Pengaruh Corporate Governance dan Leverage Ratio terhadap manajemen laba pada perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE RATIO TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

NURFADHILAH SIREGAR 110522047

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Corporate Governance dan Leverage Ratio terhadap manajemen laba pada perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan / atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecenderungan dan plagiat dalam skripsi saya ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,

NIM. 110522047 Nurfadhilah Siregar


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas kasih karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Corporate Governance dan Leverage Ratio terhadap Manajeman laba pada perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan Skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh bimbingan, saran, motivasi, doa dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof.DR.Azhar Maksum,SE,M.Ec,Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr.Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku Ketua Departeman Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs.Hotmal Ja’far, MM, Ak., selaku sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs.Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera utara dan Ibu Dra.


(4)

Mutia Ismail, MM,Ak., selaku sektretaris Program Studi SI Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong,M.Si,Ak., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak memberikan waktu, kesabaran, koreksi dan masukan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Ibu Nurzaimah,M.M,Ak. selaku Dosen Pembaca Penilai penulis yang telah memberikan saran, masukan dan penilaian terhadap hasil skripsi ini.

6. Kedua Orang tua penulis Ayah Drs.M.Arsyad Tholib Siregar dan Ibu Nurhasanah Damanik,S.Ag, yang telah memberikan doa dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada Suamiku tercinta Dedi Wahyudi Pinem, S.Pd yang telah memberikan dukungan dan semangat bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulangan skripsi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini bermanfaat.

Medan, Agustus 2014 Penulis,

Nurfadhilah Siregar NIM : 110522047


(5)

ABSTRAK

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE RATIO TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BARANG KONSUMSI YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh corporate governance yang terdiri dari ukuran dewan direksi ,ukuran dewan komisaris,komite audit dan kepemilikan manajerial serta leverage ratio terhadap manajemen laba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh corporate governance dan leverage ratio terhadap manajemen laba. Pada penelitian ini corporate governance meliputi ; ukuran dewan direksi,ukuran dewan komisaris,komite audit dan kepemilikan manajerial.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Leverage ratio berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mendownload data laporan keuangan tahunan perusahaan yang dipublikasikan setiap tahun pada periode tahun 2009-2012 yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI)

yaitu purposive

sampling dan sampel yang diperoleh dari penelitian ini berjumlah 10 perusahaan dari total 30 perusahaan Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hipotesis penelitian menunjukkan bahwa secara serempak ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komite audit,kepemilikan manajerial dan leverage ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Manajemen Laba. Uji parsial menunjukkan ukuran dewan direksi,ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen Laba. Sedangkan komite audit dan leverage ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.


(6)

ABSTRACT

INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE AND LEVERAGE RATIO TOWARDS EARNINGS MANAGEMENT IN MANUFACTURING

CONSUMER GOODS COMPANY FROM INDONESIA STOCK EXCHANGE

The Problem formulation in this research is the extent to which the influence of corporate governance. Corporate governance in this research intersect such as a board of directors , board of commisioner , audit committee ,managerial ownership and leverage ratio on earnings management . The purpose of this research was to examine the influence of corporate governance and leverage ratio to earnings management . In this research include corporate governance ; board of directors , board of commissioners , audit committee and managerial ownership . The hypothesis of this study is the board of directors have

a significant influence on earnings management. Board of commissioners

significantly influence on earnings management. Audit committee significant influence on earnings management. Managerial ownership significantly influence on earnings management . Leverage ratio have a significant influence on earnings management .

Primary data collection was done by downloading the company's annual financial statement data are published every year in the period 2009-2012 were obtained from the website Indonesia Stock Exchange ( IDX ) is www.idx.co.id.

The research hypothesis suggests that simultaneously measure the board, board Sample selection is done by purposive sampling method and sample obtained from this research were 10 of a total 30 companies method of analysis used is quantitative descriptive analysis using multiple linear regression analysis.

The research hypothesis suggests that simultaneously measure the board, board size, audit committee, managerial ownership and leverage ratio significantly affect earnings management. Partial test shows the size of the board of directors, board size and managerial ownership a significant effect on earnings management. While the audit committee and a leverage ratio of no significant effect on earnings management.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah ... 1

1.2 Rumusan masalah penelitian ... 6

1.3Tujuan penelitian ... 7

1.4 Manfaat penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 9

2.1.1 Teori agensi ... 9

2.1.2 Corporate governace ... 11

2.1.2.1 Tujuan corporate governance ... 13

2.1.2.2 Ukuran dewan direksi ... 14

2.1.2.3 Ukuran dewan komisaris ... 15

2.1.2.4 Komite audit ... 16

2.1.2.5 Kepemiikan manajerial ... 17

2.1.3 Leverage ratio... 18

2.1.4 Manajemen laba ... 19

2.1.4.1 Pengertian manajemen laba ... 19

2.1.4.2 Motivasi manajemen laba ... 19

2.1.4.3 Pola manajemen laba ... 20

2.1.4.4 Faktor-faktor manajemen laba ... 21

2.2 Penelitian terdahulu ... 21

2.3 Kerangka konseptual ... 29

2.3 Hipotesis ... 31

2.3.1 Ukuran dewan direksi dengan manajemen laba ... 31

2.3.2 Ukuran dewan komisaris dengan manajemen laba ... 32

2.3.3 Komite audit dengan manajemen laba ... 32

2.3.4 Kepemilikan manajerial dengan manajemen laba ... 33

2.3.4 leverage ratio dengan manajemen Laba ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel penelitian dan defenisi operasional ... 35

3.1.1 Variabel penelitian... 35


(8)

3.1.3 Variabel terikat (dependent variable) ... 35

3.1.4 Variabel bebas (independent variable) ... 36

3.2 Populasi dan Sampel ... 40

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 42

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 42

3.5.Metode Analisis ... 43

3.5.1.Analisis Statistik Deskriptif ... 43

3.5.2.Uji Asumsi Klasik ... 43

1 Uji Multikolonieritas ... 43

2 Uji Autokorelasi ... 44

3 Uji Heterokedastisitas ... 45

4.Uji Normalitas ... 46

3.5.3 Pengujian Hipotesis ... 46

3.5.3.1 Uji Koefisien Determinasi... 47

3.5.3.2 Uji Statistik F (f –test) ... 48

3.5.3.3 Uji Statistik t (t –test) ... 48

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 49

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 50

4.2.1 Metode Statistik Deskriptif ... 50

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 52

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 52

4.2.2.2 Uji Autokorelasi ... 55

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 56

4.2.2.4 Uji Multikolinearitas ... 58

4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 59

4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi ... 61

4.2.3.2 Uji Signifikan Simultan (F) ... 62

4.2.3.3 Pengujian Koefisien regersi (uji t) ... 63

4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Keterbatasan ... 70

5.3 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... DAFTAR TABEL No.Tabel Judul Halaman Tabel 2.1 Market Rangkings and score CG Watch 2007-2010 ... 12

Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian terdahulu ... 25

Tabel 3.1 Defenisi operasional dan pengukuran variabel penelitian ... 38

Tabel 3.2 Jumlah sampel penelitian berdasarkan kriteria ... 41


(9)

