dan harganya mahal biasanya karena cuaca ataupun gagal panen.
“
Hambatannya apa sih bu kalau bekerja? Repotnya tu mas
kalau barang dagangan pasar tu datengnya sedikit, mahal nah itu bingung mau kulak takut ga laku tapi lak ga kulak ya ga bisa
jualan. Bagaimana perasaan ibu dengan pekerjaan yang ibu tekuni?
Kadang tu saya ngerasa sedih, lha keinginane banyak,
tapi tetep ga bisa. Yang sabar bu, bisa saya lanjutkan ya bu, kalau dampak negatif dari ibu bekerja apa bu?
Saya sebenere udah capek kayake udah kerja dari subuh tapi kok hasil e pas-
pasan terus. Subjek 2, 57-58 67-68 71-72
3. Kasus Subjek 3 a. Identitas subjek 3
Nama : AS
Alamat : Jalan Madegondo 2, Grogol, Solobaru
Usia : 48 tahun
Pekerjaan : Guru
Lama bekerja : 22 tahun
Nama suami : HB
Pekerjaan suami : Guru Nama anak
: Siska 16 tahun Monica 14 tahun
b. Hasil observasi
Subjek mempunyai rumah yang terlihat mewah. Hal tersebut terlihat dari halaman luas yang ada di sekitar rumah dan
berlantai dua. Di teras rumah tampak ada satu mobil, dua sepeda motor dan dua sepeda. Ketika masuk ke dalam rumah, tampak anak
subjek yang sedang bermain handphone. Di ruang tamu, tampak ada beberapa koran dan majalah yang tertata dengan rapi.
Suami subjek menerima peneliti dengan muka penuh senyuman. Suami subjek mengajak peneliti untuk berbincang-
bincang sambil menunggu subjek pulang dari kerja. Ketika subjek sampai rumah, peneliti langsung memberikan salam kepada subjek.
Subjek menggunakan baju dinas sekolahnya ketika wawancara akan berlangsung.
Sebelum wawancara berlangsung subjek menyuruh anak- anaknya untuk memberikan salam kepada peneliti. Ketika
wawancara berlangsung subjek tampak santai menjawab pertanyaan dari peneliti. Subjek menjawab pertanyaan dengan panjang bahkan
subjek sering bercerita mengenai pengalaman-pengalamannya pada
masa lalu. c. Hasil wawancara
Pengambilan data dilakukan dua kali yaitu Senin 14 September 2015 dan Rabu 11 November 2015. Kedua wawancara tersebut
dilakukan di rumah subjek Jalan Madegondo 2, Grogol, Solobaru. Hasil wawancara subjek 3 sebagai berikut:
1 Latar belakang subjek
Subjek merupakan lulusan Sarjana Pendidikan yang mendalami bidang matematika. Subjek merupakan lulusan dari
Universitas Gadjah Mada. Subjek menjadi guru SMA karena terinspirasi dari guru SMP nya yang selalu membantunya belajar.
Selain itu, subjek mengatakan bahwa guru SMP nya bisa membuat murid-muridnya belajar dengan santai. Dari situ subjek
berkeinginan untuk menjadi seorang guru. Namun orangtua subjek sempat menganjurkan subjek untuk tidak kuliah di bidang
keguruan. Hal tersebut dikarenakan gaji guru yang sedikit. Tetapi subjek meyakinkan orangtuanya agar dapat mendukungnya untuk
kuliah di bidang keguruan. Akhirnya orangtua subjek mendukung karir yang akan ditempuh anaknya.
Subjek lahir di Solo, 13 Pebruari 1968. Subjek merupakan anak dari dua bersaudara. Adik subjek merupakan seorang dokter.
