Lampiran 6. Hasil ANAVA dan Post Hoc Test
Descriptives
Ln+1 Larva Mati 24Jam
N Mean
Std. Deviation
Std. Error 95 Confidence
Interval for Mean Minim
um Maxim
um Lower
Bound Upper
Bound EECR 0,8
5 3.0152
.02672 .01195
2.9821 3.0484
3.00 3.04
EECR 1,6 5
3.3101 .03307
.01479 3.2691
3.3512 3.26
3.33
EECR 3,2 5
3.3738 .02879
.01288 3.3381
3.4096 3.33
3.40
EECR 6,4 5
3.4274 .01466
.00656 3.4092
3.4456 3.40
3.43
Kontrol 5
.0000 .00000
.00000 .0000
.0000 .00
.00
Pembanding 5
3.3241 .04731
.02116 3.2654
3.3829 3.26
3.37
Total 30
2.7418 1.25451
.22904 2.2734
3.2102 .00
3.43
Test of Homogeneity of Variances
Ln+1 Larva Mati 24Jam Levene Statistic
df1 df2
Sig.
5.135 5
24 .002
ANOVA
Ln+1 Larva Mati 24Jam Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups 45.620
5 9.124
10755.593 .000
Within Groups .020
24 .001
Total 45.640
29
Post Hoc Test
Homogeneus Subsets
Ln+1 Larva Mati 24Jam
Tukey HSD
a
Kelompok Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4 5
dimension1
Kontrol 5
.0000 EECR 0,8
5 3.0152
EECR 1,6 5
3.3101 Pembanding
5 3.3241
3.3241 EECR 3,2
5 3.3738
3.3738 EECR 6,4
5 3.4274
Sig. 1.000
1.000 .971
.113 .074
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Lampiran 7
Probit Analysis
Data Information
N of Cases Valid
30 Rejected
Missing Number of Responses
Number of Subjects Control Group
5
Convergence Information
Number of Iterations
Optimal Solution Found
PROBIT 10
Yes
Parameter Estimates
Parameter Estimate Std. Error
Z Sig.
95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
PROBIT
a
Dosis EECR .546
.050 10.965
.000 .448
.644 Intercept
-.060 .064
-.935 .350
-.124 .004
a. PROBIT model: PROBITp = Intercept + BX
Chi-Square Tests
Chi-Square df
a
Sig. PROBIT
Pearson Goodness-of-Fit Test
362.114 28
.000
b
a. Statistics based on individual cases differ from statistics based on aggregated cases.
b. Since the significance level is less than .150, a heterogeneity factor is used in the calculation of confidence limits.
Lampiran 8. Gambar Penelitian
Gambar 1. EECR dalam Berbagai Dosis
Gambar 2. Kontrol dan Pembanding
Lampiran 9. Gambar Cabai Rawit
Gambar 3. Cabai Rawit Berbagai tingkat Kematangan Buah
A. Cabai Rawit Muda B. Cabai Rawit Setengah Matang C. Cabai Rawit Matang
Gambar 4. Cabai Rawit Varietas Lain
D. Cabai Rawit Matang E. Cabai Rawit setengah Matang
69
RIWAYAT HIDUP
Nama : Febby Thannia
NRP : 0710116
Tempat dan Tanggal lahir : Bandung, 6 Februari 1989 Alamat
: Jati Indah Raya No. 11 Bandung
Riwayat pendidikan :
SD Negeri Pelita, Bandung, lulus tahun 2001 SMP Negeri 34, Bandung, lulus tahun 2004
SMU Negeri 22, Bandung, lulus tahun 2007 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam berdarah dengue DBD merupakan penyakit yang sering ditemukan di daerah tropis, secara global 2,5 juta manusia hidup di daerah transmisi virus
tersebut WHO, 2005. Penyakit DBD pada awalnya hanya menyerang daerah perkotaan yang berpenduduk padat, seperti Jakarta dan Surabaya, kemudian
penyebarannya berlanjut ke kota-kota lain seperti Semarang, Yogyakarta dan lainnya. Pada tahun 1985, DBD dilaporkan telah tersebar meluas di seluruh
Provinsi Indonesia Soemarno , 1987. Nyamuk Aedes sp. berperan sebagai vektor penyakit DBD yang berkembang
biak pada tempat penampungan air bersih, di dalam maupun luar rumah, hal tersebut merupakan ancaman bagi manusia, sehingga populasi nyamuk perlu di
kendalikan. Salah satu cara pengendalian vektor DBD dilakukan dengan memutus siklus hidup nyamuk, terutama pada stadium larva dengan menggunakan larvisida
sintetis Aji Bau, 1999. Larvisida sintetis yang paling banyak digunakan adalah temephos, yang
penggunaannya sudah banyak menimbulkan resistensi, menyisakan produk metabolit dalam air dan dapat merusak lingkungan hingga menyebabkan kematian
hewan peliharaan. Hal ini mendorong untuk mencari bahan alternatif larvisida alami yang efektif, selain toksis terhadap larva juga mudah mengalami
biodegradasi di alam, karena itu bahan larvisida alami relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan Dadang Prijono. 2008.