Tabel 3.4 Uji Durbin-Watson ... 45

Tabel 4.1 Hasil Pemilihan Sampel ... 49

Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 50

Tabel 4.3 Uji Normalitas ... 54

Tabel 4.4 Kriteria Pengambilan keputusan DW Test ... 55

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi ... 56

Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas ... 58

Tabel 4.7 Analisis Regersi ... 59

Tabel 4.8 Uji Determinasi ... 61

Tabel 4.9 Uji F ... 62

Tabel 4.10 Uji t ... 63

DAFTAR GAMBAR No.Gambar Judul Halaman Gambar 2.1 Kerangka konseptual ... 30

Gambar 4.1 Histogram ... 53

Gambar 4.2 Normal P-Plot of Regression Standarlized Residual... 53


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lamp. Judul Halaman

Lampiran i Sampel penelitian ... 71

Lampiran ii Data dewan direksi tahun 2009,2010,2011,2012 ... 72

Lampiran iii Data dewan komisaris tahun 2009,2010,2011,2012 ... 73

Lampiran iv Data komite audit tahun 2009,2010,2011,2012 ... 74

Lampiran v Data kepemilikan manajerial tahun 2009 ... 75

Lampiran vi Data kepemilikan manajerial tahun 2010 ... 76

Lampiran vii Data kepemilikan manajerial tahun 2011 ... 77

Lampiran viii Data kepemilikan manajerial tahun 2012 ... 78

Lampiran ix Data leverage tahun 2009 ... 79

Lampiran x Data leverage tahun 2010 ... 80

Lampiran xi Data leverage tahun 2011 ... 81

Lampiran xii Data leverage tahun 2012 ... 82

Lampiran xiii Data manajemen laba tahun 2009 ... 83

Lampiran xiv Data manajemen laba tahun 2010 ... 84

Lampiran xv Data manajemen laba tahun 2011 ... 85

Lampiran xvi Data manajemen laba tahun 2012 ... 86

Lampiran xvii Analisis statistik deskriptif ... 87

Lampiran xviii Histogram ... 87

Lampiran xix Normal P-Plot ... 88

Lampiran xx Uji normalitas ... 88

Lampiran xxi Uji determinasi ... 89

Lampiran xxii Scatterplot ... 89

Lampiran xxiii Multikonearilitas ... 90

Lampiran xxiv Hasil Analisis Linear Berganda ... 91

Lampiran xxv Uji Auto korelasi ... 91

Lampiran xxvi Uji F ... 92


(11)

ABSTRAK

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE RATIO TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BARANG KONSUMSI YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh corporate governance yang terdiri dari ukuran dewan direksi ,ukuran dewan komisaris,komite audit dan kepemilikan manajerial serta leverage ratio terhadap manajemen laba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh corporate governance dan leverage ratio terhadap manajemen laba. Pada penelitian ini corporate governance meliputi ; ukuran dewan direksi,ukuran dewan komisaris,komite audit dan kepemilikan manajerial.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Leverage ratio berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mendownload data laporan keuangan tahunan perusahaan yang dipublikasikan setiap tahun pada periode tahun 2009-2012 yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI)

yaitu purposive

sampling dan sampel yang diperoleh dari penelitian ini berjumlah 10 perusahaan dari total 30 perusahaan Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hipotesis penelitian menunjukkan bahwa secara serempak ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komite audit,kepemilikan manajerial dan leverage ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Manajemen Laba. Uji parsial menunjukkan ukuran dewan direksi,ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen Laba. Sedangkan komite audit dan leverage ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.


(12)

ABSTRACT

INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE AND LEVERAGE RATIO TOWARDS EARNINGS MANAGEMENT IN MANUFACTURING

CONSUMER GOODS COMPANY FROM INDONESIA STOCK EXCHANGE

The Problem formulation in this research is the extent to which the influence of corporate governance. Corporate governance in this research intersect such as a board of directors , board of commisioner , audit committee ,managerial ownership and leverage ratio on earnings management . The purpose of this research was to examine the influence of corporate governance and leverage ratio to earnings management . In this research include corporate governance ; board of directors , board of commissioners , audit committee and managerial ownership . The hypothesis of this study is the board of directors have

a significant influence on earnings management. Board of commissioners

significantly influence on earnings management. Audit committee significant influence on earnings management. Managerial ownership significantly influence on earnings management . Leverage ratio have a significant influence on earnings management .

Primary data collection was done by downloading the company's annual financial statement data are published every year in the period 2009-2012 were obtained from the website Indonesia Stock Exchange ( IDX ) is www.idx.co.id.

The research hypothesis suggests that simultaneously measure the board, board Sample selection is done by purposive sampling method and sample obtained from this research were 10 of a total 30 companies method of analysis used is quantitative descriptive analysis using multiple linear regression analysis.

The research hypothesis suggests that simultaneously measure the board, board size, audit committee, managerial ownership and leverage ratio significantly affect earnings management. Partial test shows the size of the board of directors, board size and managerial ownership a significant effect on earnings management. While the audit committee and a leverage ratio of no significant effect on earnings management.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi pihak eksternal untuk dapat menilai kinerja suatu perusahaan karena laporan keuangan menyediakan informasi yang menyediakan hal-hal yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Chariri dan Ghozali (2007) menyatakan bahwa salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share). Informasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode tertentu (Kieso dan Weygandt, 2002). Laporan laba rugi digunakan oleh para investor untuk melihat profitabilitas perusahaan dan memprediksi prospek perusahaan di masa yang akan datang. Akan tetapi, laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan, sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang benar.

Laba yang merupakan cerminan kinerja perusahaan dapat dikelola secara efisien atau oportunis. Secara efisien artinya dikelola untuk keinformatifan informasi, dan secara oportunis artinya untuk meningkatkan laba sesuai dengan yang diinginkan dan menguntungkan pihak-pihak tertentu. Untuk tujuan


(14)

menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba, manajemen cenderung mengelola laba secara opertunis dan melakukan manipulasi laporan keuangan agar menunjukkan laba yang memuaskan meskipun tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Manajemen perusahaan dapat menentukan kebijakan penggunaaan metode akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Scott (2006) didalam bukunya yang berjudul “financial accounting theory” menyatakan bahwa pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk tujuan spesifik disebut dengan manajemen laba. Sedangkan menurut Belkaoui (2004), manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diinginkan.

Manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba (Schipper, 1989), atau manajemen laba dapat diartikan sebagai tindakan seorang manajer dengan menaikkan (menurunkan manajemen laba) periode berjalan di unit usaha yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas unit ekonomi tersebut dalam jangka panjang (Rosenweig, 1995). Earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah laporan keuangan, hal ini bertujuan untuk menyesatkan para stakeholders tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan


(15)

kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan (Healy dan Wahlen, 1999).

Praktek manajemen laba ini juga dapat mengakibatkan menurunkan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan menjadi bias. Manajemen laba juga merupakan hal yang merugikan investor karena mereka tidak akan mendapat informasi yang benar mengenai posisi keuangan perusahaan (Scott, 2001). Seperti kasus Enron, Merck, World Com, dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et al.,2006). Beberapa kasus juga terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT.Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005).

Akibat dampak negatif dari praktek manajemen laba tersebut, maka perlu dicari solusi untuk dapat mengawasi praktek manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Menurut Ihsan (2008) praktek manajemen laba oleh manajemen dapat diminimumkan melalui mekanisme sebagai berikut :

a. Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer. Semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin rendah kecenderungan manajemen untuk melakukan aktivitas manajemen laba karena adanya keselarasan tujuan pemegang saham dengan manajemen. b. Peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris independen. c. Kualitas auditor yang dilihat dari peran auditor yang memiliki

kompetensi yang memadai dan bersikap independen sehingga menjadi pihak yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen.