Subjek mengatakan bahwa orangtuanya mempunyai keinginan agar anak-anaknya dapat menjadi dokter semua. Hal tersebut
dikarenakan ayah subjek merupakan seorang dokter. Suami subjek juga berprofesi sebagai guru. Subjek mengatakan bahwa
sudah pacaran semenjak kuliah hingga saat ini menjadi suami istri. Suami subjek merupakan guru fisika. Keduanya telah
berkomitmen bahwa tidak akan mengajar pada sekolah yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sama. Hal tersebut dikarenakan akan mengganggu subjek maupun suaminya dalam bekerja.
Dari kuliah, subjek dan suaminya sudah dapat mencari uang sendiri dengan cara membuka les privat. Bagi subjek bisa
mengajar anak cara belajar yang menyenangkan merupakan suatu hal yang menyenangkan. Subjek mencontohkan bahwa terkadang
anak-anak mengeluh bahwa matematika itu susah namun kalau kita paham asal mula angka itu didapat maka matematika itu
sebenarnya mudah.
2 Motif Subjek Bekerja dan Aktualisasi Diri pada Subjek
Subjek bekerja sebagai guru matematika di SMA Kristen Kalam Kudus, Solobaru. Subjek merupakan lulusan Universitas
Gadjah Mada. Subjek sudah mengajar matematika semenjak kuliah hingga sekarang menjadi guru matematika di sekolah.
Subjek mengatakan bahwa ia tidak suka melihat anak belajar terlalu serius. Oleh sebab itu, subjek ingin mengajar anak dengan
santai namun materinya tetap masuk. Subjek menjadi guru matematika karena semenjak SD subjek suka berhitung dan
subjek terinspirasi dari guru SMP nya yang santai dalam mengajar.
Subjek mempunyai penghasilan sekitar 5 juta dari gaji sekolah dan les. Bagi subjek, wanita karir yang ideal adalah
wanita yang bisa menjadi diri sendiri dan dapat bekerja sesuai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan kemampuan yang dimiliki. Subjek merasa sudah menjadi wanita karir yang ideal karena menjadi guru matematika
merupakan cita-cita subjek dari kecil. Subjek merasa sudah dapat mengembangkan kemampuannya secara maksimal karena subjek
menikmati pekerjaan sebagai guru matematika. Sebagai ibu rumah tangga, subjek membantu anak belajar dan memasak
namun tetap memakai jasa pembantu untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Subjek belum dapat mengatur dengan baik
dalam menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir. Subjek mengatakan bahwa terkadang ada rapat di sekolah
sehingga pulang rumah menjadi terlambat. Hal ini menyebabkan anak subjek sering mengeluh karena anak subjek selalu bertanya
pada mamahnya ketika ada pr. Suami selalu mendukung subjek dalam bekerja. Suami
bahkan dapat mengerti kesibukan subjek menjadi seorang guru. Selain itu, anak juga mendukung ibunya menjadi seorang guru.
Namun subjek berpendapat bahwa ia harus dapat mengatur waktu dengan lebih baik. Oleh sebab itu, cara mengatasinya adalah
dengan cara memberi pengarahan pada anak bahwa anak harus dapat memaklumi bahwa itu merupakan tuntutan pekerjaan.
Manfaat yang diperoleh dari subjek bekerja adalah kesenangan dalam mengajar murid-murid sekolah terlebih bagi murid-murid
yang mempunyai niat belajar. Subjek merasa sudah cukup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjadi guru matematika saja dan tidak berminat untuk mencari jabatan yang lebih tinggi seperti kepala sekolah.
Hambatan yang diperoleh subjek adalah tuntutan pekerjaan yang semakin besar, contohnya ketika ada aturan yang
mengharuskan guru mempunyai gelar S2. Tetapi subjek lebih memilih mengurus keluarga daripada harus kuliah S2 di Jogja.
