3.04 Efek Larvisida Ekstrak Etanol Cabai Rawit (Capsicum frutescens Linn Var.Kathur) Terhadap Aedes sp.

Lampiran 6. Hasil ANAVA dan Post Hoc Test Descriptives Ln+1 Larva Mati 24Jam N Mean Std. Deviation Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minim um Maxim um Lower Bound Upper Bound EECR 0,8 5 3.0152 .02672 .01195 2.9821 3.0484

3.00 3.04

EECR 1,6 5 3.3101 .03307 .01479 3.2691 3.3512 3.26 3.33 EECR 3,2 5 3.3738 .02879 .01288 3.3381 3.4096 3.33 3.40 EECR 6,4 5 3.4274 .01466 .00656 3.4092 3.4456 3.40 3.43 Kontrol 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00 Pembanding 5 3.3241 .04731 .02116 3.2654 3.3829 3.26 3.37 Total 30 2.7418 1.25451 .22904 2.2734 3.2102 .00 3.43 Test of Homogeneity of Variances Ln+1 Larva Mati 24Jam Levene Statistic df1 df2 Sig. 5.135 5 24 .002 ANOVA Ln+1 Larva Mati 24Jam Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 45.620 5 9.124 10755.593 .000 Within Groups .020 24 .001 Total 45.640 29 Post Hoc Test Homogeneus Subsets Ln+1 Larva Mati 24Jam Tukey HSD a Kelompok Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4 5 dimension1 Kontrol 5 .0000 EECR 0,8 5 3.0152 EECR 1,6 5 3.3101 Pembanding 5 3.3241 3.3241 EECR 3,2 5 3.3738 3.3738 EECR 6,4 5 3.4274 Sig. 1.000 1.000 .971 .113 .074 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000. Lampiran 7 Probit Analysis Data Information N of Cases Valid 30 Rejected Missing Number of Responses Number of Subjects Control Group 5 Convergence Information Number of Iterations Optimal Solution Found PROBIT 10 Yes Parameter Estimates Parameter Estimate Std. Error Z Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound PROBIT a Dosis EECR .546 .050 10.965 .000 .448 .644 Intercept -.060 .064 -.935 .350 -.124 .004 a. PROBIT model: PROBITp = Intercept + BX Chi-Square Tests Chi-Square df a Sig. PROBIT Pearson Goodness-of-Fit Test 362.114 28 .000 b a. Statistics based on individual cases differ from statistics based on aggregated cases. b. Since the significance level is less than .150, a heterogeneity factor is used in the calculation of confidence limits. Lampiran 8. Gambar Penelitian Gambar 1. EECR dalam Berbagai Dosis Gambar 2. Kontrol dan Pembanding Lampiran 9. Gambar Cabai Rawit Gambar 3. Cabai Rawit Berbagai tingkat Kematangan Buah A. Cabai Rawit Muda B. Cabai Rawit Setengah Matang C. Cabai Rawit Matang Gambar 4. Cabai Rawit Varietas Lain D. Cabai Rawit Matang E. Cabai Rawit setengah Matang 69 RIWAYAT HIDUP Nama : Febby Thannia NRP : 0710116 Tempat dan Tanggal lahir : Bandung, 6 Februari 1989 Alamat : Jati Indah Raya No. 11 Bandung Riwayat pendidikan : SD Negeri Pelita, Bandung, lulus tahun 2001 SMP Negeri 34, Bandung, lulus tahun 2004 SMU Negeri 22, Bandung, lulus tahun 2007 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah dengue DBD merupakan penyakit yang sering ditemukan di daerah tropis, secara global 2,5 juta manusia hidup di daerah transmisi virus tersebut WHO, 2005. Penyakit DBD pada awalnya hanya menyerang daerah perkotaan yang berpenduduk padat, seperti Jakarta dan Surabaya, kemudian penyebarannya berlanjut ke kota-kota lain seperti Semarang, Yogyakarta dan lainnya. Pada tahun 1985, DBD dilaporkan telah tersebar meluas di seluruh Provinsi Indonesia Soemarno , 1987. Nyamuk Aedes sp. berperan sebagai vektor penyakit DBD yang berkembang biak pada tempat penampungan air bersih, di dalam maupun luar rumah, hal tersebut merupakan ancaman bagi manusia, sehingga populasi nyamuk perlu di kendalikan. Salah satu cara pengendalian vektor DBD dilakukan dengan memutus siklus hidup nyamuk, terutama pada stadium larva dengan menggunakan larvisida sintetis Aji Bau, 1999. Larvisida sintetis yang paling banyak digunakan adalah temephos, yang penggunaannya sudah banyak menimbulkan resistensi, menyisakan produk metabolit dalam air dan dapat merusak lingkungan hingga menyebabkan kematian hewan peliharaan. Hal ini mendorong untuk mencari bahan alternatif larvisida alami yang efektif, selain toksis terhadap larva juga mudah mengalami biodegradasi di alam, karena itu bahan larvisida alami relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan Dadang Prijono. 2008. Larvisida alami dapat berasal dari bahan-bahan nabati seperti buah, daun, batang ataupun akar dari tanaman yang banyak mengandung minyak atsiri. Salah satu tanaman yang berpotensi dan dapat dikembangkan sebagai insektisida nabati, adalah cabai rawit Capsicum frutescens Linn M, Blumenthal, 1998. Cabai rawit bedasarkan penelusuran pustaka, mengandung senyawa capsaicin yang bersifat bakterisida terhadap Helicobacter pylori. Cara kerja capsaicin adalah merusak membran sel oleh senyawa lipofilik Rohman Naim, 2004. Ekstrak cabai rawit dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans yang merupaka spesies dari candida yang menyebabkan infeksi pada membran mukosa mulut thrush def 1, dan infeksi saluran pernapasan bronkokandidiasis Setiawan Dalimartha, 2004. Dengan menganalogkan capsaicin dapat bersifat bakterisida dan fungistatik kemungkinan diduga capsaicin dapat berefek sebagai larvisida. Dengan pertimbangan capsaicin merupakan senyawa minyak atsiri yang mudah larut dalam etanol, maka akan dilakukan penelitian efek ekstrak etanol cabai rawit EECR terhadap larva Aedes sp. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apakah ekstrak etanol cabai rawit EECR berefek larvisida terhadap Aedes sp. 2. Apakah ektrak etanol cabai rawit memiliki potensi setara dengan temephos