Selain dari mekanisme tersebut diatas terdapat sebuah mekanisme yang sangat efektif yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai


(16)

kepentingan yang disebut corporate governance. Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Corporate governance dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik atau pemegang saham memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh agen atau manajer (Schleifer dan Visny, 1997). Dengan penerapan corporate governance akan memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya dengan benar. Corporate governance juga membantu menciptakan lingkungan kondusif demi terciptanya pertumbuhan yang efisien dan sustainable di sektor korporat. Corporate governance dapat juga didefenisikan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya (FCGI, 2003).

Penerapan corporate governance secara konsisten yang berprinsip pada keadilan, transparansi, akuntanbilitas, dan pertanggungjawaban akan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan adanya prinsip corporate governance tersebut diharapkan dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan informasi dalam laporan keuangan menjadi tidak akurat.

Selain penerapan corporate governance yang baik untuk meminimalkan manajemen laba terdapat faktor lain yang dapat meminimalkan manajemen laba


(17)

oleh manajer yaitu dengan pengelolaan leverage ratio perusahaan. Widyaningdyah (2001) mengungkapkan bahwa jika hutang yang dipergunakan secara efektif dan efisien maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Tetapi apabila dilakukan dengan dalih untuk menarik perhatian para kreditur, maka justru akan memicu manajer untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan yang mempunyai leverage ratio tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya. Widyaningdyah (2001), Tarjo (2008), dan Halim et al. (2005) mengatakan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan berdasarkan Indrayani (2009) dan Nurlatifiyanti (2008) leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Dari uraian di atas dapat dilihat banyaknya pendapat dari berbagai penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba, maka penulis tertarik untuk meneliti kembali faktor-faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba tersebut.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Rahmi Mardhatila (2011) dengan objek penelitian adalah pada perusahaan sektor manufaktur barang konsumsi dengan tahun penelitian adalah tahun 2007-2011. Pada penelitian kali ini penulis melakukan penelitian ini dengan penggantian tahun yang lebih baru dan menggunakan data yang berbeda. Dengan penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah penggunaan data yang berbeda dan juga tahun yang lebih baru yaitu 2009-2012 tersebut masih berpengaruh terhadap manajemen laba.


(18)

Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk menguji kembali perusahaan manufaktur barang konsumsi. Hal ini dikarenakan bahwa penelitian-penelitian terdahulu masih sedikit yang meneliti pada sektor manufatur barang konsumsi, padahal sektor manufaktur barang konsumsi adalah sektor yang penting karena menyangkut terhadap konsumsi langsung dari masyarakat. Oleh karena itu perlu kiranya pengelolaan usaha pada sektor ini dikelola dengan sebaik-baiknya dengan prinsip dan mekanisme corporate governace yang baik untuk meminimalisasi praktek manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen.

Berdasarkan uraian di atas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “ Pengaruh corporate governance dan leverage ratio terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. .

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah corporate governance yang terdiri dari ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap manajemen laba?

2. Apakah leverage ratio berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap manajemen laba?


(19)

1.3. Tujuan penelitian

Bertolak pada latar belakang permasalahan di atas maka tujuan diadakan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba 2. Menganalisis pengaruh leverage ratio perusahaan terhadap manajemen

laba?

1.4 Manfaat penelitian

Kegunaan Penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti

Peneliti berharap mampu menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh corporate governance dan leverage ratio terhadap manajemen laba.

2. Bagi Para Akademis

Peneliti berharap dapat digunakan sebagai informasi dan pengembangan untuk penelitian selanjutnya, serta sebagai penambah khasanah baca bagi mahasiswa.

3. Bagi Perusahaan

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan.


(20)

4. Bagi Calon Investor

Peneliti berharap memberikan bukti mengenai pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba, dan dapat juga sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan teoritis

2.1.1. Teori agensi

Timbulnya praktek manajemen laba dapat dijelaskan melalui teori agensi. Konsep teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen. Prinsipal memperkerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen (Anthony dan Govindarajan 2000:41).

Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimalkan nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi.

Standar akuntansi yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengijinkan pihak manajemen untuk mengambil suatu kebijakan dalam mengaplikasikan metode akuntansi guna menyampaikan informasi mengenai kinerja perusahaan kepada pihak ekstern. Pemberian fleksibilitas bagi manajemen untuk memilih satu dari seperangkat kebijakan akuntansi membuka peluang untuk


(22)

perilaku oportunis dan kontrak efisien. Artinya, manajer yang rasional, akan memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan kepentingannya. Dengan kata lain, manajer memilih kebijakan akuntansi yang dapat memaksimalkan expected utility-nya atau nilai pasar perusahaan. Perilaku oportunis dan kontrak efisien ini, mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba.

Scott (2006: 344) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut: manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi keuangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimalkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Manajemen laba menurut Mulford dan Comiskey (2002) merupakan financial numbers game (permainan angka– angka keuangan) yang dilakukan melalui creative accounting practises akibat adanya kelonggaran flexibility principles yang dikeluarkan oleh GAAP (General Accepted Accounting Principal).

Manajemen laba merupakan topik yang menarik, baik bagi peneliti akuntansi maupun praktisi. Fenomena manajemen laba juga telah meramaikan dunia bisnis dan pemberitaan pers. Beberapa bukti empiris dan sistematik telah menunjukkan adanya fenomena manajemen laba ini, diantaranya Gu dan Lee (1999), De Angelo (1988), Holthausen dan Sloan (1995), dan lain-lain. Secara khusus, Gu dan Lee (1999) telah menunjukkan bahwa manajemen laba telah meluas dan ada di setiap pelaporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan. Mereka memberikan suatu bukti bahwa manajemen laba terjadi di setiap laporan keuangan kuartalan, dan tingkat manajemen laba terbesar ditemukan pada kuartal ketiga. Ini menunjukkan bahwa praktik manajemen laba merupakan suatu


(23)

fenomena yang umum terjadi, tidak hanya pada peristiwa-peristiwa tertentu saja tetapi telah sedemikian mengakar dalam kehidupan bisnis.

2.1.2. Corporate governance

Corporate governance adalah topik yang mencuat ditengah-tengah publik sebagai akibat dari semakin gencarnya publikasi mengenai fraud dan keterpurukan bisnis akibat kesalahan yang dilakukan oleh para eksekutif manajemen. Sehingga hal tersebut meningkatkan tuntutan dari publik, terutama para investor, mengenai penerapan corporate governance yang mengacu pada international best practice.

Cadbury Committee mendefinisikan bahwa corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,manajemen,kreditur, pemerintah,karyawan, serta para stakeholder internal maupun eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain merupakan suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.

Pentingnya penerapan corporate governace belum dapat diterapkan dengan maksimal di Indonesia. Implemetasi dari corporate governance di Indonesia masih sangat lemah. Lemahnya corporate governance di Indonesia terbukti berdasarkan data market rangkings and scores (Sept 2012) berdasarkan survey reogional yang oleh Asian Corporate governance Association pada tahun 2007,2010 dan 2012. Pada survey ini didapati bahwa budaya corporate governace di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara asia lainnya. Peringkat Indonesia masih yang terbawah pada survey ini.