Larvisida alami dapat berasal dari bahan-bahan nabati seperti buah, daun, batang ataupun akar dari tanaman yang banyak mengandung minyak atsiri. Salah
satu tanaman yang berpotensi dan dapat dikembangkan sebagai insektisida nabati, adalah cabai rawit Capsicum frutescens Linn M, Blumenthal, 1998.
Cabai rawit bedasarkan penelusuran pustaka, mengandung senyawa capsaicin
yang bersifat bakterisida terhadap Helicobacter pylori. Cara kerja capsaicin adalah merusak membran sel oleh senyawa lipofilik Rohman Naim, 2004.
Ekstrak cabai rawit dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans yang merupaka spesies dari candida yang menyebabkan infeksi pada membran mukosa
mulut thrush def 1, dan infeksi saluran pernapasan bronkokandidiasis Setiawan Dalimartha, 2004. Dengan menganalogkan capsaicin dapat bersifat
bakterisida dan fungistatik kemungkinan diduga capsaicin dapat berefek sebagai larvisida. Dengan pertimbangan capsaicin merupakan senyawa minyak atsiri yang
mudah larut dalam etanol, maka akan dilakukan penelitian efek ekstrak etanol cabai rawit EECR terhadap larva Aedes sp.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai
berikut: 1.
Apakah ekstrak etanol cabai rawit EECR berefek larvisida terhadap Aedes sp.
2. Apakah ektrak etanol cabai rawit memiliki potensi setara dengan temephos
1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud Penelitian
Mencari bahan alami terutama tumbuhan yang berefek sebagai larvisida
Tujuan Penelitian
Mengetahui efek dan potensi larvisida ekstrak etanol cabai rawit terhadap Aedes sp.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Akademis
Menambah wawasan pengetahuan dalam bidang Parasitologi tentang tumbuhan yang berpotensi sebagai larvisida.
Manfaat Praktis
Untuk memberi informasi tentang efek larvisida ekstrak etanol cabai rawit terhadap Aedes sp.
1. 5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Nyamuk Aedes sp., merupakan vektor penyakit DBD. Salah satu cara pengendalian vektor DBD dilakukan dengan menggunakan larvisida sintetis
antara lain temephos.. Cara kerja temephos adalah dengan mempengaruhi fosforilasi dari enzim asetilkolinesterase pada akhiran syaraf yang mengakibatkan
organ efektor menjadi terstimulasi berlebihan dan akhirnya menyebabkan munculnya gejala dan tanda keracunan Kardinan,2001.
Pada penelitian ini akan digunakan cabai rawit sebagai bahan uji. Cabai rawit mengandung senyawa capsaicin, ascorbic acid, saponin, flavonoida dan tannin
Blumenthal M, 1998. Capsaicin bertindak sebagai penghambat reseptor rasa di daerah mulut larva, akibatnya larva gagal menstimulus rasa dan tidak mampu
mengenali makanan. Selain itu capsaicin dapat pula menjadi racun perut stomach poisoning dengan penetrasi ke dalam sistem pencernaan Dadang, Prijono D.
2008. Dengan adanya kandungan capsaicin dalam cabai rawit mengakibatkan kematian larva.
1.5.2 Hipotesis Penelitian
1. Ekstrak etanol cabai rawit EECR berefek larvisida terhadap Aedes sp.
2. Ektrak etanol cabai rawit memiliki potensi setara dengan temephos
1.6 Metodologi Penelitian
Desain penelitian eksperimental laboratorium sungguhan, dengan Rancangan acak lengkap RAL bersifat komparatif. Efek larvisida terhadap Aedes sp. diuji
dengan menggunakan ektrak etanol cabai rawit dengan berbagai dosis. Data yang diukur adalah jumlah larva mati, selama pengamatan 24 jam.
Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dengan α 0.05. Kemaknaan
ditentukan berdasarkan nilai p ≤ 0.05. Pengolahan data menggunakan perangkat
lunak komputer.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian : Ruang Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Waktu Penelitian : Desember 2009 – Desember 2010