dkk., 2012 menunjukan bahwa tidak adanya perbedaan yang bermakna pada kelompok RLPP responden wanita dengan kelompok kadar glukosa darah puasa
7,0 mmolL dan ≥7,0 mmolL dengan nilai signifikansi p 0,343. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memperoleh hasil yang sama dengan penelitian
Dudekula, dkk., 2012, kemungkinan dikarenakan usia responden yang digunakan tidak jauh berbeda. Usia responden sangat berpengaruh pada hasil yang
didapatkan hal ini terkait fisiologis dan patologis dari responden penelitian.
F. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul
pada Responden Pria dan Wanita terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa
Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar glukosa darah puasa menggunakan uji korelasi Spearman karena data
terdistribusi tidak normal. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang dan RLPP dengan kadar glukosa darah puasa. Menurut Dahlan
2012, apabila terdapat data yang terdistribusi tidak normal maka uji korelasi dilakukan dengan analisis korelasi Spearman.
Tabel IX. Korelasi Lingkar Pinggang cm dan RLPP terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Pria
Variabel r
p
Lingkar pinggang cm -0,186
0,256 RLPP
-0,071 0,665
Keterangan : terdapat korelasi yang tidak bermakna p 0,05
Hasil uji korelasi lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah puasa pada responden pria memperoleh nilai signifikansi p 0,256. Hasil nilai
signifikansi ini menunjukkan tidak terdapat korelasi yang bermakna anatara lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah puasa p0,05. Hasil uji korelasi
Spearman pada responden pria menunjukkan korelasi negatif, nilai koefisien
korelasi r yang diperoleh adalah -0,186 yang menunjukkan kekuatan korelasi yang sangat lemah Dahlan, 2012. Arah korelasi ditunjukan dengan nilai negatif
yang berarti korelasi antara kedua variabel tidak searah, dimana semakin besar lingkar pinggang maka kadar glukosa darah puasa semakin kecil Dahlan, 2012.
Gambar 5. Diagram Sebaran Korelasi Lingkar Pinggang cm terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa mgdL pada Responden Pria
Hasil ini berbeda dengan penelitian Shah, dkk., 2009 pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di Karve District, Nepal menunjukkan adanya korelasi
positif bermakna p0,001 antara lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah
puasa dengan nilai koefisien korelasi 0,203 yang menyatakan kekuatan korelasi yang lemah. Penelitian Kamath, dkk., 2011 pada penderita diabetes melitus tipe
2 di India menunjukkan terdapat korelasi yang bermakna anatara lingkar pinggang dan kadar glukosa darah puasa pada responden pria p0,001 dengan kekuatan
korelasi yang lemah r=0,224. Uji Korelasi RLPP terhadap kadar glukosa darah puasa pada responden
pria diperoleh nilai p = 0,665 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang tidak bermakna antara RLPP dengan kadar glukosa darah puasa p0,05 dengan
nilai r = -0,071 yang menunjukkan kekuatan korelasi yang sangat lemah Dahlan, 2012. Arah korelasi ditunjukan dengan nilai negatif yang berarti korelasi antara
kedua variabel tidak searah, dimana semakin besar RLPP maka kadar glukosa darah puasa semakin kecil Dahlan, 2012.
Gambar 6. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa mgdL pada Responden Pria
Hasil penelitian Kamath, dkk., 2007 pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di India menunjukkan adanya korelasi yang bermakna antara RLPP dan
kadar glukosa darah puasa pada responden pria p0,001 dengan kekuatan korelasi sangat lemah r = 0,137. Penelitian Al-khazrajy, Anwar, Raheem, dan
Hanoon 2010 pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di Baghdad , uji korelasi hubungan RLPP dengan kadar glukosa darah puasa pada responden pria
menunjukkan korelasi yang tidak bermakna p0,05 dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah r = 0,168.
Jumlah lemak pada tubuh akan meningkat secara absolut maupun presentase total berat badan sebagai proses penuaan. Peningkatan jaringan lemak
akan membawa dampak pada akumulasi asam lemak bebas di dalam tubuh Lipoeto, dkk., 2007. Individu dengan ukuran lingkar pinggang dan RLPP besar
tetapi kadar glukosa darahnya rendah dimungkinkan karena individu tersebut rutin mengkonsumsi obat penurun glukosa darah gula darah terkontrol namun lemak
di tubuhnya masih terakumulasi karena faktor usia. Lemak tubuh secara signifikan akan meningkat setelah usia 30 tahun dan jaringan lemak tentunya akan semakin
meningkat Lipoeto, dkk., 2007. Hasil penelitian berbeda dengan teori yang ada. Hal ini dapat disebabkan
karena pengaruh dari riwayat pengobatan dan obat-obatan yang sedang digunakan oleh responden. Pada penelitian ini tidak dilakukan wawancara mendalam
mengenai obat-obatan yang dikonsumsi oleh responden. Obat-obatan yang pernah dan sedang dikonsumsi oleh responden sangat berpengaruh terhadap hasil yang
didapatkan. Pada penyandang diabetes melitus tipe 2 dengan obesitas yang telah
mengkonsumsi obat penurun kadar glukosa darah dapat menunjukkan hasil uji laboratorium dengan kadar glukosa darah puasa dalam batas normal, sedangkan
lingkar pinggang termasuk dalam kategori obesitas. Hal ini dapat menyebabkan kadar glukosa darah puasa responden pada penelitian ini mendekati dan berada
dalam kriteria normal. Responden juga berpuasa lebih dari 10 jam, hal ini disebabkan karena lamanya waktu menunggu sebelum dilakukannya pengambilan
darah. Menurut Firmansyah 2013, penyandang diabetes yang berpuasa lebih dari 10 jam dapat mengalami hiperglikemia. Hal ini disebabkan karena produksi
glukosa yang meningkat oleh hati. Pada kondisi puasa sekresi insulin akan berkurang dan glukagon akan meningkat. Kondisi ini akan menyebabkan
glikogenolisis dan glukoneogenesis. Selama puasa berlangsung, simpanan glikogen akan berkurang dan rendahnya kadar insulin plasma memicu pelepasan
asam lemak dari sel adiposit. Oksidasi asam lemak ini menghasilkan keton sebagai bahan bakar metabolisme oleh otot rangka, otot jantung, hati, ginjal dan
jaringan adipose. Hal ini menurunkan penggunaan glukosa sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat.