(24)

Tabel.2.1

Market rangkings & scores,2012 CG watch market scores : 2007 to 2012

Country % Change

2012 vs 2010 (ppt)

Trend of CG reform 2007 2010 2012

1. Singapore 65 67 69 (+2) Improving,but culture

needs to open more

2. Hongkong 67 65 66 (+1) Static,but reinvigorated

regulator positive

3. Thailand 47 55 58 (+3) Improving,but corruption a

major issue

4. Japan 52 57 55 (-2) Government

stalling,companies opening

5. Malaysia 49 52 55 (+3) Culture at last showing

signs of openness

6. Thaiwan 54 55 53 (-2) Rules improving,but still

behind the curve

7. India 56 48 51 (+3) Enforcement up,Delhi an

obstacle

8. Korea 49 45 49 (+4) Government more

open,chaebols closed

9. China 45 49 45 (-4) Rules improve, but culture

still weak

10. Philiphines 41 37 41 (+4) Improving, but will is be

sustained

11. Indonesia 37 40 37 (-3) Regressing, but new

regulator may help Source : Asian Corporate Governance Association 2012

Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan, baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Dengan sistem corporate governance yang baik maka perlindungan yang efektif dapat diberikan kepada para pemegang saham dan pihak kreditur, sehingga mereka bisa meyakinkan dirinya akan perolehan kembali investasi dengan wajar dan bernilai tinggi. Oleh karena itu, perusahaan harus menyadari bahwa sistem corporate governance yang baik sangat berarti bagi kepentingan pemegang


(25)

sahamnya, penyandang dana serta karyawannya, dan bagi perusahaan itu sendiri (FCGI).

Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002, mendefinisikan corporate governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh suatu organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

Menurut Utama (dalam Herawaty, 2008) prinsip-prinsip corporate governance yang telah diterapkan memberikan beberapa manfaat, diantaranya :

1. Meminimalkan agency cost dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara prinsipal dengan agen.

2. Meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal.

3. Meningkatkan citra perusahaan.

4. Meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah.

5. Peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik.

2.1.2.1. Tujuan corporate governance

Forum for corporate governance in Indonesia (2002) menjelaskan bahwa tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara lebih rinci, terminologi

corporate governance dapat dipergunakan untuk menjelaskan peranan dan

perilaku dari dewan direksi, dewan komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan, dan para pemegang saham.


(26)

Forum for corporate governance in Indonesia (2002) menjelaskan bahwa corporate governance merupakan acuan bagi perusahaan dalam rangka:

1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.

2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi, dan rapat umum pemegang saham.

3. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris, dan anggota direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.

5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional,sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

Pelaksanaan mekanisme corporate governance yang efektif, juga dapat memperluas tingkat kebebasan perusahaan untuk membuat pengambilan keputusan dengan tepat waktu, dan membawa pada peningkatan nilai perusahaan (Chen, 2008).

2.1.2.2. Ukuran dewan direksi

Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang. Dewan direksi juga merupakan salah satu indikator dalam pelaksanaan corporate governance yang bertugas dan bertanggungjawab untuk menjalankan manajemen perusahaan. Hermalin dan Weisbach (dalam Pratiwi,


(27)

2012) mengatakan bahwa jumlah anggota dewan direksi umumnya berhubungan dengan implikasi dari kebijakan mengenai batasan jumlah dewan direksi.

Fungsi pengelolaan perusahaan oleh direksi mencakup lima tugas utama, yaitu sebagai berikut: (Solihin, 2009)

a. Kepengurusan, mencakup tugas penyusunan visi dan misi perusahaan, serta penyusunan program jangka pendek dan jangka panjang.

b. Manajemen risiko, mencakup tugas penyusunan dan pelaksanaan sistem manajemen risiko perusahaan yang mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan.

c. Pengendalian internal, mencakup penyusunan dan pelaksanaan sistem pengendalian internal perusahaan dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja perusahaan serta memenuhi peraturan perundang-undangan.

d. Komunikasi, mencakup tugas yang memastikan kelancaran komunikasi antara perusahaan dengan pemangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi sekretaris perusahaan.

e. Tanggung jawab sosial, mencakup perencanaan tertulis yang jelas dan terfokus dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

2.1.2.3. Ukuran dewan komisaris

Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang memiliki tanggung jawab dan kewenangan penuh atas pengurusan perusahaan. Fungsi dewan komisaris termasuk di dalamnya komisaris independen antara lain; melakukan pengawasan terhadap direksi dalam pencapaian tujuan perusahaan dan memberhentikan direksi untuk sementara bila diperlukan (Warsono et al., 2009).

Ukuran dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Dapat dikatakan bahwa ukuran dewan komisaris mempunyai kecenderungan mempengaruhi manajemen laba.


(28)

2.1.2.4. Komite audit

Komite audit merupakan organ pendukung dewan komisaris yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugasnya. Pembentukan komite audit harus dilengkapi dengan piagam komite audit yang ditandatangani oleh komisaris utama dan direktur utama perseroan. Ketua maupun anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh rapat dewan komisaris. Pengertian komite audit menurut komite nasional kebijakan governance (2006) dalam pedoman umum good corporate governance Indonesia yaitu :

“Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.”

Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor SE 03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan.

Komite audit berwenang untuk mengakses catatan atau informasi tentang karyawan, dana, asset serta sumber daya perusahaan lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya komite audit wajib bekerjasama dengan pihak yang melaksanakan fungsi internal audit perusahaan.


(29)

Dengan terdapatnya komite audit yang beranggotakan minimal 3 orang maka diharapkan dapat mengurangi manajemen laba yang terjadi pada suatu perusahan. 2.1.2.5. Kepemilikan manajerial

Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran yang berbeda pula, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang dikelolanya.

Secara umum dapat dinyatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen (kepemilikan manajerial) cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Boediono, 2005). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa praktek manajemen laba dapat diminimumkan dengan menyelaraskan perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen dengan cara memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership). Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat (Shleifer dan Vishny, 1996). Warfield et al. (dalam Midiastuty dan Machfoedz, 2003) menyatakan adanya kepemilikan manajerial dapat mengurangi dorongan manajer untuk melakukan tindakan manipulasi sehingga laba yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan tersebut.


(30)

2.1.5 Leverage

Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (dalam Sulistyanto, 2008), dalam hipotesis debt covenant bahwa motivasi debt covenant disebabkan oleh munculnya perjanjian kontrak antara manajer dengan perusahaan yang berbasis kompensasi manajerial. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba.

Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Hutang yang dipergunakan secara efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan. Herry dan Hamin (dalam Tarjo, 2008) menunjukkan bahwa leverage menyebabkan peningkatan nilai perusahaan.Tetapi bila dilakukan dengan dalih menarik perhatian para kreditur, maka justru akan memicu manajer untuk melakukan manajemen laba (Achmad et al., 2007). Perusahaan yang memiliki hutang tinggi akan memilih kebijakan akuntansi dengan menggeser laba masa depan ke masa sekarang. Pernyataan ini juga dibuktikan oleh penelitian Herawati dan Baridwan (2007) yang memberikan bukti empiris tentang adanya tingkat manajemen laba yang lebih besar pada perusahaan yang terikat perjanjian hutang daripada perusahaan yang tidak terikat perjanjian hutang.


