Responden 3 ANALISIS DATA PENELITIAN

61

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat gambaran keterlibatan ayah yang beragam dari setiap responden. Keterlibatan ayah dapat dilihat dari tiga aspek yakni peran ayah, frekuensi kehadiran ayah, dan relasi dengan ayah. Aspek lain yang muncul yaitu relasi ayah dengan ibu dan lingkungan pertemanan. Secara umum, remaja perempuan perokok memandang ayah mereka memiliki keterlibatan yang rendah dalam pengasuhan. Hal tersebut digambarkan melalui tema-tema yang muncul dalam wawancara yakni peran ayah yang minim, frekuensi kehadiran ayah yang rendah, dan relasi dengan ayah yang dipandang tidak akrab. Aspek-aspek lain juga muncul sebagai faktor pendukung yakni lingkungan teman dan relasi antara ayah dan ibu. Dari ketiga aspek keterlibatan ayah, responden dalam penelitian ini cenderung menilai keterlibatan ayah dari frekuensi kehadiran. Kemudian frekuensi tersebut mempengaruhi relasi responden dengan ayah. Di samping itu, pandangan responden mengenai peran ayah juga ikut mempengaruhi relasi responden dengan ayah. Upaya untuk menjalankan peran ayah yang paling banyak muncul dan menetap dari ketiga responden adalah sebagai pendukung kebutuhan finansial keluarga, dimana ayah lah yang memastikan kebutuhan keluarga terpenuhi termasuk kebutuhan responden. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hidayati, dkk 2011 yang menyatakan tugas ayah di dalam keluarga adalah sebagai pencari nafkah, sementara ibu mendidik anak. Ayah berperan sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 economic provider untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan melakukan aktivitas mencari nafkah, bahkan juga kerja sampingan di hari libur kerja. Terdapat peran lain yang dilakukan oleh ayah pada responden pertama dan ketiga diantaranya ayah sebagai figur yang mengajarkan untuk menghadapi dunia sosial bagi responden pertama dan ayah sebagai figur yang mengajarkan untuk menghadapi perasaan takut bagi responden ketiga. Namun, hal tersebut tidaklah bersifat menetap, tetapi hanya dialami di masa perkembangan tertentu saja yakni ketika masa kanak-kanak. Peran ayah yang hanya dominan pada tugas mencari nafkah membawa dampak tersendiri bagi para responden khususnya responden pertama dan kedua. Mereka merasa tidak memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama. Hasil tersebut didukung oleh pernyataan Mason dan Kuhlthau dalam Eshleman, 2003: 350, ketika ayah hanya berperan dalam economic provider saja, maka keluarga khususnya anak akan kehilangan sosok ayah atau Fatherless Generation. Peran ayah yang fokus dalam mencari nafkah dan menghabiskan banyak waktu diluar rumah membuat interaksi dengan anak menjadi berkurang. Kesibukan ayah dalam bekerja membuat responden pertama dan kedua memandang bahwa ayah jarang hadir bagi mereka untuk berdiskusi dan hanya membantu dalam hal-hal tertentu saja yang dianggap penting. Selain itu, sikap ayah yang tertutup atau cenderung cuek juga semakin mendukung pandangan mereka bahwa ayah jarang hadir sebagai figur yang membantu bahkan memahami diri mereka. Pandangan responden pertama dan 63 kedua sesuai dengan pernyataan Mason dan Kuhlthau dalam Eshleman, 2003: 350 yang menyatakan bahwa ayah seringkali dianggap tidak penting dalam proses pengasuhan karena ayah cenderung terlalu sibuk, dan acuh tak acuh. Frekuensi kehadiran ayah yang tergolong minim pada responden pertama dan kedua membuat mereka memiliki sikap tertentu terhadap ayah antara lain menjadi tertutup dan cenderung tidak patuh kepada ayah. Pada responden pertama, sikapnya yang tertutup muncul karena adanya ketakutan akan penolakan dari ayah, sedangkan responden kedua merasa tidak penting untuk terbuka pada ayahnya yang tidak peduli. Berbeda dengan repsonden ketiga, dimana ia menjadi tertutup kepada ayahnya karena sikap ayah yang sangat otoriter dan mengekang. Sikap tertutup ketiga responden ini sesuai dengan pernyataan yang mengungkapkan bahwa hubungan yang negatif dengan orangtua membuat anak-anak muda kurang mampu