Subjek mempunyai hubungan yang baik dengan rekan kerja walaupun biasanya muncul konflik beda pendapat. Hal tersebut
dapat diatasi dengan cara mengalah satu sama lain. Subjek pernah mengalami masalah keluarga yang terbawa ke pekerjaan. Masalah
tersebut adalah ketika anak subjek sakit namun subjek mempunyai tugas untuk menjaga ujian. Subjek memilih untuk
tetap menjaga ujian karena anaknya merasa sudah sembuh. Subjek merasa belum menjadi ibu rumah tangga yang ideal
karena subjek belum dapat memberikan waktu untuk keluarga. Subjek pernah ditegur suami karena banyak waktu yang tersita
untuk les. Subjek merasa termotivasi dengan mengajar anak-anak SMA. Subjek belum menentukan sampai kapan subjek akan
bekerja. Subjek berharap pekerjaan dan anak-anaknya sukses semua.
3 Analisis
a Latar Belakang Subjek Bekerja
Subjek bekerja sebagai guru matematika semenjak usia 20 tahun pada saat subjek masih kuliah. Subjek menjadi guru
matematika karena suka berhitung dan terinspirasi dari guru SMP nya yang santai dalam mengajar. Dari situ subjek merasa
mengajar matematika merupakan sebuah kesenangan. Subjek merasa belajar matematika tidak perlu terlalu serius. Subjek
lebih suka mengajar secara santai namun materi yang disampaikan tetap masuk ke murid-muridnya.
“Apa yang melatarbelakangi tante bekerja? Tante tu dasarnya
suka ngajar anak, terus kalau lihat anak belajar serius-serius tu kadang tante ngerasa ga seneng aja, tante tu pengennya anak-anak
belajar santai tapi materi yang dipelajari tetep masuk”
Subjek 3,11-12
bPandangan Subjek tentang Wanita Karir yang Ideal dan Persepsi Subjek Terhadap Dirinya
Subjek beranggapan bahwa wanita karir yang ideal adalah orang yang telah berkerja sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Subjek sendiri merasa telah menjadi wanita karir yang ideal karena subjek merasa senang dengan pekerjaan yang ia
jalankan. Subjek merasa menjadi guru matematika merupakan keinginan subjek sejak kecil.
“Menurut tante, wanita karir yang ideal itu seperti apa tante?
Ehm... idealnya ya wanitanya itu bisa jadi diri sendiri atau
enggak...Maksudnya tante? Orang bekerja kan harus sesuai
kemampuan yang dipunya jadi kalau orang bekerja tapi ga sesuai
yang diinginkan sama aja bohong. O gitu ya tante, kalau menurut tante, apakah tante sudah menjadi wanita karir yang ideal?
Tante ngerasanya sudah ya, Kenapa tante? Jadi guru matematika
kan udah jadi keinginan tante sejak kecil jadi tante ngerasa senang dengan pekerjaan tante sekarang”
Subjek 3, 19-26
cPandangan Subjek tentang Ibu Rumah Tangga yang Ideal dan Persepsi Subjek Terhadap Dirinya
Subjek beranggapan bahwa ibu rumah tangga yang ideal adalah ibu yang bisa memberikan waktu untuk keluarga. Subjek
sendiri merasa belum menjadi ibu rumah tangga yang ideal karena tidak bisa memberikan waktu lebih untuk anak bahkan
subjek pernah ditegur suami karena jadwal les yang padat.
“Apa tante merasa sudah menjadi ibu rumah tangga yang ideal?
Tante ngerasa belum ideal Kenapa tante? Tante ngerasa
belum kasih waktu anak, suami pernah negur tante kalau bisa les- lesannya dikurangi jadi biar ada waktu buat anak”.
Subjek 3, 63-66
d Manfaat yang Diperoleh Subjek Ketika Bekerja
Subjek mendapatkan kesenangan dalam mengajar anak- anak didiknya. Subjek merasa senang karena dapat menikmati
pekerjaan sebagai guru matematika. ”
Apa manfaat yang tante peroleh dari bekerja? Tante dapat
kesenangan mengajar anak-anak apalagi kalau anaknya bener-
bener punya niat belajar Bagaimana perasaan tante sudah bekerja selama ini?