(31)

2.1.6 Manajemen laba

2.1.6.1 Pengertian manajeman laba

Menurut Schipper (1989) manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi sedangkan menurut Fisher dan Rosenzweig (1995), manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang.

2.1.6.2 Motivasi manajemen laba

Manajemen laba didorong oleh beberapa motivasi. Scott (1997) dalam Sukartha (2007) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba, yaitu:

1. Bonus scheme (rencana bonus)

Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya.

2. Debt covenant (kontrak utang jangka panjang)

Menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metoda akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang.

3. Political motivations (motivasi politik)

Menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba terutama pada saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah.

4. Taxation motivations (motivasi perpajakan)

Menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.


(32)

Biasanya CEO yang mendekati masa pensiun atau masa kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.

6. Initital public offering (Penawaran Saham Perdana)

Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.

Hendriksen (1988) menyebutkan pada dasarnya, pihak manajemen melakukan manajemen laba didorong oleh adanya:

1. Kelemahan yang melekat dalam akuntansi itu sendiri

Fleksibilitas dalam menghitung angka laba dapat disebabkan oleh metode akuntansi yang memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan cara berbeda.

2. Informasi asimetri antara manajer dengan pihak luar

Faktor informasi juga menyebabkan timbulnya manajemen laba. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan lebih cepat dibanding pihak eksternal.

Dalam kondisi yang demikian, manajer dapat menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya.

2.1.6.3 Pola manajemen laba

Ada empat pola manajemen laba yang dikemukakan oleh (Scott,2000) yaitu :

1.Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.

2.Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.


(33)

3.Income Maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.

4. Income Smoothing

Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.6.4 Faktor-faktor manajemen laba

Faktor-faktor manajemen laba yang diajukan (Watt dan Zimmerman, 1996) adalah:

1. Bonus Plan Hypothesis

Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus terbesar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.

2. Debt to Equity Hypothesis

Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba (Sweeney, 1994). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. Perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity cukup tinggi akan mendorong manajer perusahaan untuk menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba, menyebabkan perusahaan kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian hutang. 3. Political Cost Hypothesis

Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan laba yang tinggi membuat pemerintah akan segera mengambil tindakan seperti: mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.

2.2 Penelitian terdahulu

Beberapa penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba telah banyak dilakukan oleh peneliti seperti Deni Darmawati


(34)

(2003) meneliti corporate governance dan manajemen laba : Suatu Studi Empiris, dengan variabel mekanisme GCG (pelaksanaan RUPS, kualitas dewan komisaris, kualitas komite audit, kualitas hubungan stakeholders, transparansi dan akuntabilitas, kepemilikan saham oleh investor institusional). Hasilnya hanya satu variabel dalam mekanisme GCG, yaitu kualitas hubungan perusahaan dengan stakeholders yang berhubungan negatif dengan praktik manajemen laba. Wedari (2004) meneliti pengaruh proporsi dewan komisaris dan keberadaan komite audit terhadap manajemen laba dengan variabel komite audit, proporsi dewan komisaris, akuntan publik big 4, kepemilikan manajerial dan institusional, hasilnya komite audit dan dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Siregar dan Utama (2005) meneliti pengaruh Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance terhadap pengelolaan laba (Earnings Management) dengan variabel kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, praktek corporate governance (ukuran KAP, proporsi dewan komisaris, keberadaan komite audit). Hasilnya kepemilikan keluarga dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan kepemilikan institusional dan tiga variabel praktek GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Halima Sathila Palestin (2006) meneliti Analis struktur Kepemilikan, Praktik corporate governance dan kompensasi bonus terhadap manajemen laba dengan variabel Struktur kepemilikan, komposisi dewan komisaris, komite audit, dan auditor independen dengan proksi ukuran auditor, kompensasi bonus dan


(35)

hasilnya struktur kepemilikan, proporsi dewan komisaris independen dan kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komite audit dan ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Nasution dan Setiawan (2007) meneliti pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia dengan variabel komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan. Hasilnya komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Nuryaman (2008) meneliti konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba dengan menggunakan variabel konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme GCG (komposisi dewan komisaris dan spesialisai industri KAP), hasilnya konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komposisi dewan komisaris dan spesialisasi industri KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Tuti Sriwedari (2009) meneliti mekanisme good corporate govenance, manajeman laba dan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Indonesia di Bursa Efek Indonesia dengan variabel dependen : manajemen laba, kinerja keuangan variabel Independen :Kepemilikan manajerial, kepemilikan Institusional, komite audit, dewan komisaris. Hasilnya mekanisme good corporate governance mempengaruhi manajemen laba dan manajemen laba, berpengaruh


(36)

terhadap kinerja keuangan. Mekanisme good corporate governance mempengaruhi manajemen laba dan manajemen laba, berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Suryani (2010) meneliti pengaruh mekanisme corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan variabel independen dalam kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, jumlah rapat komite audit dan ukuran perusahaan. Sedangkan variabel dependennya adalah manajemen laba dan hasilnya konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba; sedangkan komposisi komite audit, komposisi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Yohana (2010) meneliti tentang pengaruh kualitas auditor, corporate governance, leverage dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba. Objek penelitiannya adalah perusahaan perbankan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia 2006-2008 yang terdiri dari 66 sampel. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kualitas auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. CAR sebagai proksi dari kinerja keuangan memiliki pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif.


(37)

Rahmi Mardhatilla (2011) meneliti tentang pengaruh penerapan good corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

Beberapa hasil pengujian dari para penelitian terdahulu dapat dilihat dari Tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil

1. Deni Darmawati (2003) Corporate governance dan Manajemen laba: Suatu Studi Empiris Mekanisme GCG (Pelaksanaan RUPS,kualitas dewan komisaris, kualitas komite audit, kualitas hubungan stakeholders, transparansi dan, akuntabilitas, kepemilikan saham oleh investor institusional) Hanya satu variabel dalam mekanisme GCG, yaitu kualitas hubungan perusahaan dengan stakeholders yang berhubungan negatif dengan praktik manajemen laba

2. Wedari (2004) Analisis Pengaruh Proporsi dewan komisaris dan Keberadaan Komite audit terhadap Manajemen laba Komite audit, proporsi dewan komisaris, akuntan publik big 4, kepemilikan manajerial dan institusional

(1) Komite audit dan dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba


(38)

(2) Kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh positif terhadap manajemen laba. 3. Siregar dan

Utama (2005)

Pengaruh Struktur Kepemilikan,Ukuran Perusahaan,dan Praktek Corporate governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management) Kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional,ukuran perusahaan,praktek Corporate

governance (ukuran KAP, proporsi dewan komisaris, keberadaan komite audit) (1)Kepemilikan keluarga dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. (2)Kepemilikan institusional dan tiga variabel praktek GCG tidak

berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba.

