PERHITUNGAN PEMBIAYAAN EKSPOR VIA LAUT PADA PT MEKAR CARGO

(1)

commit to user

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN EKSPOR VIA LAUT PADA PT MEKAR CARGO

Tugas Akhir

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya

Di Bidang Bisnis Internasional

Disusun Oleh :

HARI HARJA KRISTIANTO ADI PUTRA NIM : F3107025

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

(3)

(4)

commit to user

MOTTO

“Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. “ (QS. Al-Alaq,1-5).

“Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11)

Barangsiapa yang keluar dari rumah karena mencari ilmu, maka ia (dianggap orang) yang menegakkan agama Allah sehingga ia pulang. (H.R Turmudzi)

Kelebihan orang berilmu dari orang yang beribadah (yang bodoh) bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dari semua bintang-bintang yang lain. (HR.Abu Dawud, Tirmidzi,Nasa’i dan Ibnu Majah)

Kelebihan orang berilmu dibandingkan dengan ‘abid (seorang ahli ibadah) adalah tujuh puluh derajat. (HR Ashbihaani)

Carilah Ilmu sampai ke negeri China (Pepatah Arab)

Ilmu adalah lentera hati, baik-buruknya seseorang ditentukan oleh satu organ dalam tubuhnya yakni hatinya. Maka belajar akan membentuk perilaku yang dewasa dan bertangggung jawab. ( Hari Harja K.A.P)


(5)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini aku persembahkan untuk :

Ø Allah SWT atas Petunjuk-Nya.

Ø Bapak & Ibuku tercinta.

Ø Teman-teman seperjuangan di Bisnis Internasional yang selalu

bersemangat.


(6)

commit to user KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Dzat Yang Maha Kuasa, Pencipta ilmu pengetahuan, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas segala limpahan rizqi dan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan serta ijin-Nya, meskipun dengan kemampuan dan waktu yang terbatas akhirnya penulis mampu menyelesaikan tugas akhir dengan judul “ PERHITUNGAN

PEMBIAYAAN EKSPOR PADA PT MEKAR CARGO CABANG

SURAKARTA”.

Penulisan Tugas Akhir ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis dengan rendah hati menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga tersusunnya Tugas Akhir ini, khususnya kepada :

1. Nurul Istiqomah,SE. MSi. Selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, petunjuk, nasehat, bimbingan hingga tersusunnya laporan Tugas Akhir ini.

2. Drs. Hari Murti, MSi. Selaku Ketua Program Studi Diploma 3 Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Seluruh staff dan karyawan Program Studi Diploma 3 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan bantuan administrasi kepada penulis.


(7)

commit to user

5. Pak Johari serta seluruh staff dan karyawan PT Mekar Cargo yang sudah memberikan segala informasi yang diperlukan penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi UNS yang telah memberikan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu ekonomi pada khususnya kepada penulis sehingga dapat menjadi bekal dalam penulisan tugas akhir ini dan semoga dapat penulis amalkan di masyarakat.

7. Bapak Ibu di rumah yang telah memberikan fasilitas, perhatian, do’a, arahan, dan restu kepada setiap langkah penulis.

8. Teman-temanku angkatan 2007 D3 Bisnis Internasional yang telah mendukung dan memberi semangat.

9. Almamaterku.

10. Para pihak yang telah membantu penulisan Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dansaran yang membangun dari berbagai pihak sangat penu;is harapkan demi kesempurnaan penulisan Tugas Akhir ini. Demikian mudah-mudahan penulis Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun, pembacanya terutama untuk kalangan akademis, praktisi serta masyarakat luas.

Surakarta, Agustus 2010


(8)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... ....i

HALAMAN ABSTRAKSI ... ...ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... ..iv

HALAMAN PENGESAHAN... ...v

HALAMAN MOTTO ... ..vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... .vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ...x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... .xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian... 7

BAB II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor ... 10

B. Freight Forwarder ... 15


(9)

commit to user

D. Dokumentasi ... 36

E. Incoterm 2000 ... .41

BAB III. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 53

1. Gambaran umum PT Mekar Cargo ... 53

2. Ruang lingkup kegiatan PT Mekar Cargo ... 56

3. Lokasi perusahaan ... 58

4. Struktur organisasi ... 58

5. Jam kerja perusahaan ... 62

B. Pembahasan ... 64

1. Proses kontrak pengangkutan ... 64

2. Penyusunan anggran ekspor ... 78

3. Keunggulan penggunaan jasa freight forwarding dibanding ekspor secara langsung ... 81

BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA


(10)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Dokumen Ekspor... 36

2.2 Incoterm 2000 ... 51

3.1 Jam Kerja PT Mekar Cargo ... 63


(11)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Pola Pengepakan FCL ... 17

2.2 Pola pengepakan LCL ... 19

3.1 Struktur Organisasi PT. Mekar Cargo... 59


(12)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Magang

2. Surat Pernyataan

3. B/L (Bill of Lading)

4. Invoice

5. Packing List

6. SSPCP

7. ISPM # 15 HT TREATMENT CERTIFICATE

8. COO (SKA)

9. Certificate of Fumigation

10. Nota Pelayanan Ekspor

11. Lembar Lanjutan PEB

12. Asuransi


(13)

commit to user ABSTRAKSI

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN EKSPOR VIA LAUT PADA PT MEKAR CARGO

HARI HARJA KRISTIANTO ADI PUTRA NIM : F3107025

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses penghitungan pembiayaan ekspor pada PT Mekar Cargo, disamping itu juga mengetahui tata urutan proses kontrak pengangkutan antara eksportir dengan PT Mekar Cargo dan juga mengetahui keunggulan penggunaan jasa freight forwarding dalam proses ekspor.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif mengenai proses penyusunan anggaran ekspor pada PT. Mekar Cargo sebagai perusahaan freight forwarding. Proses penyusunan anggaran ekspor pada PT. Mekar Cargo merupakan tahapan-tahapan penyusunan anggaran yang dilakukan oleh PT. Mekar Cargo untuk menghitung keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh eksportir untuk mengangkut barangnya mulai dari gudang eksportir hingga ke atas kapal. Peneliti juga melakukan observasi langsung di PT. Mekar Cargo. Teknik pembahasan pada penelitian ini adalah menggunakan pembahasan deskriptif yaitu teknik membuat gambaran secara sistematis, faktual, aktual, dan akurat mengenai suatu obyek yang diteliti.

Proses kontrak pengangkutan antara eksportir dengan PT. Mekar Cargo yaitu marketing-komunikasi-offer (penawaran menggunakan telepon, email, atau fax). Sedangkan teori proses penyusunan anggaran ekspor yaitu promosi yang disertai daftar biaya / tarif-tarif dalam pengiriman. Keunggulan penggunaan jasa freight forwarding adalah membantu eksportir dalam melakukan penyerahan barang tepat pada waktunya, membantu pengawasan atas barang supaya tetap dalam keadaan utuh dan dalam kondisi baik (intact and good condition), membantu menekan biaya serendah-rendahnya, dan membantu mengamankan barang, dsb.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti memberi saran kepada PT Mekar Cargo Sebaiknya PT Mekar Cargo juga membuka pelayanan pada hari sabtu agar para eksportir dapat melakukan transaksi ataupun mencari informasi mengenai jasa PT Mekar Cargo.


(14)

commit to user ABSTRACTION

EXPORT FINANCING CALCULATIONS BY SEA AT PT MEKAR CARGO

HARI HARJA KRISTIANTO ADI PUTRA NIM : F3107025

The purpose of this study is to determine the counting process of export financing at PT Mekar Cargo, besides also knowing the sort order for the contract of carriage between the exporter and PT Mekar Cargo and also know the benefits of the use of freight forwarding services in the export process.

This study use descriptive analysis of the budgetary process of export at PT Mekar Cargo as a freight forwarding company. Export budgeting process in PT Mekar Cargo is stage of budget preparation done by PT Mekar Cargo to calculate the overall costs incurred by exporter to transport goods from manufacturer to warehouse to the ship. Researchers also conducted direct observation in the PT Mekar Cargo. Techniques discussed in this research using descriptive discussion of the technique to make image in a systematic, factual, actual, and accurate information on an object being investigated.

The process of contract of carriage between the exporter and PT Mekar Cargo that is marketing-communication-offer (bidding using the telephone, email, or fax). While the theory is the process of preparing export financing promotion with a list of charges / rates in shipping. The advantage is the use of freight forwarding services assisting exporters in the delivery of good on time, helps control over the goods in order to remain in one piece and in good condition (intact and good condition), helping keep costs as low, helping to secure the goods, etc.

Based on the above results, the researchers advise to PT Mekar Cargo, PT Mekar Cargo should also open a service on Saturday for its exporters to conduct transactions or seeking information on the services of PT Mekar Cargo.


(15)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat arus globalisasi semakin terbuka. Teknologi komunikasi memperpendek dan mempersempit jarak antara satu bangsa dengan bangsa lain. Hal ini menyebabkan pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia menjadi lebih terbuka. Arus informasi telah memungkinkan setiap bangsa untuk lebih mengenal dan memahami bangsa lain.

Perkembangan teknologi informasi juga membawa perubahan dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Khusus bidang ekonomi setiap bangsa lebih mudah mengetahui darimana bangsa itu dapat memenuhi kebutuhan ekonominya dan sebaliknya ia akan lebih mudah mengetahui kemana sebaiknya memasarkan komoditi unggulan negaranya. Hal ini membawa dampak luar biasa terhadap perubahan tatanan kerja sama dan persaingan bisnis serta peranan pemerintah di berbagai penjuru dunia.

Perdagangan Internasional yang sering disebut dengan kegiatan ekspor-impor terjadi karena keterbukaan akan barang yang tidak terdapat pada suatu negara. Berdagang dengan negara lain dapat memberikan keuntungan, yakni dapat membeli barang yang harganya lebih rendah dan mungkin dapat menjual ke luar negeri dengan harga yang relatif tinggi, perdagangan luar negeri sering timbul karena adanya perbedaan harga barang di berbagai negara (Nopirin, 1995:2).

Berdirinya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang dimulai per 1 Januari 2010, membawa dampak pada perdagangan internasional khususnya Indonesia, dengan diperbolehkanya pasar bebas CHINA ASEAN (ACFTA)


(16)

commit to user

memberikan peluang bagi dunia usaha khususnya sektor usaha mikro kecil menegah (UMKM). Beberapa negara telah menjadi negara tujuan ekspor terbesar UMKM Indonesia antara lain Malaysia, Singapura, India, dan China. Peluang tersebut akan menggairahkan para pelaku usaha untuk lebih kreatif dan efisien sehingga lebih memiliki daya saing dan keunggulan.

Kesiapan manajemen suatu perusahaan untuk melakukan perdagangan internasional hendaknya diiringi dengan kesiapan teknis perusahaan. Persiapan seorang eksportir sebelum melakukan ekspor dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu : persiapan administratif, persiapan legalitas, persiapan fisik barang, dan persiapan operasional (Amir, 2004:2).

Salah satu persiapan eksportir dalam pengiriman barang siap ekspor adalah membuat kontrak kerja sama dengan perusahaan jasa transportasi, bila suatu barang siap ekspor memerlukan aneka alat angkut untuk mencapai tempat tujuan, maka eksportir harus mengurusnya satu per satu. Secara umum dibutuhkan kontrak tersendiri untuk masing-masing jenis alat angkut yang dipakai. Hal ini tentu dapat menyita waktu, tenaga, dan biaya dalam proses pengurusannya.

Untuk lebih mempermudah eksportir dalam melaksanakan proses ekspor maka eksportir dibantu oleh suatu badan usaha yang memberikan jasa pelayanan atau pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman, pengangkutan, dan penerimaan barang dengan menggunakan multimodal transport baik melalui darat, laut, dan udara yang biasanya disebut freight forwarder.

Freight forwarder dapat bertindak atas nama pengirim (shipper/eksportir) atau bertindak atas nama penerima (consignee/importir), bergantung dari lingkup


(17)

commit to user

pekerjaan (scope of work) yang tercantum dalam kontrak kerja yang telah disetujui antara kedua belah pihak yaitu antara pemberi order kerja (eksportir) dan freight forwarder bersangkutan.

Tugas freight forwarding yakni menyelesaikan seluruh proses pengiriman barang dari tempat eksportir hingga tempat tujuan, mulai dari pengurusan muatan (stuffing), pengiriman barang ke pelabuhan (trucking), pengurusan barang di pelabuhan (cargodoring), hingga sewa ruang kapal (booking space with carrier). Disamping itu, freight forwarder juga melaksanakan pengurusan prosedur dan formalitas dokumentasi yang dipersyaratkan oleh adanya peraturan-peraturan pemerintah negara eksportir, negara transit dan negara importir.

Seluruh biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan transportasi, penanganan muatan di pelabuhan/gudang, pengurusan dokumentasi dan juga mencakup insurance liabilities yang umumnya diperlukan oleh pemilik barang juga diselesaikan freight forwarding. Dari kegiatan tersebut perusahaan freight forwarding mendapat imbalan jasa.

Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang forwarding adalah PT. Mekar Cargo. Setelah pembeli (buyer) setuju untuk membeli barang yang ditawarkan penjual (seller), maka selanjutnya seller akan menunjuk forwarding yang telah dipilih untuk mengirimkan barangnya. Disinilah peran PT. Mekar Cargo.

Agar harga produk tersebut dapat bersaing di perdagangan internasional. Maka dalam melakukan ekspor seorang eksportir harus memahami dan mampu mengendalikan harga jual dengan mengendalikan biaya yang terdiri dari 4


(18)

commit to user

kelompok biaya, yaitu : biaya pengadaan, biaya pengelolaan, pungutan-pungutan negara, dan jasa-jasa pihak ketiga (Amir, 2004:109).

Proses penghitungan biaya ekspor secara keseluruhan akan memudahkan eksportir untuk bernegosiasi dengan buyer. Hal ini tentu akan mempermudah eksportir dalam menentukan kebijakan harga jual produk mereka. Sehingga eksportir dapat mengetahui posisi produk mereka di pasar internasional.

Dari kegiatan freight forwarding tersebut di atas penulis ingin mengetahui lebih dalam mengenai proses kegiatan freight forwarding, terutama bagaimana cara penyusunan anggaran biaya ekspor secara keseluruhan. Sehingga dalam penulisan penelitian ini, penulis mengambil judul “PERHITUNGAN PEMBIAYAAN EKSPOR VIA LAUT PADA PT. MEKAR CARGO CABANG SURAKARTA”.


(19)

commit to user B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penulisan ini dimaksudkan untuk dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian secara cermat dan tepat sesuai dengan prinsp-prinsip suatu penelitian yang ilmiah.

Untuk memudahkan dalam membahas permasalahan tersebut, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses kontrak pengangkutan di PT. Mekar Cargo? 2. Bagaimana penyusunan biaya ekspor di PT. Mekar Cargo?

3. Apa keunggulan penggunaan jasa Freight Forwarding dibanding melakukan ekspor secara langsung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan agar penelitian tersebut dapat memberikan manfaat yang sesuai dengan apa yang dikehendaki. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses kontrak pengangkutan di PT. Mekar Cargo. 2. Untuk mengetahui penyusunan biaya ekspor di PT. Mekar Cargo.

3. Untuk mengetahui keunggulan penggunaan jasa Freight Forwarding dibanding ekspor secara langsung.


(20)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Selain mempunyai tujuan penelitian, penelitian ini juga mempunyai manfaat penelitian. Dari penelitian ini, diharapkan akan memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut :

1. Bagi Instansi

Sebagai bahan masukan, pertimbangan, dan perbandingan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas forwarding terutama dalam hal pengiriman barang/pengapalan barang (shipping). Sebagai bahan evaluasi dalam proses pengambilan keputusan di bidang jasa forwarding serta sebagai acuan untuk menyusun strategi.

2. Bagi Akademisi

Sebagai penerapan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan dengan kondisi nyata di dunia usaha/ kerja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan suatu informasi serta referensi bagi para mahasiswa Bisnis Internasional pada khususnya dan mahasiswa yang mengambil jurusan lain pada umumnya yang mengerjakan tugas ataupun menyusun Tugas Akhir (TA).

3. Bagi Pemerintah

Diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan professional di bidang pelayanan perdagangan internasional, sehingga dapat membantu dalam peningkatan kesejahteraan perekonomian negara. Sebagai alternatif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan ekspor.


(21)

commit to user E. Metode Penelitian

Suatu penelitian pada dasarnya adalah bagian mencari/ mendapatkan data untuk selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Supaya proses tersebut berjalan lancar serta hasilnya dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah, maka diperlukan metode penelitian.

Metode penelitian mengemukakan secara tertulis tata kerja dari suatu penelitian. Metode ini terdiri dari :

1. Ruang Lingkup Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian baik itu perseorangan, lembaga, ataupun masyarakat pada suatu komunitas tertentu pada saat sekarang dengan fakta-fakta yang nyata dan sebagaimana adanya.

Jenis penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah analisis deskriptif mengenai mekanisme pembiayaan yang diterapkan PT. Mekar Cargo. Waktu penelitian selama 1 (satu) bulan mulai tanggal 1 Maret 2010 – 31 Maret 2010.

Lokasi penelitian berada di PT. Mekar Cargo yang beralamat di Jalan Raya Solo Permai Blok JC-19 SoloBaru, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia.

2. Jenis dan Alat Pengumpulan Data a. Jenis Data


(22)

commit to user 1) Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data ini diperoleh dengan cara wawancara langsung dari bagian staff karyawan PT.Mekar Cargo.

2) Data Sekunder

Yaitu data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. Data ini penulis peroleh dari buku maupun sumber bacaan lain.

b. Metode Pengumpulan Data 1) Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung atau tidak langsung yang dilaksanakan dengan tatap muka dengan pihak PT. Mekar Cargo yang berupa :

a) Cara-cara menyusun dokumen ekspor b) Cara-cara menyusun anggaran ekspor 2) Studi Pustaka

Merupakan teknik pengumpulan data dengan mempelajari buku/ referensi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yang berupa :

a) Visi, misi, sejarah, tujuan perusahaan, dan struktur organisasi.


(23)

commit to user 3) Observasi

Dalam penelitian ini, penulis melihat langsung mengenai kegiatan yang dilakukan PT. Mekar Cargo yang berupa :

a) Cara stuffing

b) Cara mengurus dokumen ekspor di DISPERINDAGKOP Surakarta

c) Cara mengurus dokumen melalui internet 3. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Data ini diperoleh dengan cara wawancara langsung pada PT. Mekar Cargo yaitu pada bagian pengurusan dokumen, pemasaran (marketing), dan staff karyawan PT.Mekar Cargo.

b. Sumber Data Sekunder

Yaitu data pendukung dari sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. Data ini penulis peroleh dari buku maupun sumber bacaan lain yaitu Modul Penunjang Praktek DIII Bisnis Internasional, Ekspor-Impor Teori dan Penerapannya, SHIPPING Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, Strategi Memasuki Pasar Ekspor, Seluk-Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri, dll.


(24)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Ekspor

1. Pengertian Ekspor

Kegiatan ekspor maupun impor, identik dengan kegiatan jual beli barang biasa. Bedanya hanyalah dilakukan dengan bangsa lain, dibayar dengan valuta asing, dan memakai bahasa asing yang dimengerti kedua belah pihak (Amir, 2004:1).

Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1995 Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.

Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing (Amir, 2004:1).

Amir (2000:106) membedakan cara pemasaran barang ke luar negeri menjadi 2 yaitu barter dan ekspor. Dalam hal ini penulis akan fokuskan ke ekspor. Ekspor adalah barang dikirim ke luar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri. Sesuai dengan peraturan yang berlaku maka devisa dari ekspor ini dikuasai oleh pemerintah. Sedangkan eksportir menerima pembayaran dalam rupiah sesuai nilai lawan (kurs valuta) dalam bursa valuta.


(25)

commit to user 2. Komponen Biaya Ekspor

Komponen biaya ekspor adalah bagian-bagian dari biaya yang kalau dijumlahkan merupakan total pengeluaran yang menjadi landasan bagi perhitungan harga pokok ( Amir, 2004:108)

Kelompok biaya ekspor terdiri dari 4, yaitu : biaya pengadaan, biaya pengelolaan, pungutan-pungutan negara, dan jasa-jasa pihak ketiga ( Amir, 2004:109).

Biaya –biaya tersebut diantaranya :

a. Biaya pengadaan (procurement cost)

Dibagi dua yaitu:

1) Biaya produksi (production cost)

2) Nilai pembelian (buying cost) yang lazim juga disebut dengan biaya perolehan.

b. Biaya pengelolaan (handling charges)

1) Di tempat eksportir

a) Biaya pengepakan (packing).

b) Palleting.

c) Upah muat barang dari gudang ke atas alat angkut atau ke dalam peti kemas (stuffing).

d) Ongkos angkut barang dari gudang penyimpanan sampai ke pelabuhan (trucking).


(26)

commit to user

2) Biaya Pelabuhan (OPP-Ongkos Pelabuhan Pemuatan),

Biaya pergerakan kontainer sejak datang di pelabuhan sampai dinaikan ke atas kapal antara lain :

a) Lift On (Full/ Empty) Container

Biaya menaikkan kontainer (isi/ kosong) ke atas truk. b) Lift Off (Full /Empty) Container

Biaya menurunkan kontainer (isi/ kosong) dari atas truk. c) Cargodoring

Biaya memindahkan barang dari gudang ke tempat penimbunan

d) Haulage/ Trucking

Biaya memindahkan kontainer dari tempat penimbunan (C/Y) sampai dermaga.

e) Stevedoring

Biaya menaikan kontainer dari dermaga ke atas kapal. f) Sewa gudang, sewa peti kemas, sewa peralatan.

3) Receiving / Delivery Operation

Operasi penerimaan / penyerahan muatan, merupakan kegiatan menerima atau menyerahkan barang dari / ke wilayah pelabuhan.

4) Ongkos Kapal (Freight)

Adalah biaya atas muatan barang yang diangkut dari satu pelabuhan ke pelabuhan tujuan. Pembayaran biaya kapal bisa


(27)

commit to user

dilakukan di tempat pemuatan, atau dilakukan di tempat tujuan, tergantung dari kesepakatan antara eksportir dan importir yang tertuang di L/C atau di dalam sale’s contract.

Sebagai pedoman apakah biaya kapal dibayar di tempat pemuatan atau di tempat tujuan bisa dijelaskan sebagai berikut: a) FOB : Free On Board

Bila di dalam L/C tercantum FOB, maka biaya kapal dibayar di tempat tujuan.

b) C&F : Cost and Freight

Harga barang + ongkos pengapalan. c) CIF : Cost Insurance Freight

Bila di dalam L/C atau sales contract tercantum C&F atau CIF, maka biaya kapal di pelabuhan muat barang.

c. Pungutan-pungutan negara (export taxes)

Yang termasuk pungutan-pungutan negara antara lain: 1) pajak ekspor dan pajak ekspor tambahan(PE/PET)

2) bea barang dll.

d. Jasa-jasa pihak ketiga (third party service)

Biaya jasa pihak ketiga antara lain : 1) Biaya jasa transportasi (EMKL)


(28)

commit to user 2) Provisi bank dan bunga bank

3) Premi asuransi

4) Biaya surveyor (inspection certificate)

5) Biaya sertifikat mutu (quality certificate)

6) Biaya surat keterangan negara asal /SKA (certificate of origin)

7) Biaya sertifikat kesehatan (veterinary certificate/ health certificate)

8) Biaya karantina tanaman (phitosanitary certificate)

B. Freight Forwarder

1. Pengertian Freight Forwarder

Jasa Freight Forwarding adalah: usaha yang ditujukan untuk mewakili kepentingan pemilik barang, untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, laut dan udara yang dapat mencakup kegiatan penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan pengukuran, penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan, klaim asuransi, atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang-barang tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya. (Keputusan Menteri Perhubungan No. KM/10 Tahun 1988 tentang Jasa Pengurusan Transportasi).


(29)

commit to user 2. Aktivitas Freight Forwarder

Berikut ini disajikan beberapa aktivitas freight forwarding : a. Di negara eksportir

1) Memilih rute perjalanan barang, moda transportasi dan pengangkut yang sesuai, kemudian memesan ruang muat (space)

2) Melaksanakan penerimaan barang, menyortir, mengepak, menimbang berat, mengukur dimensi, kemudian menyimpan barang dalam gudang

3) Mempelajari letter of credit barang, peraturan negara tujuan ekspor, negara transit, negara impor kemudian mempersiapkan dokumen-dokumen yang lain

4) Melaksanakan transportasi barang ke pelabuhan laut/udara, mengurus izin Bea dan Cukai, kemudian menyerahkan barang ke pihak pengangkut

5) Membayar biaya-biaya handling serta membayarkan freight

6) Mendapatkan Bill of Lading/ Air Waybill dari pihak pengangkut

7) Mengurus asuransi transportasi barang dan membantu mengajukan klaim kepada pihak asuransi bila terjadi kehilangan/ kerusakan atas barang


(30)

commit to user b. Di laut

1) Memonitor perjalanan sampai ke pihak penerima, berdasarkan info dari pihak pengangkut dan agen forwarder di negara transit/tujuan

c. Di negara importir

1) Melaksaksanakan penerimaan barang dari pihak pengangkut

2) Mengurus izin masuk pada Bea Cukai serta menyelesaikan bea masuk dan biaya-biaya yang timbul di pelabuhan transit/tujuan

3) Melaksanakan transportasi barang dari pelabuhan ke tempat penyimpanan barang di gudang

4) Melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee, dan melaksanakan pendistribusian barang bila diminta

3. Pengepakan Peti Kemas (Container)

a. Pola Pengepakan FCL (Full Container Load)

FCL : shipper dan consignee bertanggung jawab untuk mengisi dan membongkar peti kemas.

shipper angkutan consignee CY CY

Gambar 2.1

Sumber : RP. Capt. Suyono


(31)

commit to user Prosedur pengepakan FCL adalah :

1) Peti kemas yang disupply oleh carrier atau dipinjam dari kontainer kering di stuffing oleh shipper di gudang shipper atau tempat lainnya. Setelah itu peti kemas disegel oleh Bea Cukai. 2) Peti kemas yang disegel dibawa oleh shipper atau oleh freight

kontainer ke CY ( container yard ) milik perusahaan pelayanan atau terminal yang ditunjuk carrier.

3) Di pelabuhan bongkar carrier mengurus pengangkutan dari peti kemas yang dibongkar dari CY dari pelayaran atau CY lain yang ditunjuk oleh carrier atas biaya carrier.

4) Dari CY consignee atau freight forwarding mengirim muatannya dalam peti kemas di Bea Cukai untuk mengangkat peti kemas kemudian ke gudangnya untuk di stripping atas biaya consignee. Tanggung jawab Shipper :

Semua biaya untuk mengangkut peti kemas kosong ke gudang shipper, stuffing peti kemas dan mengangkat ke CY dari carrier menjadi beban shipper.

Tanggung jawab Carrier :

1) Bertanggung jawab terhadap peti kemas dan isinya setelah menerimanya dari shipper di CY, carrier/ pelabuhan

2) Bertanggung jawab memuat peti kemas ke atas kapal.

3) Di pelabuhan bongkar, bertanggungjawab penuh membongkar peti kemas dari kapal dan mengangkut ke CY carrier atau CY pelabuhan.


(32)

commit to user

Tanggung jawab carrier berhenti setelah menyerahkan peti kemas kepada consignee atau kepada CY pelabuhan.

b. Pola Pengepakan LCL (Less Than Container Load)

LCL dapat diartikan sebagai muatan yang dimasukkan ke dalam peti kemas dan membongkarnya kembali.

Dikerjakan oleh perusahaan pelayaran atau cargo consolidator muatan EMKL. Mereka bertanggung jawab untuk memuat dan membongkar isi dari peti kemas.

shipper consignee

shipper angkutan consignee

shipper consignee

CFS CFS

Gambar 2.2

Sumber : RP. Capt. Suyono Prosedur pengepakan LCL :

1) Muatan dari beberapa shipper yang akan dikirim ke berbagai consignee diterima oleh carrier di CFS (container freight satation)

2) Carrier memuat ke peti kemas yang telah diisi oleh berbagai shipper (oleh shipper tunggal) ke atas kapalnya

3) Di pelabuhan tujuan, peti kemas yang sudah di bongkar dari kapal dibawa oleh pelayaran atau freightendder ke CFS untuk di stripping

4) Barang-barang secara parcel dapat diambil oleh berbagai consignee atau dikirim ke dalam muatannya.


(33)

commit to user Tanggung jawab Shipper :

Shipper bertanggung jawab sampai barangnya masuk CFS dari carrier.

Tanggungjawab Carrier :

1) Bertanggung jawab atas barang sejak waktu barang diterima dari shipper dan bertanggung jawab untuk stuffing dari kiriman barang jenis LCL ke dalam peti kemas atas biayanya dan memasukkan peti kemas ke atas kapal

2) Di tempat tujuan, carrier bertanggung jawab untuk membawa peti kemas yang dibongkar dari kapal ke CFS shipper dan memberi muatan LCL ke masing-masing consignee atas biaya carrier.

C. Jenis Tarif di Pelabuhan

1. Asuransi

Adalah suatu metode bagi pihak-pihak yang menginginkan perlindungan dari berbagai bentuk bahaya, dengan memberikan kontribusi pada suatu dana bersama yang diorganisasikan oleh perusahaan asuransi untuk memberikan pembayaran penggantian kerugian yang mungkin terjadi berdasarkan kontrak, apabila suatu pihak (perusahaan asuransi) untuk tujuan mendapat premium, berjanji memberikan ganti rugi kepada pihak lain (pembeli jasa asuransi) atas kerugian yang mungkin terjadi untuk bidang-bidang tertentu.


(34)

commit to user

Ketentuan asuransi di Indonesia diatur dalam kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) atau wetboek van koophandel :

a. KUHD buku I bab IX mulai pasal 246 s.d. 286 mengenai asuransi pada umumnya.

b. KUHD buku II bab IX mulai pasal 592 s.d. 685 yang mengatur asuransi pengangkutan di laut, baik mengenai asuransi kapal laut maupun muatan yang diangkut dengan kapal.

c. Undang-undang pelayaran no. 21/1992 pasal 86 tentang tanggung jawab pengangkut.

Jenis-jenis asuransi:

a. Asuransi Kerangka Kapal (hull & machinery insurance)

Jenis asuransi ini menutup kemungkinan kerugian atas kerangka kapal dan mesin kapal disebabkan oleh kejadian bahaya di laut (perils of the sea) seperti pelanggaran atau tabrakan, kerusakan mesin, cuaca buruk, dll.Asuransi ini ditutup oleh pemilik kapal.

b. Asuransi Muatan (cargo insurance) Asuransi muatan dibagi 2, yakni:

1) Cargo Marine Insurance

Asuransi yang ditutup oleh pemilik barang atas kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh kerusakan atau kehilangan barang selama dalam pelayaran.


(35)

commit to user 2) Cargo Liability Insurance

Asuransi yang ditutup oleh pengangkut atas kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh adanya tuntutan dari pemilik barang karena terjadi kerusakan atau kehilangan barang.Untuk menutup cargo liability, pihak pengangkut pada umumnya telah menjadi anggota P&I Club.

2. Tarif Pajak Ekspor

Tarif pajak ekspor adalah tarif yang dikenakan kepada komoditas ekspor tertentu, tarif ini tidak dikenakan ke semua komoditas ekspor. Berikut petikan Keputusan Mentri Keuangan tentang ketentuan tarif pajak ekspor:

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, yang dimaksud dengan :

a. Pungutan Ekspor adalah pungutan yang dilaksanakan atas barang ekspor tertentu.

b. Harga Patokan Ekspor (HPE) adalah harga patokan yang ditetapkan setiap bulan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang perdagangan berdasarkan harga rata - rata internasional.

c. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) adalah dokumen pabean yang digunakan untuk pemberitahuan pelaksanaan ekspor barang yang dapat berupa tulisan di atas formulir atau media elektronik.

Pasal 2


(36)

commit to user Pasal 3

a. Jenis barang ekspor tertentu dan besaran tarif Pungutan Ekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini.

b. Tarif Pungutan Ekspor sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak berlaku atas ekspor Refined Bleached Deodorized Palm Olein (RBD Olein) dalam kemasan maksimal 5 kg dan bermerk.

Pasal 4

a. Perhitungan Pungutan Ekspor adalah sebagai berikut ;

1) Dalam hal tarif Pungutan Ekspor ditetapkan secara advalorum, penentuan jumlah Pungutan Ekspor dihitung berdasarkan rumus: Tarif Pungutan Ekspor x Harga Patokan Ekspor (HPE) x Jumlah Satuan Barang x Nilai Kurs

2) Dalam hal tarif Pungutan Ekspor ditetapkan secara spesifik, penentuan jumlah Pungutan Ekspor dihitung berdasarkan rumus: Tarif Pungutan Ekspor dalam satuan mata uang tertentu x Jumlah Satuan Barang x Nilai Kurs

b. Tarif Pungutan Ekspor yang digunakan sebagai dasar perhitungan Pungutan Ekspor adalah Tarif Pungutan Ekspor yang berlaku pada saat PEB didaftarkan pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai.

c. HPE yang digunakan sebagai dasar perhitungan Pungutan Ekspor adalah HPE yang berlaku pada saat PEB didaftarkan pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai.


(37)

commit to user

d. Dalam hal tidak ada Harga Patokan Ekspor (HPE) penentuan jumlah Pungutan Ekspor dihitung berdasarkan Harga Free on Board (FOB) yang tercantum dalam PEB dengan rumus sebagai berikut :

Tarif Pungutan Ekspor x Jumlah Satuan Barang x Harga Free On Board (FOB) x Nilai Kurs

e. Nilai Kurs yang digunakan sebagai dasar perhitungan Pungutan Ekspor adalah Nilai Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku pada saat pembayaran Pungutan Ekspor dilakukan.

Pasal 5

Terhadap barang ekspor yang dikenakan Pungutan Ekspor berlaku tata niaga ekspor.

(Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 92/PMK.02/2005 tentang penetapan barang ekspor tertentu dan besaran tarif pungutan ekspor).

3. Tarif Pelayanan Jasa Barang: a. Dermaga

1) Setiap barang yang dimuat dan dibongkar lewat dermaga dikenakan uang dermaga (wharfage), (KM 65 tahun 1994, bab VIII, pasal 10).

Tarif uang dermaga :

a) Setiap barang yang dibongkar/ muat dari /ke kapal yang bertambat di dermaga umum langsung ke dermaga tersebut atau ke tongkang dengan tujuan tempat lain/sebaliknya, dan setiap barang yang dibongkar/ muat


(38)

commit to user

melalui tongkang ke/dari dermaga umum dikenakan uang dermaga sebesar tarif dasar.

b) Setiap barang yang dibongkar atau dimuat langsung dengan tongkang atau tidak dengan tongkang tanpa melalui dermaga umum dalam lingkungan daerah kerja pelabuhan untuk barang-barang milik sendiri dikenakan uang dermaga sebesar 50% dari tarif dasar dan untuk barang-barang pihak ketiga dikenakan sebesar tarif dasar.

c) Tarif jasa dermaga ditetapkan oleh departemen perhubungan

b. Penumpukan

1) Tarif jasa penumpukan didasarkan pada ton/ m³) barang dan hari lamanya penumpukan.

2) Dalam tarif penumpukan terdapat hari-hari dimana sewa penumpukan dibebaskan.

3) Gudang untuk barang berbahaya

Tarif penumpukan untuk barang berbahaya adalah sebagai berikut :

a) Terhadap barang berbahaya sebagaimana tercantum pada keputusan Menteri Perhubungan no. KM.127/PR-302/Phb-79 tanggal 1 juni 19KM.127/PR-302/Phb-79 yang ditumpuk di gudang/ lapangan khusus, dikenakan tarif lini pertama dengan tambahan sebesar 20% dari tarif dasar.


(39)

commit to user

b) Barang berbahaya yang diimpor harus diberi tanda khusus (label) atau keterangan serta nama dan sifat barang yang jelas dan mudah terbaca/terlihat, jika tidak ada tanda khusus maka dikenakan tarif sebesar 200% dari tarif dasar.

4) Barang mengganggu

Terhadap barang mengganggu seperti pupuk, sulfur, semen, carbon black, garam, terasi, dan ikan asin (semuanya dalam bungkusan) yang sifatnya mengganggu kondisi dan isi gudang serta kesehatan manusia, dikenakan tariff tambahan sebesar 20% dari tarif dasar.

5) Tarif penumpukan barang transshipment

a) Terhadap barang transshipment (through cargo) dibebaskan dari pengenaaan uang penumpukan selama 28 hari terhitung sejak tanggal selesai pembongkaran dari kapal pengangkut pertama (1stcarrier) sampai dengansaat selesainya pemuatan barang tersebut ke atas kapal pangangkut kedua (2ndcarrier).

b) Apabila waktu selesai pembongkaran dari kapal pengangkut pertama (1stcarrier) sampai dengan saat selesainya pemuatan ke atas kapal pengangkut kedua (2ndcarrier) melebihi waktu sebagaimana disebut pada butir (1) ayat ini untuk kelebihan waktu tersebut dikenakan tarif penumpukan sebesar tarif yang berlaku.


(40)

commit to user c. Pelayanan Peti Kemas

Pelayanan peti kemas di terminal peti kemas dihitung berdasarkan paket kegiatan sebagai berikut :

1) Paket kegiatan penanganan peti kemas status FCL dan LCL dengan satuan per box terdiri dari kegiatan operasi kapal (stevedoring, haulage/trucking, menumpuk ke lapangan atau sebaliknya, shifting, dermaga; buka/tutup palka dan kegiatan operasi lainnya)

2) Paket kegiatan penumpukan dengan satuan per box per hari (penumpukan lift on/lift off, gerakan extra, relokasi, angsur, dan kegiatan operasi lapangan lainnya)

3) Paket kegiatan penanganan uncontainerized cargo dengan satuan per unit

4) Paket kegiatan operasi Container Freight Station (CFS), konsolidasi kargo, distribusi kargo dan depo petikemas dengan satuan per Box, per Ton/ m³) dan satuan lainnya.

(stripping,stuffing, penumpukan, penerimaan/penyerahan dan kegiatan Operasi Container Freight Station lainnya)

5) Paket kegiatan penanganan lainnya dengan satuan per Box, palka dan Shift.


(41)

commit to user 4. Tarif peti kemas

Beberapa tarif peti kemas, antara lain :

a. Commodity Box Rate (CBR)

CBR merupakan tarif yang bulat untuk memuat peti kemas dengan berbagai jenis barang tertentu. Besarnya CBR dihitung dari pemakaian rata-rata dari box peti kemas, bila shipper dapat memuat lebih banyak maka hal itu merupakan keuntunganya. Keuntungan untuk carrier adalah mempermudah perhitungan dan mengurangi biaya administrasi.

b. Mix Commodity Box Rate

Tarif yang diberlakukan untuk FCL peti kemas yang berisi beberapa jenis barang. Pertama freight dihitung berdasarkan commodity/ class rate seperti perhitungan pada LCL peti kemas dan selanjutnya dibagi dengan total revenue ton muatan yang ada dalam peti kemas dan akan didapatkan rata-rata freight per box sama seperti CBR.

c. Break Bulk Rate

Tarif yang diberlakukan untuk LCL peti kemas yang dikenakan kepada masing-masing pemilik barang, kemudian forwarder membayar kepada carrier secara CBR.

d. Freight All Kinds (FAK)

FAK dihitung berdasarkan prinsip bahwa jenis barang apa saja yang masuk ke dalam peti kemas dikenakan freight yang sama tanpa memandang nilai dari komoditas dalam satu pelayaran.


(42)

commit to user

Dasar perhitungan FAK adalah tarif rata-rata dengan perhitungan total biaya yang dikeluarkan dibagi dengan jumlah peti kemas.

e. LCL Service Charge

Adalah biaya yang harus dibayar oleh pemilik barang untuk handling LCL container di pelabuhan, seperti stuffing, unstuffing, delivery, receiving, dan pemakaian alat mekanik, seperti lift on/lift off. LCL service charges sama seperti biaya OPP/OPT pada breakbulk cargo.

f. Demurrage

Demurrage merupakan denda (penalty) yang harus dibayar oleh pemilik barang karena pemakaian peti kemas melebihi free time, yakni waktu yang diberikan oleh pelayaran untuk mengosongkan atau mengembalikan peti kemas setelah dibongkar dari kapal. Apabila waktu yang ditentukan terlewat maka pemilik barang dikenakan demurrage. Lamanya free time ditentukan sendiri oleh perusahaan pelayaran dan berbeda antar masing-masing pelayaran. Ada yang seminggu, dua minggu, atau tiga minggu.Tarif harian juga berbeda antar perusahaan pelayaran.

g. Detention

Detention adalah denda (penalty) yang harus dibayar oleh pemilik barang apabila pengembalian peti kemas atau peralatan peti kemas, seperti chassis / prime mover melewati waktu yang diizinkan. Container on chassis dihitung mulai dipakai dari depot pelayaran atau UTPK.


(43)

commit to user h. Deposit

Deposit adalah sejumlah uang yang diserahkan oleh consignee kepada agen pelayaran sebagai jaminan pada waktu mengambil peti kemas dari CY. Jaminan diperlukan oleh agen pelayaran atas kemungkinan kekurangan pembayaran demurrage/detention dan untuk jaminan perbaikan peti kemas apabila ternyata pada waktu peti kemas kosong dikembalikan terdapat kerusakan. Jaminan akan diperhitungkan dengan seluruh biaya yang harus dibayar oleh pemilik barang dan apabila jaminan lebih besar maka sisanya akan dikembalikan.

i. Repair / Cleaning

Pada waktu MT container dikembalikan ke depot, pemilik barang harus membayar biaya cleaning dan repair (minor damage). Di indonesia, kebiasaannya adalah membebankan biaya tersebut secara pukul rata tanpa memperhatikan apakah benar peti kemas tersebut perlu dibersihkan dan diperbaiki. Selain itu, juga ada drop-off charges.

5. Tarif Conference

Pada umumnya conference menetapkan tarif yang berlaku umum dan dapat diketahui secara terbuka oleh siapa saja.Dalam system conference berlaku potongan harga resmi (official rebate) yang diberikan kepada para pelanggan yang setia, yang menggunakan kapal para anggota conference secara teratur.


(44)

commit to user

Potongan harga atau rabat yang diberikan conference dapat berupa:

a. Rabat langsung (cash rebate) : rabat yang segera dibayarkan setelah pengapalan barang terlaksana. Cash rebate juga dinamakan immediate rebate

b. Rabat tunda (deffered rebate) : rabat yang diberikan setelah jangka waktu tertentu, umpama setelah 3 bulan atau 6 bulan

6. Uang tambang

a. Uang tambang (freight)

Adalah uang yang diminta oleh perusahaan pelayaran untuk kompensasi biaya atas jasa mengangkut barang.

Jenis pungutan uang tambang :

1) Commodity Based (berdasarkan jenis barang), dimana uang tambang akan disesuaikan dengan jenis barangnya. Untuk pungutan seperti itu biasanya banyak dilakukan terhadap peti kemas.

2) Revenue Based (berdasarkan pendapatan), dimana uang tambang yang dihitung sebagai x persen dari harga barang (ad valorem). Misalnya 2% dari ad valorem

3) Cost Based (berdasarkan biaya), dimana biaya yang dikeluarkan sudah diperhitungkan. Misalnya biaya harian kapal (ship’s daily cost), biaya operasional, biaya tak langsung dan asuransi, serta biaya lain untuk mengoperasikan kapal.


(45)

commit to user

b. Surcharge (biaya tambahan), pungutan dilakukan tergantung dari bentuk, besar, berat, dimana diperlukan peralatan khusus untuk mengerjakan muatan tersebut.

Berikut beberapa istilah uang tambang yang perlu diketahui :

1) Advance Freight adalah uang tambang yang diminta di muka. Banyak kapal liner untuk muatan umum (general cargo) akan meminta agar uang tambang dapat dibayar di muka (advance feright). Biasanya uang tambang tidak akan diganti bila muatan atau kapal hilang dalam perjalanan.

2) Freight Collect, Payable at Destination, Freight Forward, atau Destination Freight adalah uang tambang yang dibayar bilamana muatan akan diserahkan. Carrier dapat menahan barang sebelum uang tambang dilunasi seluruhnya.

3) Dead Freight adalah uang tambang yang dapat diminta oleh pemilik kapal kepada charterer kapalnya bila charterer tidak dapat mengangangkut seluruh muatan atau charterer sudah memesan ruangan muatan dan telah disediakan pemilik kapal, akan tetapi kemudian charterer tidak jadi menggunakanya. Oleh karena itu, charterer harus membayar uang ganti rugi (dead freight).

4) Back Freight adalah uang tambang untuk muatan berlebih (overcarried cargo) yang tidak dapat dibongkar di tempat tujuan, tetapi terpaksa dibawa kapal untuk dibongkar ditempat lain.


(46)

commit to user

5) Freight All Kinds (FAK) adalah uang tambang, yang tarif atau besarnya sama, yang dikenakan untuk setiap peti kemas yang diangkut, dan biasanya untu jarak dekat.

c. Sistem tarif

Dalam system tarif, dikenal beberapa jenis tarif, yakni :

1) Based Rate

Adalah tarif yang berlaku antara pelabuhan utama (base port) yang disinggahi secara langsung. Shipment untuk outport yang disinggahi secara langsung akan dilayani melalui transshipment dari base port atau kalau muatan mencapai jumlah minimum tertentu (minimum inducement), maka pelabuhan itu akan disinggahi secara langsung. Outport dikenakan biaya tambahan (additional freight) dengan kemungkinan range additional atau outport additional.

2) Class Rate

Adalah tarif yang dikenakan pada barang yang dikelompokan dalam satu kelas. Setiap kelas mempunyai tarif tersendiri dan semua barang yang termasuk dalam kelas yang sama akan mempunyai tarif yang sama.

3) Commodity Rate

Adalah tarif yang dikenakan untuk setiap jenis atau komoditas barang mempunyai tarif tersendiri.


(47)

commit to user 4) Valuation Scale

Digunakan untuk menghitung freight yang didasarkan atas harga barang per ton/m³. Kenaikan harga barang akan mengkibatkan

5) Lump Sum Freight

Adalah freight yang dihitung berdasarkan atas unit atau sejumlah unit tertentu.

6) Ad Volarem

Adalah freight yang dihitung berdasarkan persentase tertentu atas harga barang, yang berkisar antara 2 atau 3 persen.Ad volarem freight biasanya diberlakukan terhadap barang-barang yang bernilai tinggi.

7) Minimum Freight (M/W)

Adalah freight minimum yang harus dibayar per B/L oleh pemilik barang dan jumlahnya bukan berdasarkan ton/m³ barang.

8) Additional Freight (Surcharge)

Dikenakan pada barang yang mempunyai volume dan berat melebihi normal, yang memerlukan peralatan dan penanganan khusus dalam memuat/membongkarnya. Untuk dapat menutupi biaya tambahan, maka freight untuk barang itu dikenakan bea tambahan (surcharge) berupa:


(48)

commit to user a) Heavy Leave Surcharge

Untuk barang yang mempunyai berat diatas 5 ton secara bertingkat dikenakan tambahan freight heavy-lift surcharge.

b) Long Length Surcharge

Untuk barang yang panjangnya melebihi 8 meter, secara bertingkat dikenakan tambahanfreight long length surcharge.

c) Bulky Surcharge

Untuk barang yang melebihi 9 m³ (over dimension/ out of gauge), secara bertingkat dikenakan bulky surcharge.

d) Occasional Surcharge

Untuk kondisi dan kejadian tertentu yang menyebabkan meningkatnya biaya operasional, dikenakan biaya tambahan berupa :

i. Bunker Adjustment Factor (BAF)

Biaya yang dibebankan karena adanya kenaikan harga bunker pada waktu perang Israel-mesir, yakni BAF atau FAF (fuel adjustment factor).

ii. Currency Adjustment Factor (CAF)

Biaya yang dibebankan karena adanya gejolak mata uang di negara tertentu, khususnya yen jepang terhadap dollar AS, yang mengakibatkan


(49)

commit to user

pengeluaran biaya (disbursement) kapal di pelabuhan jepang menjadi lebih tinggi sedangkan freight yang dihitung dalam dollar nilainya tetap.

iii. War Risk

Biaya yang dibebankan kepada pemilik barang apabila kapal harus menyinggahi suatu pelabuhan dari negara yang sedang berperang atau situasi di negara itu sedang kacau, yakni war risk additional surcharge atau extra risk insurance surcharge (ERIS).

iv. Port Congestion

Apabila suatu pelabuhan mengalami kongesti, maka laydays akan bertambah sehingga biaya operasional meningkat. Untuk menutupi kenaikan biaya itu, perusahaan pelayaran membebankan kepada pemilik barang berupa congestion surcharge.


(50)

commit to user D. Dokumentasi

Perdagangan ekspor impor juga biasa disebut perdagangan dokumen (Amir, 2002:40).

Dokumen Ekspor adalah semua dokumen-dokumen yang diperlukan oleh eksportir sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama dalam proses ekspor.

Tabel 2.1 Dokumen Ekspor

No Jenis Dokumen

1 L/C (Letter of Credit) 2 Packing List

3 Invoice

4 PEB (Persetujuan Ekspor Barang) 5 CTPS, PRA LPS, PPBE

6 Shipping Instruction (SI) 7 B/L (Bill of Lading)

8 COO (Certificate of Origin), Surat Permohonan + Surat Pernyataan

9 Beneficiary’s Certificate

10 Draft, Surat Penyerahan Wesel Ekspor, Surat Jaminan Sumber : Drs. Sugiarto, 1999


(51)

commit to user 1. L/C (Letter of Credit)

L/C (Letter of Credit) adalah suatu jaminan yang diterbitkan oleh suatu bank, atas beban dan kepentingan pembeli (applicant) atau atas beban bank itu sendiri, untuk melakukan pembayaran kepada beneficiary atas nilai wesel (draft) dan atau dokumen yang diserahkan.

Dengan dibukanya L/C maka tanggung jawab pembayaran dari importir sudah beralih kepada bank pembuka L/C (Opening Bank/ Issuing Bank) untuk membayar kepada beneficiary atau eksportir/ supplier.