1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud Penelitian Mencari bahan alami terutama tumbuhan yang berefek sebagai larvisida Tujuan Penelitian Mengetahui efek dan potensi larvisida ekstrak etanol cabai rawit terhadap Aedes sp.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis Menambah wawasan pengetahuan dalam bidang Parasitologi tentang tumbuhan yang berpotensi sebagai larvisida. Manfaat Praktis Untuk memberi informasi tentang efek larvisida ekstrak etanol cabai rawit terhadap Aedes sp.

1. 5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Nyamuk Aedes sp., merupakan vektor penyakit DBD. Salah satu cara pengendalian vektor DBD dilakukan dengan menggunakan larvisida sintetis antara lain temephos.. Cara kerja temephos adalah dengan mempengaruhi fosforilasi dari enzim asetilkolinesterase pada akhiran syaraf yang mengakibatkan organ efektor menjadi terstimulasi berlebihan dan akhirnya menyebabkan munculnya gejala dan tanda keracunan Kardinan,2001. Pada penelitian ini akan digunakan cabai rawit sebagai bahan uji. Cabai rawit mengandung senyawa capsaicin, ascorbic acid, saponin, flavonoida dan tannin Blumenthal M, 1998. Capsaicin bertindak sebagai penghambat reseptor rasa di daerah mulut larva, akibatnya larva gagal menstimulus rasa dan tidak mampu mengenali makanan. Selain itu capsaicin dapat pula menjadi racun perut stomach poisoning dengan penetrasi ke dalam sistem pencernaan Dadang, Prijono D. 2008. Dengan adanya kandungan capsaicin dalam cabai rawit mengakibatkan kematian larva.

1.5.2 Hipotesis Penelitian

1. Ekstrak etanol cabai rawit EECR berefek larvisida terhadap Aedes sp. 2. Ektrak etanol cabai rawit memiliki potensi setara dengan temephos

1.6 Metodologi Penelitian

Desain penelitian eksperimental laboratorium sungguhan, dengan Rancangan acak lengkap RAL bersifat komparatif. Efek larvisida terhadap Aedes sp. diuji dengan menggunakan ektrak etanol cabai rawit dengan berbagai dosis. Data yang diukur adalah jumlah larva mati, selama pengamatan 24 jam. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dengan α 0.05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p ≤ 0.05. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak komputer.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian : Ruang Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung. Waktu Penelitian : Desember 2009 – Desember 2010