4. Halima Sathila Palestin (2006) Analis struktur Kepemilikan, Praktik Corporate governance dan Kompensasi Bonus terhadap Manajemen laba Struktur kepemilikan, komposisi dewan komisaris, komite audit, dan auditor independen dengan proksi ukuran auditor, kompensasi bonus (1)Struktur kepemilikan, proporsi dewan komisaris independen dan kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba (2)Komite audit dan ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

5. Nasution dan Setiawan Pengaruh Corporate governance Komposisi dewan komisaris,ukuran dewan komisaris, (1)Komposisi dewan komisaris dan


(39)

(2007) terhadap

Manajemen laba di Industri Perbankan Indonesia komite audit, ukuran perusahaan ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba (2)Komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

6. Nuryaman (2008) Konsentrasi Kepemilikan,Ukur an Perusahaan,dan Mekanisme Corporate governance terhadap Manajemen laba Konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme GCG (komposisi dewan komisaris dan spesialisai industri KAP) (1)Konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba (2) Komposisi dewan komisaris dan spesialisasi industri KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. 7. Tuti

Sriwedari (2009) Mekanisme good corporate governance, Manajemen laba dan kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Indonesia di Bursa Efek Indonesia Variabel Dependen: Manajemen laba,Kinerja Keuangan Variabel Independen:Kepe milikan manajerial, kepemilikan Institusional, Komite audit, Dewan Komisaris Mekanisme good corporate governance mempengaruhi manajemen laba dan manajemen laba, berpengaruh terhadap kinerja keuangan


(40)

8. Suryani (2010)

Pengaruh mekanisme Corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

Variabel independen: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, jumlah rapat komite audit dan ukuran perusahaan.Sedangk an variabel dependen adalah manajemen laba Kosentrasi kepemilikan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba; sedangkan komposisi komite audit, komposisi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba 9 Yohanna (2010) Pengaruh Kualitas Auditor,Corporate governance, Leverage dan Kinerja Keuangan terhadap Manajemen laba (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2008) Variabel Dependen: Kualitas auditor,kepemilikan manajerial,kepemili kan instusional,Proporsi dewan komisaris independen,Leverag e,kinerja keuangan perbankan.Sedangka n variabel Independen adalah manajemen laba Kualitas auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.

CAR sebagai proksi dari kinerja

keuangan memiliki pengaruh yang signifikan dan berhubungan


(41)

negatif. 10 Rahmi Marthila (2011) Pengaruh Penerapan goodcorporate governance terhadap Manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

Variabel Independen : Proporsi dewan komisaris,ukuran dewan komisaris, leverage dan Return On Asset (ROA). Sedangkan Variabel Dependen : Manajemen laba Proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI

2.3. Kerangka Konseptual

Manajemen laba merupakan salah satu bentuk akibat asimetri informasi dalam teori agensi. Hal ini dikarenakan manajer lebih mengetahui informasi tentang perusahaan yang dikelolanya. Kehadiran mekanisme corporate governance diharapkan dapat menciptakan iklim tata kelola yang baik dan lebih transparan.

Menurut Barnhart dan Rosenstein (1998), mekanisme corporate governance meliputi mekanisme internal, seperti adanya struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif, dan mekanisme eksternal, seperti pasar untuk kontrol perusahaan, kepemilikan institusional dan tingkat pendanaan dengan hutang (debt financing). Sedangkan menurut Veronica dan Bachtiar (2004), beberapa mekanisme corporate governance antara lain diwujudkan dengan adanya dewan direksi, komite audit, kualitas audit, dan kepemilikan institusional.


(42)

Tindakan manajemen laba mengakibatkan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya perusahaan. Hasil kinerja perusahaan menjadi tidak diketahui dengan pasti oleh investor sehingga menyebabkan investor menyalah artikan laporan keuangan tersebut. Kontrak hutang (leverage) yang tinggi juga dapat menyebabkan manajer melakukan tindakan manajemen laba. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (dalam Sulistyanto, 2008) yang mengelompokkan leverage dalam debt covenant hypothesis.

Berdasarkan penjelasan singkat di atas maka peneliti merumuskan kerangka pemikiran penelitian ini.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Variabel Independen

Variabel Dependen Ukuran Dewan

Direksi (X1)

Manajemen laba (Y) Komite Audit (X3)

Kepemilikan Manajerial (X4)

Ukuran Dewan Komisaris (X2)


(43)

2.4. Hipotesis Penelitian 2.4.1 Ukuran dewan direksi

Dewan direksi mempunyai peran dan tanggung jawab yang penting dalam menentukan kebijakan yang akan dijalankan oleh perusahaan, baik dalam jangka waktu yang pendek maupun jangka panjang. Ukuran dewan direksi juga sebagai salah satu komponen good corporate governance yang sangat berperan penting dalam mengatasi manajemen laba. Keberadaan dewan direksi tersebut sebagai mekanisme pengendali internal utama untuk memonitor para manajer perusahaan (Subhan, 2011). Dengan adanya kebutuhan yang besar akan jumlah dewan direksi mengakibatkan munculnya permasalahan antara pihak principal dengan agent, karena perusahaan dengan jumlah dewan direksi yang besar tidak dapat melakukan koordinasi, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang lebih baik dibanding dengan perusahaan yang memiliki jumlah dewan direksi yang lebih kecil (Wardhani, 2007). Ukuran direksi yang besar mengakibatkan proses pengawasan kurang efektif dan dapat meningkatkan praktek manajemen laba oleh manajemen. Apabila jumlah dewan direksi sedikit, maka praktik manajemen laba dapat dikurangi karena komunikasi dan koordinasi pada ukuran dewan direksi yang kecil dalam aktivitas tersebut lebih efektif dibandingkan dengan ukuran direksi yang besar sehingga dapat meningkatkan pengawasan terhadap manajemen (Purwandari, 2011). Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :


(44)

H1: ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba

2.4.2. Ukuran dewan komisaris

Ukuran dewan komisaris mempengaruhi praktik manajemen laba pada perusahaan. Nasution dan Setyawan (2007) menemukan pengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan perbankan. Semakin besar ukuran dewan komisaris, maka semakin besar pula manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran dewan komisaris yang besar tidak efektif dalam mengurangi praktik manajemen laba. Dari hasil tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba.

2.4.3 Komite audit

Semakin banyak anggota dari Komite audit maka akan semakin ketat proses pengawasan pada suatu perusahaan karena Komite audit akan bekerja sama dengan yang menjalankan fungsi internal kontrol perusahaan. Menurut penelitian Maharani 2011 menyatakan terdapat hubungan negatif antara Ukuran Komite audit dengan Manajemen laba. Oleh karena penelitian diatas maka peneliti dapat menyimpulkan sementara bahwa Ukuran Komite audit memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya manajemen laba. Maka hipotesis sementara dari penelitian ini yaitu:

H3 : Terdapat hubungan negatif antara Ukuran Komite audit dengan Manajemen laba


(45)

2.4.4 Kepemilikan manajerial

Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal ini sesuai dengan sistem pengelolaan perusahaan dalam dua kriteria: (1) perusahaan dipimpin oleh manajer dan pemilik (owner-manager) dan (2) perusahaan yang dipimpin oleh manajer dan bukan pemilik (non owners-manager). Dua kriteria ini akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola (Boediono, 2003).

Pendapat tersebut sesuai dengan Midiastuty dan Mahfoedz (2003) dimana hubungannya menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dengan manajemen laba berhubungan negatif. Penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen. Selain di Indonesia, penelitian di Jepang yang dilakukan oleh Teshima dan Shuto (2008) hasilnya sesuai dengan Midiastuty dan Mahfoedz (2003) bahwa kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:


(46)

H4 : kepemilikan manajerial berhubungan negatif terhadap manajemen laba

2.4.5. Leverage Ratio

Scott (dalam Sulistyanto, 2008) menyatakan bahwa praktik perataan laba yang merupakan salah satu bentuk manajemen laba sering dilakukan oleh perusahaan ketika mereka menghadapi paksaan dari kreditor dengan cara mengubah metode akuntansinya. Semakin besarnya rasio leverage mengakibatkan risiko yang ditanggung oleh pemilik modal juga akan semakin meningkat. Achmad et al. (2007) menunjukkan bahwa peningkatan motivasi perjanjian hutang (debt covenant) meningkatkan praktik manajemen laba. Alasannya bahwa motivasi debt covenant merupakan praktik manajemen laba berlaku umum.