Tabel X. Korelasi Lingkar Pinggang cm dan RLPP terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden wanita
variabel r
p
Ligkar pinggang cm 0,084
0,526 RLPP
0,096 0,460
Keterangan : terdapat korelasi yang tidak bermakna p 0,05
Hasil uji korelasi lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah puasa pada responden wanita diperoleh nilai p = 0,526 yang menunjukkan tidak terdapat
korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang dan kadar glukosa darah puasa p0,05. Hasil uji korelasi Spearman pada responden wanita menunjukkan
korelasi positif, nilai koefisien korelasi r yang diperoleh adalah 0,084 yang menunjukkan kekuatan korelasi yang sangat lemah Dahlan, 2012. Arah korelasi
ditunjukan dengan nilai positif yang berarti korelasi antara kedua variabel searah, dimana semakin besar lingkar pinggang maka kadar glukosa darah puasa semakin
besar Dahlan, 2012. Penelitian ini didukung oleh penelitian Shah, dkk., 2009 pada
penyandang diabetes melitus tipe 2 di Karve District, India yang menyatakan adanya korelasi yang tidak bermakna antara lingkar pinggang dan kadar glukosa
darah puasa dengan p 0,05 dengan nilai koefisien korelasi r 0,046. Penelitian Chehrei, Sadrnia, Keshteli, Daneshmand, dan Rezaei 2007 pada responden
wanita dengan rerata usia 40,41 ± 15,44 tahun menunjukkan adanya korelasi yang tidak bermakna p0,05 antara lingkar pinggang dan kadar glukosa darah puasa
dengan nilai koefisien korelasi r 0,057. Berbeda dengan penelitian Hardiman, dkk., 2008 menunjukkan adanya korelasi yang bermakna p = 0,026 dengan
kekuatan korelasi yang sangat lemah r = 0,172.
Gambar 7. Diagram Sebaran Korelasi Lingkar Pinggang cm terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa mgdL pada Responden Wanita
Uji Korelasi RLPP terhadap kadar glukosa darah puasa pada responden wanita diperoleh nilai p = 0,460 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang
tidak bermakna antara RLPP dengan kadar glukosa darah puasa p0,05 dengan nilai r = 0,096 yang menunjukkan kekuatan korelasi yang sangat lemah Dahlan,
2012. Arah korelasi ditunjukan dengan nilai positif yang berarti korelasi antara kedua variabel searah, dimana semakin besar RLPP maka kadar glukosa darah
puasa semakin besar Dahlan, 2012. Penelitian Kamath, dkk., 2011 menyatakan terdapat korelasi lemah
yang tidak bermakna pada responden wanita dengan diabetes melitus tipe 2 di India dengan nilai r = 0,267 dan nilai p 0,05. Pada penelitian Gupta, dkk., 2007
menyatakan bahwa antara RLPP wanita dengan kadar glukosa darah puasa terdapat korelasi yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi yang sangat
lemah r = 0,09 ; p0,05.
Gambar 8. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa mgdL pada Responden Wanita
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian tersebut antara lain jumlah sampel yang masih sedikit meskipun sudah memenuhi syarat jumlah
responden untuk penelitian korelasi sehingga hasil yang diperoleh kurang menggambarkan keadaan yang sebenarnya,karena semakin banyak jumlah sampel
maka semakin dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti melakukan wawancara yang kurang mendalam terkait obat yang dikonsumsi,
kebiasaan, serta aktivitas yang dilakukan oleh responden. Pada desain penelitian ini potong lintang, responden penelitian hanya diobservasi satu kali saja
sehingga faktor risiko serta efek hanya diukur saat di observasi saja. Hal ini menyebabkan peneliti tidak dapat mengamati perkembangan penyakit responden,
pola penggunaan obat, serta life style. Informasi tersebut hanya didapat dari hasil wawancara singkat yang dilakukan oleh peneliti. Kelemahan dalam penelitian ini
yaitu hasil wawancara tidak disesuaikan dengan medical record responden terkait obat-obatan yang dikonsumsi oleh responden.
Pengukuran RLPP lebih sulit untuk dilakukan dan kurang reliabel dibandingkan dengan pengukuran lingkar pinggang. Hal ini disebabkan karena
pengukuran RLPP menggunakan dua variabel pengukuran yaitu pengukuran lingkar pinggang dan pengukuran lingkar panggul. Kedua variabel pengukuran
tersebut berpotensi memiliki kesalahan pada saat pengukuran. Pengukuran RLPP yang melibatkan dua variabel pengukuran dapat mengakibatkan measurement
error Wang dan Hoy, 2004. Measurement error dapat dihindari dengan
melakukan validasi metode, salah satunya dengan pengukuran nilai CV coefficient of variation.
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN