Analisa Bentuk Massa Gedung Analisa Tampilan

102

4.3. Analisa Bentuk dan Tampilan

4.3.1 Analisa Bentuk Massa Gedung

Analisa bentuk pada bangunan ini masih mengandalkan bentuk dasar geometri yaitu persegi panjang dengan dasar pertimbangan meyelaraskan dengan bangunan-bangunan pemerintah daerah yang sudah ada pada kawasan pemerintahan ini, seperti terlihat pada gambar 4.15 di bawah ini. Kantor Bupati Kantor Keuangan Kejaksaan Negeri Gambar 4.15. Gedung pemerintahan di kawasan pemerintahan Halsel Sumber: Studi pribadi 103 Bentuk dasar persegi panjang yang akan digabungkan dengan bentuk geometri dasar lainnya, seperti bentuk bujur sangkar yang akan diolah. Gambar 4.16. Tipologi Bentuk Sumber: Studi pribadi Gambar 4.17. Bentuk dasar bangunan Sumber: Studi pribadi Atap bangunan adat sasadu memiliki bentuk persegi delapan yang diatasnya terdapat atap pelana yang sekaligus mengindikasikan sebagai penutup ruang utama yang ada dibawahnya. Material pokok atap bangunan adat sasadu menggunakan bahan-bahan alami yang dengan mudah ditemui seperti kayu bambu, dan daun- daunan dari lingkungan setempat. Atap bangunan adat “sasadu” yang digunakan sebagai atap dari gedung ini. Merupakan ME yang diletakan mengahadap kejalan utama kawasan pemerintahan. 104

4.3.2 Analisa Tampilan

Dengan memperhatikan dari analisa site yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dan analisa bentuk, maka desain tampilan bangunan yang diharapkan adalah menjadi unite dengan desain bangunan pemerintahan yang sudah ada pada kawasan pemerintahan. Selain itu, desain tampilan bangunan diharapkan juga mampu beradaptasi dengan iklim dan kondisi site yang masih sangat alami. Karakteristik bangunan mencerminkan suatu fungsi dan kegiatan gedung pemerinath badan legislative DPRD Kabupaten Halmahera Selatan dengan kegiatan utamanya yaitu persidangan dan menerima aspirasi masyarakat untuk diteruskan pada badan eksekuti. Yang menjadi fokus utama dari Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan ada bagian atap Gedung, atap gedung menggunakan atap bangunan adat Maluku utara yaitu “SASADU” yang dimodifikasi atau di sesuaikan dengan kondisi arsitektur yang berkembang pada saat ini. Atap bangunan adat Sasadu ini berbentuk persegi delapan dengan jenis atap yang paling tinggi adalah atap pelana yang sekaligus mengindikasikan penutup ruang utama dibawahnya, Seperti terlihat pada gambar 4.18 di bawah ini Gambar 4.18. Atap bangunan adat Sasadu Sumber: Inventarisasi arsitektur di Maluku Utara, 2003 Dibawah ini terdapat beberapa gedung pemerintah yang ada di Maluku Utara yang menggunakan unsur-unsur tradisional, seperti terlihat pada gambar 4.19 di bawah ini. 105 a. Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Utara b. Gedung DPRD Propinsi Maluku Utara c. Kantor Bupati Halmahera Tengah Gambar 4.19. Gedung pemerintah yang menggunakan unsur-unsur tradisional Sumber: Inventarisasi arsitektur di Maluku Utara, 2003 106

BAB V KONSEP PERANCANGAN

5.1. Tema Rancangan

Tema rancangan ialah “TRANSPARENT ASPIRATION” Transparent merupakan salah satu sifat atau landasan kerja dari para anggota DPRD dalam menjalankan semua tugas pokok dan fungsinya di DPRD. Aspiration merupakan fungsi dasar dari anggota DPRD sebagai perwakilam dari rakyat untuk menyalurkan dan memperjuangkan suara rakyat kepada pemerintah. Dengan mengusung Transparent Aspiration sebagai tema rancang Gedung DPRD Kabupaten Halmahera Selatan diharapkan dapat menjalankan semua tugas pokok dan fungsinya dengan aman, nyaman, jujur, terbuka, dan jelas.

5.1.1. Penentuan Tema Rancangan

Dalam hal ini keterkaitan Transparent Aspiration dengan obyek yang diwadahi dalam bangunan yaitu anggota DPRD ialah anggota DPRD sebagai perwakilan dari rakyat untuk menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi rakyat kepada pemerintah daerah setempat. Penyaluran aspirasi rakyat ini harus berdasarkan kepada nilai-nilai dan juga norma-norma yang berlandaskan pada keterbukaan, kejelasan, dan juga kejujuran agar masyarak dapat merasakan hasil dari kinerja para wakil mereka yang duduk di DPRD.

5.1.2. Pendekatan Rancangan

Pendekatan rancangan Gedung DPRD kabupaten Halmahera Selatan ini ialah pendekatan Localisme. Dalam buku Eklektisisme Arsitektur Eklektik 2006, Sullivan menjelaskan yaitu bangunan memperhatikan faktor sosial, maksudnya pentingnya faktor sosial ini dijadikan dasar dalam pertimbangan dalam desain dan kondisi sosial harus diterimah sebagai sebuah faktor yang harus dicari jalan keluarnya.