Widyaningdyah (2001) menemukan bahwa leverage di antara variabel lain dalam penelitiannya hanya leverage yang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian Tarjo (2008). Temuan tersebut sesuai dengan debt covenant hypothesis yang menyatakan bahwa jika semua hal yang lain tetap sama dan semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian hutang yang berbasis akuntansi, maka lebih mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang dilaporkan dari periode mendatang ke periode sekarang. Hal tersebut dilakukan karena laba bersih yang dilaporkan naik akan mengurangi kemungkinan kegagalan membayar hutang-hutangnya pada masa mendatang (Tarjo, 2008). Berdasarkan uraian di atas maka rumusan hipotesisnya adalah:


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan dua variabel yaitu variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent). Variabel terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur dengan dasar rasio akrual kerja dengan pendapatan (penjualan). Sedangkan variabel bebas merupakan variabel yang diduga mempengaruhi variabel terikat. Sedangkan variabel bebas merupakan variabel yang diduga mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komite audit, kepemilikan manajerial dan leverage pada perusahaan manufaktur barang konsumsi.

3.1.2 Definisi operasional

3.1.3. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan


(48)

diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Na’im, 2000). Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan dasar rasio akrual kerja dengan pendapatan (penjualan) berdasarkan penelitian McNichols (2000) dan Girsang (2010), yang secara matematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Manajemen Laba =

Pendapatan t ∆ Modal kerja t

∆ Akrual Modal kerja = ∆ AL - ∆HL - ∆KAS Keterangan :

ΔAL = Perubahan aktiva lancar pada periode t ΔHL = Perubahan hutang lancar pada periode t

ΔKas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t

Data akrual modal kerja dapat diperoleh langsung dari laporan arus kas aktivitas operasi, sehingga investor dapat langsung memperoleh data tersebut tanpa melakukan perhitungan yang rumit.

3.1.4. Variabel independen (Bebas)

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengaruh corporate governance (ukuran dewan direksi,ukuran dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan manajerial) ditambah dengan Leverage.


(49)

Ukuran dewan direksi adalah jumlah anggota dewan direksi yang ada dalam perusahaan. Keberadaan dewan direksi tersebut bertugas sebagai mekanisme pengendali internal utama untuk memonitor para manajer perusahaan.

Maka ukuran dewan direksi diukur dengan :

2. Ukuran dewan komisaris

Variabel ukuran dewan komisaris diukur dengan jumlah total anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel.

3. Komite audit

Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamatisistem pengendalian internal (termasuk audit internal) agar dapat mengurangi sifat oportunistik manajemen yang melakukan manajemen laba. Komite audit diukur dengan jumlah anggota komite audit.

4. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono,

������d����d������ = ∑a������d����d������

������d����komisaris = ∑a������d����komisaris


(50)

2005). Secara teoritis ketika kepemilikan saham oleh manajerial tinggi maka kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer (manajemen laba). Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah :

5. Leverage

Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Leverage digunakan untuk menangkap insentif dalam tindakan manajemen laba ketika terjadi pelanggaran perjanjian hutang (Klein, 2002). Rasio leverage dihitung seperti di bawah ini:

Adapun defenisi operasional dan pengukuran variabel penelitian penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Defenisi operasional dan pengukuran variable penelitian

Nama Variabel

Variabel Penelitian

Defenisi Parameter Skala

Ukuran

Independen Ukuran

Dewan Direksi (X1)

Jumlah anggota dewan direksi yang ada dalam perusahaan

Jumlah dewan direksi dalam struktur organisasi perusahaan

Nominal

Leverage = Total Hutang Total Asset

Kepemilikan manajerial = Saham yang dimiliki manajemen Total Saham yang beredar


(51)

Independen Ukuran Dewan Komisaris (X2)

Jumlah anggota dewan komisaris yang ada dalam perusahaan

Jumlah dewan komisaris dalam struktur organisasi perusahaan

Nominal

Independen Komite audit (X3)

Keberadaan komite audit (AC) sekurang-kurangnya terdiri dari 3 anggota, seorang diantaranya komisaris independen

perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite, sedangkan yang lain adalah pihak ekstern yang independen dan minimal salah seorang memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan

Jumlah

anggota komite audit yang ada dalam perusahaan

Nominal

Independen Kepemilikan

Manajerial (X4)

Jumlah persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan dari seluruh total saham

Persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham


(52)

Independen Leverage (X5)

Rasio antara total kewajiban dengan total asset. Semakin besarnya rasio leverage

mengakibatkan risiko yang ditanggung oleh pemilik modal juga akan semakin meningkat. .

Leverage :

Total Asset

Total Hutang Rasio

Dependen Manajemen

laba (Y)

Tindakan `campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal

dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri

ML = ∆ Modal kerja Pendapatan t

Rasio

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2012 yaitu 30 perusahaan.

Penentuan sampel perusahaan dilakukan dengan metode purposive sampling. Sampel penelitian pada penelitian ini yaitu 10 perusahaan. Dimana dalam penelitian ini, pemilihan anggota sampel penelitian didasarkan pada kriteria sebagai berikut:


(53)

a. Perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012.

b. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dan tidak mengalami kerugian untuk periode yang berakhir 31 Desember tahun 2009-2012.

c. Data-data mengenai variabel penelitian yang akan diteliti tersedia lengkap dalam laporan keuangan tahunan perusahaan yang diterbitkan pada tahun 2009-2012.

Tabel 3.2

Jumlah Sampel berdasarkan krieria Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah

1 Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009-2012

30

2 Sampel dikeluarkan karena Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang mengalami kerugian pada tahun yang diteliti

(4)

3 Sampel dikeluarkan tidak memiliki kelengkapan Tidak Mempublikasikan laporan keuangan yang diaudit secara lengkap untuk periode 31 Desember 2009-2012 dalam Bursa Efek Indonesia

(16)


(54)

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

No. Kode Nama Perusahaan

1 ADES Akashia Wira International Tbk 2 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 3 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk

4 STTP Siantar Top,Tbk

5 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.

6 GRRM Gudang Garam Tbk

7 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk.

8 KLBF Kalbe Farma Tbk

9 MRAT Mustika Ratu Tbk

10 UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber : Diolah Peneliti, 2013

3.3. Jenis dan sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dari laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur barang konsumsi tahun yang diaudit oleh Akuntan Publik 2009-2012 pada Bursa Efek Indonesia yang didapat di www.idx.co.id

3.4. Metode pengumpulan data .

Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh melalui metode dokumentasi. Metode dokumentasi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan laporan keuangan dan data lain yang diperlukan berdasarkan penjelasan sebelumnya. Data pendukung lainnya diperoleh dengan metode studi


(55)

pustaka dari jurnal-jurnal ilmiah serta literatur yang memuat pembahasan berkaitan dengan penelitian ini.