Tante menikmati pekerjaan tante, tante senang-senang aja.
Subjek 3, 45-46 71-72
e Aktualisasi Diri Pada Subjek .
Semenjak kuliah subjek sudah dapat mengaktualisasikan diri dengan mencari uang dengan cara membuka les privat.
Subjek dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk mengajar matematika pada anak-anak didiknya. Selain itu,
subjek lebih memilih mengurus rumah tangga daripada harus melanjutkan kuliah S2 di Jogja. Selain menjadi guru matematika
di sekolah, subjek juga membuka les-lesan di rumahnya. “
Dari awal bekerja tante? Dulu waktu tante kuliah kan udah
kerja, cari uang, ngelesi orang jadi ya dari umur 20 sampai
sekarang. Lalu apakah tante sekolah lagi? Tante pengennya ya
sekolah lagi, tante rasa ga mungkin soalnya kalau S2 harus kuliah di Jogja. Takutnya keluarga jadi nggak keurus mending tante
ngelesi di rumah” Subjek 3, 9-10 51-52
fHubungan dan Dukungan Keluarga Terhadap Subjek
Suami mendukung subjek untuk bekerja sebagai guru matematika. Hal tersebut dikarenakan suami subjek juga
merupakan seorang guru jadi sudah dapat mengerti kesibukan satu sama lain. Anak subjek mendukung subjek bekerja namun
subjek menyadari bahwa kurang pandai mengatur waktu untuk anak-anaknya.
“
Apakah suami tante mendukung tante dalam bekerja? Suami sih
mendukung aja kan sama-sama ngerti kesibukan jadi guru itu
seperti apa, udah diomongin juga jadi ga masalah Kalau sikap anak tante gimana dengan tante bekerja sekarang ini?
Anak tante sih sebenarnya dukung-dukung aja mungkin tante aja yang
harus pinter ngatur waktu” Subjek 3, 37-40
g Hambatan yang Dialami Selama Menjalankan Peran Ganda
Subjek mempunyai hambatan karena tuntutan pekerjaan yang semakin banyak terutama saat ada aturan dari sekolah yang
mengharuskan guru mempunyai gelar S2. Subjek lebih memilih mengurus rumah tangga dan membuka les privat daripada
melanjutkan kuliah S2. “
Hambatan apa yang tante peroleh saat bekerja? Hambatannya
mungkin tuntutan pekerjaan yang semakin banyak, sekarang guru
minimal harus S2 jadi mau nggak mau harus sekolah lagi.Lalu apakah tante sekolah lagi?
Tante pengennya ya sekolah lagi,
tante rasa ga mungkin soalnya kalau S2 harus kuliah di Jogja. Takutnya keluarga jadi nggak keurus mending tante ngelesi di
rumah” Subjek 3, 49-52
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis seluruh subjek, didapatkan hasil dari ketiga subjek yang kemudian dikaitkan dengan landasan teori. Adapun
pembahasan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1 Latar Belakang Subjek Bekerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh subjek mendapatkan pengalaman bekerja dengan latar belakang yang
berbeda. Subjek pertama dan ketiga bekerja karena adanya keinginan untuk membina karir sedangkan subjek kedua membina
karir karena keharusan ekonomi. Pilihan wanita untuk bekerja menurut Aryatmi dalam Kartono, 1985, dalam Lilyant dkk, 2011
dilandansi oleh motif kerja sebagai berikut:a keharusan ekonomi, b keinginan untuk membina karir dan c kesadaran bahwa
pembangunan memerlukan tenaga kerja, baik pria maupun wanita. Hal ini membuat semua subjek bekerja dengan motifnya yang
berbeda. Pada subjek kedua terlihat bahwa pendidikan membuat subjek kesulitan dalam membina karir yang ia lakukan. Hal ini
berbeda dengan subjek pertama dan ketiga yang mempunyai pendidikan lebih tinggi sehingga karir dapat mudah dicapai.