berbagi pendapat akan isu-isu sosial yang sedang dialami dan lebih menghargai persetujuan Offer, Ostrov Howard, 1989 dalam Papalia. Dalam memandang relasi antara ayah dan ibu, responden pertama dan kedua menilai bahwa relasi ayah dan ibu cenderung tertutup satu sama lain. Responden pertama memandang bahwa ia tidak pernah melihat orangtuanya bermasalah karena kedua orangtuanya terlihat tertutup satu sama lain sedangkan orangtua responden kedua dan ketiga sering bertengkar jika sedang bersama atau sedang menghadapi masalah. Relasi orangtua yang tertutup membawa dampak tersendiri bagi responden pertama, dimana ia 64 merasa bahwa tidak lagi menemukan kedamaian di rumah, dan memandang bahwa rumah tidak lagi menjadi tempat baginya untuk bercerita. Sejak SMP, ketiga responden telah berada dalam pergaulan dengan teman-teman yang perokok dan peminum alkohol. Hal tersebut membuat mereka merasa bahwa pemandangan itu sudah biasa bagi mereka. Relasi yang tertutup dan tidak dekat dengan ayah pada saat itu, membuat responden memandang bahwa lingkungan memiliki peran yang cukup besar bagi mereka khususnya dalam hal pergaulan. Secara khusus, pada responden pertama memandang ayahnya sebagai figur yang kurang berperan sebagai pengontrol di keluarga dan hanya sekedar menegur saja jika responden melakukan kesalahan. Hasil tersebut bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa ayah memiliki peran sebagai pelindung dari resiko atau bahaya dan memiliki peran untuk memantau serta menegakkan aturan disiplin yang tidak selalu dapat dipenuhi oleh ibu Hart, 2002. Ketiga responden mulai menjadi perokok aktif ketika mereka melihat teman-teman mereka yang lain merokok. Hal tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan ayah mereka pada saat itu. Jarak yang jauh dari ayah sebagai figur otorita dan relasi yang kurang dekat juga semakin memungkinkan mereka untuk tetap merokok aktif. Hasil tersebut didukung dengan teori mengenai remaja perokok yang mengatakan bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang cenderung tidak memperhatikan anak- anaknya, memiliki kontrol yang kurang lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding mereka yang dibanding mereka yang berasal dari lingkungan 65 rumah tangga yang harmonis Baer Corado dalam Atkinson, Pengantar Psikologi, 1999:292. Secara khusus terhadap peran ayah, Hart 2002 mengemukakan pentingnya peran ayah terhadap pergaulan remaja dimana semakin besar perhatian ayah dalam pengasuh pada anak, semakin mungkin ayah mengetahui lebih banyak tentang teman-teman anak sehingga semakin besar pula dampaknya terhadap kehidupan remaja dalam menjaga pergaulan agar tidak melakukan perilaku yang berisiko seperti merokok. Meski sang ibu juga memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang sama, namun ketika sang ayah yang memberi nasihat akan berdampak dua kali lipat. 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari ketiga responden, keterlibatan ayah dalam pengasuhan bagi responden dinilai cukup rendah. Hal ini didominasi dengan pandangan mengenai frekuensi kehadiran dan upaya ayah untuk menjalankan peran yang minim. Relasi dengan ayah yang tidak dekat, hangat maupun intim cenderung disebabkan dari peran dan frekuensi bertemu yang kurang. Beberapa hal yang menyebabkan minimnya frekuensi bertemu dan peran ayah adalah pekerjaan ayah yang terlalu sibuk, sikap atau karakter ayah yang tertutup dan cuek. Bahkan ayah juga cenderung dipandang sebagai figur yang tidak dapat memahami diri anak serta kurang mampu menjadi figur yang mengontrol sebagai kepala keluarga. Ketiga responden mulai merokok secara aktif karena lingkungan pertemanan mereka mendukung perilaku tersebut. Sejak SMP, mereka telah bergaul dengan teman-teman yang merokok bahkan minum minuman alkohol. Pandangan mengenai keterlibatan ayah yang kurang membuat ketiga responden menilai bahwa lingkungan memiliki peran lebih besar untuk melakukan perilaku merokok. Hal tersebut karena tidak terdapat kontrol yang tepat sehingga mereka cenderung lebih bebas