40
juga tidak berkeluarga njuk bersandar sama siapa?” Baris 317-322
2. Gambaran Kondisi Psikologis a. Kognisi
Menurut hasil penelitian, permasalahan yang dihadapi oleh M menimbulkan beban pikiran bagi M.
Menurut keterangan M beban pikiran tersebut menjadi salah satu penyebab tekanan darahnya naik. Saat tekanan darah M
tinggi, ia menjadi bingung dan pikirannya menjadi kacau. Salah satunya ketika M akan beristirahat, M gelisah dan
badanya gerah karena pikiran-pikiran. Selain itu, M merasa tekanan darah naik saat tidak minum obat.
“Dulu waktu saya masih kecil ditinggal orang tua, saya tinggal dengan orang tua angkat. Jadi
mungkin pikiran terus ya. Ya, jadi terus naik terus.” Baris 41-43
“Nah begitulah penderitaan saya, karena itu saya banyak pikiran mulai disitu mulai naek.”
Baris 317-318 “Ya sekarang biasa aja, ndak pusing tapi
pikirannya kacau gitu kayak bingung” Baris 84- 85
“iya mbak jadi linglung saya, banyak pikiran malah jadi linglung pas tinggi.” Baris 107 dan
111 “Kalau mau tidur gelisah, seperti itu pikirannya,
kayak gimana ya, nggak tenang gitu lho, kacau gitu lho. Sama sumuk, nah kalau sumuk seperti
ini.” Baris 153-162
41
“Iya tiap hari, ya kalau tidak minum naek terus.” Baris 14-15
b. Afek
Berdasarkan hasil penelitian, permasalahan yang dihadapi oleh M memberikan dampak afektif bagi M. M
merasa hidup sendiri dan tidak mendapat kasih sayang dari orang tua angkatnya.
“Kok saya hidup sendiri, ada orang tua angkat kok saya sendiri.” Baris 196-197
“Ya cuma itu pikirannya. Saya kok ada saudara ada, sekarang sama anak-anak juga saya, sama
anak-anak juga mungkin sudah diomongin sama mamahnya ya. Hanya gimana ya, terima sih
trima tapi, tapi kasih sayangnya tu ndak ada itu lho.” Baris 205-210
c. Perilaku
Permasalahan yang dihadapi M juga berdampak pada perilaku konsumsi obat. Dimana M mengkonsumsi obat
medis untuk mengurangi dampak afektif dan kognitif dari permasalahan yang dihadapi. M mengkonsumsi obat
hipertensi terus menerus. Latar belakang pertama M minum obat setiap hari karena saran dokter untuk tidak berhenti
mengkonsumsi obat. Jika berhenti mengkonsumsi obat, akan fatal akibatnya. Kedua, M juga menyatakan bahwa ia harus
mengkonsumsi obat terus menerus dan tidak boleh telat.
42 Ketika ia telat untuk mengkonsumsi obat sehari saja, tekanan
darahnya langsung naik. Ketika obat habis, M akan langsung membeli obat lagi.
“Jadi dokter bilang jangan berhenti minum Kaptopril nanti kalau berhenti fatal nanti, jadi
minum terus sehari 2 kali pagi sore.” Baris 21- 23
“Kalau sakit aja. Kalau buat tensi saya minum terus ndak boleh telat. Telat sehari langsung
naik. Minum Kaptopril itu untuk melancarkan darah saja, kalau menyembuhkan tidak bisa.”
Baris 94-98 “Nah terus sekarang minum terus Kaptopril. Abis
beli, abis beli. Hehehe.” Baris 143-144
Ketika di cek tekanan darah, tekanan darah M bisa mencapai 200 mmHg. Namun, M tidak selalu mengecek
tekanan darahnya. Terkadang menurut M hanya merasa tekanan darahnya tinggi. Sehingga, M mengkonsumsi obat
tidak hanya saat tekanan darahnya tinggi.
“Naek itu minta di ukur mbak R ya sampe lho 200, iya tensinya sampai 200 lebih. Kalau biasa-
biasa ya cuman 150 itu normal, tapi bawahnya sempet 100. Nah saya berusaha tidak berfikir
apa-apa, tapi ya kok dateng aja pikirannya.” Baris 156-162
“Ndak, cuma perasaan saja.” Baris 172
Konsekuensi yang
didapatkan dari
perilaku konsumsi obat bagi M adalah tekanan darah kembali normal
43 dan pikiran menjadi tenang. Namun, jika M tidak
mengkonsumsi obat, pikiran menjadi tidak tenang.
“Lalu saya minum, turun ya biasa lagi.” Baris 86
“Enggak, malah jadi bingung gitu. Tapi kalau minum obat lama-lama turun dan biasa lagi
gitu.” Baris 88-90
“Terus kayak linglung gitu lho. Mau bilang pusing endak, tapi kayaknya ndak tenang gitu
lho.” Baris 123-125
3. Gambaran Kondisi Fisik