b. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini dapat berguna sebagai informasi dan bahan rujukan untuk
pengetahuan penelitian selanjutnya. c. Bagi Kebijakan
Penelitian ini bisa menjadi wacana bagi Dinas Pertanian sebagai penggerak sektor pertanian dan diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam
merumuskan kebijakan dalam hal kemitraan petani sayuran organik sehingga kebijakan yang disusun tepat sasaran.
1.4 Batasan Objek Penelitian
Adapun batasan - batasan yang dipergunakan dalam objek penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Kaliandra Sejati Dusun Gamoh, Desa Dayurejo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan
– Jawa Timur. 2. Kemitraan penelitian ini di pandang dari persepsi sosial dan ekonomi.
3. Penelitian hanya dilakukan pada usahatani sayuran organik yang difokuskan pada kemitraan antara petani dengan Yayasan Kaliandra Sejati.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :
Novisari 1999 mengemukakan bahwa pola kemitraaan yang dijalin antara perusahaan dengan petani dalam produksi benih jagung hibrida C-3
sangat menguntungkan kedua belah pihak karena selain petani mendapat pinjaman saprodi, jaminan pasar, dan teknis budidaya secara berkala, secara
ekonomis pendapatan usahatani juga meningkat. Pandangan yang sama juga dikemukakan Dewi 2001, bahwa dengan adanya kemitraan perusahaan benih
padi antara PT. Sang Hyang Seri dan petani penangkar kerjasama memberikan keuntungan bagi kedua pihak, dimana Sang Hyang Seri memperoleh keuntungan
berupa bahan baku yang baik untuk kebutuhan industri benih sedangkan pendapatan petani meningkat. Namun Arifana 1999 memberikan pandangan
yang berbeda yaitu bahwa dari hasil usahatani disimpulkan bahwa dengan mengikuti kemitraan agribisnis kedelai dengan PT. Nestle belum mampu
memberikan produktifitas dan pendapatan yang lebih baik daripada petani yang tidak mengikuti pola kemitraan, selain itu posisi petani dalam model kemitraaan
agribisnis lemah, karena tidak mengetahui harga jual dan tidak dapat menjual langsung. Menurut Hotimah 2002, kemitraaan Kredit Ketahanan Pangan KKP
secara tidak langsung berdampak pada hilangnya hak atas saprodi dan benih sebagai imbas dari kredit yang diperoleh. Dari hasil beberapa penelitian tersebut
terdapat perbedaan pandangan dari beberapa peneliti, yaitu pelaksanaan pola kemitraan ada yang menguntungkan pihak - pihak yang bermitra dan ada juga
yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani. Oleh