2. Packing List

Packing List adalah daftar dan informasi mengenai barang yang akan dikirim ke importir di luar negeri.

Informasi pokok yang ada didalam Packing List adalah : a. Description of Good (uraian barang/ nama barang) b. Quantity (jumlah barang)

c. Gross Weight dan Nett Weight (berat kotor dan berat bersih) d. Measurement (ukuran dalam volume m³)

3. Invoice

Invoice adalah dokumen ekspor yang memuat informasi mengenai berapa besar nilai barang yang diekspor tersebut, dalam mata uang dolar atau lainnya, sehingga data yang terdapat dalam Invoice adalah :

a. Description of Good (nama barang) b. Quantity (jumlah barang)

c. Unit Price (harga per unit)


(52)

commit to user 4. PEB

PEB merupakan dokumen ekspor yang harus disiapkan oleh EMKL, dimana EMKL tinggal mengisi data-data di lembar PEB (online) yang sudah tersedia di Bea Cukai.

PEB ini dilengkapi dengan lembar lanjutan, bilamana barang yang diekspor lebih dari satu jenis barang (lebih dari satu HS) dan dibuat dalam rangkap 3 (bilamana eksportir membutuhkan arsip jumlah lembar bisa ditambah).

5. CTPS, PRA LPS, PPBE

a. Catatan Tanda Pengenal Surveyor (CTPS) b. Pra Laporan Pemeriksaan Surveyor (PRA LPS) c. Permintaan Pemeriksaan Barang Ekspor (PPBE) 6. Shipping Instruction

Shipping Instruction (SI) adalah dokumen yang dibuat oleh eksportir untuk booking ruang kapal dan sekaligus pesan kontainer serta memuat data-data untuk dasar pembuatan Bill of Lading. Shipping Instruction adalah bukan dokumen ekspor pokok dan bisa dikategorikan sebagai dokumen pendukung, namun mempunyai fungsi yang strategis karena sebagai jembatan informasi antara eksportir sebagai penerima L/C dan Shipping Company yang memuat Bill of Lading.

7. B/L (Bill of Lading)

B/L (Bill of Lading) adalah tanda terima pengiriman barang-barang yang diberikan oleh pengangkut (carrier) kepada pengirim barang (shipper). Isinya menyatakan bahwa barang-barang tersebut telah diterima dan


(53)

commit to user

disetujui oleh pengangkut untuk diangkut ke pelabuhan tujuan dan diserahkan disana kepada penerima barang (consignee) yang ditunjuk oleh pengirim barang.

Untuk angkutan laut disebut ‘Marine Bill of Lading’ atau ‘Ocean Bill of Lading’, untuk angkutan udara disebut ‘Airway Bill’ atau ‘Air Consigment Note’ untuk angkutan kereta api disebut ‘Railway Consigment Note’, untuk angkutan terpadu digunakan ‘Combined Transport Document’ atau ‘Multimodal Transport Bill of Lading’.

8. COO (Certificate of Origin), Surat Permohonan + Surat Pernyataan

Inti dari COO adalah pernyataan dari pemerintah Indonesia yang dalam hal ini diwakili oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang menyatakan bahwa ”barang-barang yang diekspor tersebut benar-benar dibuat di Indonesia” (di negara asal barang ekspor).

Surat Permohonan dan Surat Pernyataan yang sudah disiapkan tersebut diserahkan ke Departemen Perdagangan dan Perindustrian dengan dilampiri :

a. Copy Packing List b. Copy Invoice c. Copy PEB

d. Copy Pra LPS (bila ada) e. Copy Bill of Lading f. Copy L/C


(54)

commit to user 9. Beneficiary’s Certificate

Beneficiary’s Certificate adalah surat pernyataan yang dibuat oleh eksportir yang menyatakan bahwa copy dari dokumen-dokumen ekspor yang diminta telah dikirim ke alamat importir sesuai dengan syarat L/C, dengan dilampirkan bukti/ resi pengiriman dari Pos/ DHL.

10. Draft, Surat Penyerahan Wesel Ekspor, Surat Jaminan

Draft adalah semacam kwitansi yang dibuat forwarding dan ditujukan ke bank pembuka L/C di luar negeri. Surat Penyerahan Wesel Ekspor adalah semacam surat pengantar untuk penyerahan dokumen-dokumen ekspor ke bank untuk dinegosiasi. Surat jaminan diperlukan bila dalam dokumen yang akan dinegosiasikan terdapat penyimpangan (discrepancy).


(55)

commit to user E. INCOTERM 2000

1. Ex Works (ExW)… (disebut nama tempat)

“Ex Works” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang, bila dia menempatkan barang untuk pembeli di tempat kediaman penjual atau tempat lain yang ditentukan (yakni tempat kerja, pabrik, gudang, dll) belum diurus formalitas ekspornya dan juga tidak dimuat ke atas kendaraan pengangkut manapun.

Syarat ini merupakan kewajiban yang paling ringan bagi penjual, dan pembeli wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan kewajiban untuk mengambil barang dari tempat penjual.

Namun bila pihak-pihak terkait menginginkan penjual bertanggung jawab untuk memuat barang pada saat pemberangkatan dan memikul semua resiko dan biaya pemuatan itu, maka hal ini harus dijelaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang tegas dalam kontrak jual beli.

Syarat ini jangan dipakai bila pembeli tidak mungkin mengurus formalitas ekspor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal seperti itu, maka sebaiknya dipakai syarat FCA, asal saja penjual setuju bahwa dia akan melakukan pemuatan barang atas biaya dan resikonya sendiri.

2. Free Carrier (FCA)… (disebut nama tempat)

“Free Carrier” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang, yang sudah mendapat ijin ekspor, kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli di tempat yang disebut. Harus dicatat bahwa pemilihan tempat penyerahan mempunyai dampak pada kewajiban muat bongkar barang. Jika penyerahan


(56)

commit to user

terjadi di tempat penjual, maka penjual bertanggung jawab untuk memuat. Jika penyerahan terjadi di tempat lain, penjual tidak bertanggung jawab untuk membongkar.

Syarat ini dapat dipergunakan tanpa memandang jenis alat angkut, termasuk alat angkut aneka wahana.

Pengangkut berarti setiap orang dalam kontrak angkutan yang bertanggung jawab untuk mengangkut atau menjamin mengangkut dengan kereta api, jalan raya, udara, laut, sungai, atau dengan kombinasi dari alat angkut itu.

Jika pembeli menunjuk orang selain dari pengangkut untuk menerima barang, maka penjual dianggap telah memenuhi kewajibannya menyerahkan barang bila barang telah diserahkannya kepada orang itu.

3. Free Alongside Ship (FAS)… (disebut nama kapal pelabuhan pengapalan) “Free Alongside Ship” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang, bila barang itu ditempatkan di samping kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut. Ini berarti pembeli wajib memikul semua biaya dan semua resiko kehilangan atau kerusakan atas barang mulai saat itu.

Syarat FAS menuntut penjual mengurus formalitas ekspor. Syarat ini berlawanan dengan versi Incoterm sebelumnya yang menuntut pembeli untuk mengurus formalitas ekspor.

Namun bila pihak-pihak terkait menginginkan supaya pembeli mengurus formalitas ekspor, maka hal ini harus ditegaskan dengan cara menambahkan kata yang tegas dalam kontrak jual beli. Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja.


(57)

commit to user

4. Free On Board (FOB)… (disebut nama pelabuhan pengapalan)

“Free On Board” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang bila barang melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut. Ini berarti pembeli wajib memikul semua biaya dan resiko atas kehilangan atau kerusakan barang mulai dari titik itu. Syarat FOB menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor.

Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja. Jika pihak-pihak terkait tidak bermaksud untuk menyerahkan barang melewati pagar kapal. Maka syarat FCA harus dipakai.

5. Cost and Freight (CFR)… (disebut nama pelabuhan tujuan)

“Cost and Freight” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang bila barang melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib membayar biaya-biaya dan ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi resiko hilang atau kerusakan atas barang, termasuk setiap biaya tambahan sehubungan dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan, berpindah dari penjual kepada pembeli.

Syarat CFR menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja jika pihak-pihak terkait tidak bermaksud melakukan penyerahan.

6. Cost Insurance and Freight (CIF)… (disebut nama pelabuhan tujuan) “Cost Insurance and Freight” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang bila barang itu melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan.


