accrual. Discretionary accruals DA merupakan
tingkat akrual yang tidak normal. Model yang digunakan untuk menghitung discretionary accrual
adalah model modifikasi Jones The Modified Model Jones
Sulistiawan, 2008. Model ini muncul untuk mengatasi kelamahan dari metode Jones Model 1991. Dechow lalu mengembangkan Modified
Jones Model 1995 dengan mengasumsikan
bahwa perubahan yang terjadi dalam penjualan kredit pada periode berjalan merupakan objek manipulasi laba sehingga dirinya
memperbaiki Jones Model dengan menghilangkan variabel perubahan piutang dari variabel pendapatan untuk mengestimasi
akrual nondiskresioner
pada saat periode kejadian.
Secara empiris akrual diskresioner bisa bernilai nol, positif, atau negatif yang mana mengindikasikan bahwa perusahaan selalu melakukan manajemen
laba dalam mencatat dan menyusun laporan keuangannya. Nlai positif menunjukan bahwa manajemen laba dilakukan dengan pola peningkatan laba
maximalization laba, maka semakin besar angka manajemen laba semakin tinggi juga tingkat manajemen laba. Nilai negatif menunjukan manajemen
laba dilakukan dengan pola penurunan laba minimization income, maka semakin kecil manajemen laba semakin tinggi tingkat manajemen laba
Sulistyanto, 2008. Discretionary Accruals pada periode t dihitung dengan cara Dechow, 1995 :
a. Menghitung nilai total akrual dengan formulasi: TA
it
= NI
it
– CFO
it
Keterangan : TA
it
= Total Akrual perusahaan i pada periode t NI
it
= Laba bersih net income perusahaan i pada periode t CFO
it
= Arus kas operasi cash flow of operation perusahaan i pada periode t
b. Menentukan nilai parameter α1. α2, dan α3 dengan menggunakan Jones model
1991, dengan formulasi : TA
it
= α
1
+ α
2
∆R
evit
+ α
3
PPE
it
+ ε
it
Lalu semua variabel tersebut dibagi dengan aset tahun sebelumnya A
it-1
, sehingga formulasinya menjadi:
TA
it
A
t-1
= α
1
1 A
t-1
+ α
2
ΔR
evit
A
t-1
+ α
3
PPE
it
A
t-1
+ e Keterangan :
TA
it
= Total akrual perusahaan i pada periode t A
t-1
= Total aset pada periode t-1 ΔREV
it
= Perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t PPE
it
= Aset tetap perusahaan i gross property, plant, and equipment pada periode t
e = Koefisien error
α
1
α
2
α
3
= Koefisien regresi c. Menghitung nilai NDA dengan formulasi:
NDA
it
= α
1
1 A
t-1
+ α
2
ΔR
evit
A
t-1
- ΔR
ecit
A
t-1
+α
3
PPE
it
A
t-1
Nilai parameter α
1
,
α
2
, dan
α
3
adalah hasil dari perhitungan pada langkah
ke-2 Keterangan :
ΔREV
it
= Perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t NDA
it
= non discretionary accruals perusahaan i pada tahun t d. Menentukan nilai Discretionary Accruals yang merupakan indicator
manajemen laba akrual dengan cara mengurangi total akrual dengan akrual nondiskresioner, dengan formulasi:
DA
it
= TA
it
A
t-1
- NDA
it
Keterangan : DA
it
= Discretionary accruals perusahaan periode t