3.5. Metode analisis

Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan melakukan analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui dispersi dan distribusi data. Sedangkan uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi yang selanjutnya akan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

3.5.1 Analisis statistik deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu data yang dilihat melalui nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2009). Skewness mengukur kemencengan dari data dan kurtosis mengukur puncak dari distribusi data. Data yang terdistribusi secara normal mempunyai nilai skewness dan kurtosis mendekati nol (Ghozali, 2009).

3.5.2. Uji asumsi klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model regresi dalam penelitian ini. Uji asumsi terdiri dari uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas (Ghozali, 2009).

1. Uji multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau


(1)

Lampiran xxiv

Tabel Hasil Analisis regresi linear berganda

Tabel 4.7

Hasil analisis regresi linear berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .049 .124 .391 .698

Dewan_Direksi -.017 .006 -.649 -2.958 .006

Dewan_Komisaris .019 .009 .659 2.195 .035

Komite_Audit -.014 .048 -.074 -.294 .771

Kepemilikan_Mana jerial

-.004 .002 -.323 -2.070 .046

Leverage .086 .056 .230 1.530 .135

a. Dependent Variable: Manajemen_Laba

Lampiran xxv Uji Determinasi Tabel 4.8 Uji Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .550a .302 .200 .052569 1.901

a. Predictors: (Constant), Leverage, Kepemilikan_Manajerial, Komite_Audit, Dewan_Direksi, Dewan_Komisaris


(2)

Lampiran xxvi Uji F

Tabel 4.9 Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .041 5 .008 2.945 .026a

Residual .094 34 .003

Total .135 39

Lampiran xxvii Uji T

Tabel 4.10 Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .049 .124 .391 .698

Dewan_Direksi -.017 .006 -.649 -2.958 .006 Dewan_Komisaris .019 .009 .659 2.195 .035 Komite_Audit -.014 .048 -.074 -.294 .771 Kepemilikan_Manaj

erial

-.004 .002 -.323 -2.070 .046

Leverage .086 .056 .230 1.530 .135


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Barnhart, Scott W. Dan Stuart Rosenstein. (1998). Board composition, managerial ownership, and firm performance: An empirical analysis. The Financial Review. 33 (November).(4).1-16.

Boediono, Gideon SB. (2005). "Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme

Corporate dan Governance ; Dampak Manajemen Laba dengan

Menggunakan Analisis Jalur". Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Chen, Jian. (2001)."Ownership Structure as Corporate Governance Mechanism: Evidence from China listed Companies". Economics of Planning :2001;34,1-2.pp53.

Chtourou, SM., Jean Bedard, dan Lucie Courteau. 2001. "Corporate Governance and Earnings Management". Working Paper.

Cornett M.M, J Marcuss, Saunders dan Tehranian H. (2006). "Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance".

Darmawati, Deni. 2003. "Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu Studi Empiris". Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 5, No. 1, h. 47-68.

http://papers.ssrn.com/.

Dhalil, D. S., Salomon G. L., dan Smith, E. D. (1982). The Effect of Owner Versus Management Control on the Choice of Accounting Methods. Journal of Accounting and Economics

Eisenhardt, Kathleem. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review.

Academy of management Review, 14, hal 5 7- 74.

, Vol. 4. hal. 41-53.

Fischer, Marly dan Kenneth Rozenzweigg (1995). "Attitude of Student Practitioner Concerting the Etjical Acceptability of Earnings Management". Journal of Business Ethic

FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan

Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II, Edisi 2. 14; 433-444.

FCGI, Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan

Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan), 2000.

FCGI, 2001. "Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan". Edisi Ketiga, Jakarta.


(4)

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cet. IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Healy dan Wahlen, 1999. "Estimating Earnings Response Coefficients: Pooled versus Firm Specific Models". Journal of Accounting Ecconomics

Isgiarta Midiastuty dan Triatiarini. (2005). Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI. IAI, 2003.

21

(June) hal. 279-295

Is kander, M. & C haml ou, N.(2000).C orporat e Governance: A Framew or k For Implementation ". Washington D.C., USA: The World Bank.

Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. 1976. "Theory of The Firm: ManagerialBehavior, Agency Cost and Ownership Structure." Journal of FinancialEconomics,

Kieso E. Donald, dan Weygandt J Jerry. 2005. Akuntansi Intermediate. Jilid Satu, Edisi Ketujuh, Binarupa Aksara.

Vol. 3, h. 305-360.

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. "Pedoman Umum Good Corporate Governance." http://w-w-w.govemance-indonesia.or.id/main.htm.

Monks, D.A.,2003," Audit Committee Performance: An Investigation of the Consequences Associated with Audit Committee," Auditing:

Diakses tanggal 18 Agustus 2009.

A Journal of Practice & Theory

Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. "Pengaruh Corporate Governance

Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan". Simposium Nasional Akuntansi X, IAI, Makasar 2007.

, Vol. 15, No. 1, 88-103

Nuryaman. 2007. "Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba". Simposium Nasional Akuntansi XI.

Palestin, Shatila Halima. 2006. "Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik

Corporate Governance dan Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba

(Studi Empiric di PT. Bursa Efek Indonesia)".

Scott, R. William, 2000. Financial Accounting Theory, 2th edition, Prentice Hall Canada Inc, Ontario.


(5)

Schipper, Katherine. (1989). Comentary Katherine on Earnings Management. Accounting Horizon.

Shleifer, Andrei., dan Robert Vishny. 1997. "A Survey of Corporate Governance". The Journal of Finance

Solihin M, 2009. " Teori Corporate Governance" USAHAWAN No. 10 tahun XXXII Agustus, h. 19-24.

. June, Vol. 52 (2), pp. 737-783.

Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana. (2006). Penerapan good corporate governance:Menpesampingakan hak istimewa demi kelangsungan usaha.

Jakarta: Kencana.

Suryani, 2010, The Impact of Accounting Methods on The Association Between Unexpected Earnings and Abnormal Returns: The Case of Oil and Gas Industry, Desertasi Kent State Univesrsity.

Swandari, 2003. Manajemen Laba: Teori dan Model Impiris. Jakarta: PT. Grasindo.

Sylvia Veronica N.P. Siregar dan Siddharta Utama, 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance

Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium Nasional

Akuntansi VIII, IAI.

Tjager et.al (2003). "Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia." PT.Prenhallindo, Jakarta.

Watts, Ross L. dan Jerold L. Zimmerman. (1990). Postive accounting theory: A ten year perspective. The Accounting Review. 65 (January). (1). 131-156.

Wedari, Linda Kusumaning. 2004. "Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba."

Simposium Nasional Akuntansi, VII, IAI, Denpasar, Bali, 2007

Widyaningdyah A.U. (2001). "Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia". Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 3, No. 2, h. 89-101. Wibisono, Haris. 2004. "Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja

Di Seputar SEO". Tesis S2 Tidak dipublikasikan

Mardhatilla,Rahmi.2011. "Pengaruh Penerapan Corporate Governance

terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Barang

, Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro.


(6)

Indriani,Yohana,2010. "Pengaruh Kualitas Auditor, Corporate Governance

Leverage dan Kinerja Keuangan" (Studi pada Perusahaan Perbankan

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2008) ,Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro,Semarang


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 92 161

Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 29 101

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 67 73

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA Pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 15

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 14

PENDAHULUAN PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

Pengaruh Corporate Governance dan Leverage Ratio terhadap manajemen laba pada perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Analisis Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 42

Analisis Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12