(58)

commit to user

Penjual wajib membayar semua biaya dan ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi resiko hilang atau kerusakan atas barang, termasuk setiap biaya tambahan sehubungan dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan, berpindah dari penjual kepada pembeli. Namun, dalam syarat CIF penjual wajib pula menutup asuransi angkutan laut terhadap resiko rugi atau kerusakan atas barang yang mungkin diderita pembeli selama barang dalam perjalanan.

Berkenaan dengan hal itu, penjual wajib menutup asuransi dan membayar premi. Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIF penjual diwajibkan menutup asuransi hanya dengan syarat pertanggungan minimum. Sekiranya bila pembeli menginginkan perlindungan yang lebih besar, maka pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan penjual secara tegas, atau pembeli sendiri harus mengurus asuransi tambahan itu.

Syarat CIF menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai. Jika pihak-pihak terkait tidak bermaksud untuk menyerahkan barang melewati pagar kapal, maka syarat CIP yang harus dipakai.

7. Carriage Paid To (CPT)… (disebut nama tujuan)

“Carriage Paid To” berarti bahwa penjual menyerahkan barang kepada pengangkut yang ditunjuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang sampai ke tempat tujuan yang disebut. Ini berarti pembeli memikul resiko dan


(59)

commit to user

membayar setiap ongkos yang timbul setelah barang diserahkan secara demikian.

“Carrier” berarti setiap orang yang mengadakan kontrak angkutan bertanggungjawab melakukan atau menjamin terlaksananya pengangkutan kereta api, jalan darat, udara, laut, sungai, atau dengan kombinasi dari alat angkut itu.

Sekiranya dipakai pengangkut pengganti untuk meneruskan pengangkutan sampai ke tempat tujuan yang dijanjikan, maka resiko (penjual) berakhir bila barang telah diserahkan kepada pengangkut pertama.

Syarat CPT mewajibkan penjual mengurus formalitas ekspor. Syarat ini boleh dipakai untuk alat angkut apa saja, termasuk alat angkut aneka wahana (multimodal transport).

8. Carriage and Insurance Paid To (CIP)... (disebut nama tempat tujuan) “Carriage and Insurance Paid To” berarti bahwa penjual menyerahkan barang kepada pengangkut yang ditunjuk sendiri tetapi penjual wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang sampai ke tempat tujuan yang disebut. Ini berarti pembeli memikul semua resiko dan membayar setiap ongkos yang timbul setelah barang diserahkan secara demikian. Namun dalam CIP, penjual wajib menutup asuransi terhadap resiko rugi dan kerusakan atas barang yang menimpa pembeli selama barang dalam perjalanan.

Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIP, penjual dituntut untuk menutup asuransi hanya dengan syarat minimum. Sekiranya pembeli menginginkan perlindungan yang lebih besar, maka pembeli perlu


(60)

commit to user

mengadakan persetujuan dengan penjual secara tegas atau pembeli sendiri harus mengurus asuransi tambahan itu.

“Carrier” berarti setiap orang yang mengadakan kontrak angkutan bertanggung jawab melakukan atau menjamin terlaksananya pengangkutan kereta api, jalan darat, udara, laut, sungai, atau dengan kombinasi dari alat angkut itu.

Sekiranya dipakai pengangkut pengganti untuk meneruskan pengangkutan sampai ke tempat tujuan yang dijanjikan, maka resiko (penjual) berakhir bila barang telah diserahkan kepada pengangkut pertama. Syarat CIP mewajibkan penjual mengurus formalitas ekspor. Syarat ini boleh dipakai untuk alat angkut apa saja, termasuk alat angkut aneka wahana (multimodal transport).

9. Delivered At Frontier (DAF)... (disebut tempat)

“Delivered At Frontier” berarti bahwa penjual menyerahkan barang bila barang telah ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli pada saat datangnya alat angkut, belum dibongkar, sudah diurus formalitas ekspornya, namun belum diurus formalitas impornya, ditempat atau pada titik yang disebut wilayah perbatasan, tetapi belum memasuki wilayah pabean dari negara yang bertetangga. Istilah “frontier” boleh dipakai untuk daerah perbatasan mana saja, termasuk perbatasan dari negara pengekspor itu sendiri. Oleh karena itu, penting sekali untuk merumuskan secara tepat tentang perbatasan dengan selalu menyebut titik dan tempat dalam syarat itu.


(61)

commit to user

Namun, bila pihak-pihak terkait menginginkan penjual untuk bertanggungjawab membongkar barang dari alat angkut yang baru dan memikul semua resiko serta biaya pembongkaran, maka hal ini harus dibuat sejelas-jelasnya dengan menambahkan kata-kata yang tegas dalam kontrak jual beli bersangkutan.

Syarat ini boleh dipakai untuk alat angkut apa saja bilamana barang harus diserahkan di perbatasan daratan. Bila penyerahan itu harus dilakukan di pelabuhan tujuan, di atas kapal, atau di dermaga, dipakai syarat DES dan DEQ.

10. Delivered Ex Ship (DES)… (disebut nama pelabuhan tujuan)

“Delivered Ex Ship” berarti penjual menyerahkan barang bila barang itu ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli di atas kapal, belum diurus formalitas impornya, di pelabuhan tujuan yang disebut.

Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan barang sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut sebelum dibongkar. Bila pihak-pihak terkait menginginkan penjual memikul biaya dan resiko pembongkaran barang, maka sebaiknya dipakai syarat DEQ.

Syarat ini hanya dapat dipakai bila barang akan diserahkan melalui laut atau sungai atau dengan alat angkut aneka wahana di atas kapal di pelabuhan tujuan.

11. Delivered Ex Quay (DEQ)… (disebut nama pelabuhan tujuan)

“Delivered Ex Quay” berarti penjual menyerahkan barang bila barang dalam kewenangan pembeli di atas dermaga, belum diurus formalitas impornya, di pelabuhan tujuan yang disebut.


(62)

commit to user

Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan barang sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut dan membongkar barang di atas dermaga. Syarat DEQ menuntut pembeli untuk mengurus formalitas impor dan membayar semua biaya resmi, bea masuk, pajak, dan biaya-biaya lain yang dipungut atas impor.

Syarat ini merupakan kebalikan dari versi Incoterm sebelumnya yang mengharuskan penjual mengurus formalitas impor.

Jika pihak-pihak terkait menginginkan semua atau sebagian dari biaya pengimpor atas barang menjadi tanggungan pihak penjual. Maka hal ini harus dijelaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang tegas dalam kontrak jual beli.

Syarat ini hanya dapat dipakai bila barang akan diserahkan melalui laut, sungai, atau alat angkut aneka wahana yang dibongkar dari suatu kapal ke atas dermaga di pelabuhan tujuan. Namun bila pihak-pihak terkait menginginkan untuk memasukkan menjadi tanggung jawab penjual, semua resiko dan biaya pengelolaan barang mulai dari dermaga ke tempat-tempat lain (gudang, terminal, stasiun angkutan, dll) dalam kawasan pelabuhan atau di luar kawasan, dipakai syarat DDU dan DDP.

12. Delivery Duty Unpaid (DDU)… (disebut nama tempat tujuan)

“Delivery Duty Unpaid” berarti penjual meyerahkan barang kepada pembeli, belum diurus formalitas impornya, dan belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru datang di tempat tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan barang tersebut sampai ke sana, kecuali bea masuk (istilah ini termasuk tanggung


(63)

commit to user

jawab mengurus formalitas pabean, pembayaran biaya resmi atau formalitas, bea masuk, pajak, dan biaya lainnya) yang diperlukan di negara tujuan. Bea masuk semacam itu harus dipikul oleh pembeli termasuk semua biaya dan resiko yang disebabkan oleh kegagalan mengurus formalitas impor pada waktunya.

Namun, bila pihak-pihak terkait menginginkan penjual yang akan mengurus formalitas kepabeanan dan memikul biaya dan resiko yang ditimbulkan, termasuk biaya impor lainnya, maka hal ini harus ditegaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang jelas dalam kontrak jual beli.

Syarat ini dapat dipakai untuk alat angkut apa saja, tetapi bila penyerahan barang akan dilakukan di pelabuhan tujuan di atas kapal atau di atas dermaga, dipakai syarat DES atau DEQ.

13. Delivered Duty Paid (DDP)… (disebut tempat tujuan)

“Delivered Duty Paid” berarti penjual menyerahkan barang kepada pembeli, sudah diurus formalitas impornya, namun belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru datang di tempat tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan barang sampai ke sana, termasuk tanggung jawab mengurus bea masuk (istilah ini termasuk tanggung jawab mengurus formalitas pabean, pembayaran biaya resmi, atau formalitas, bea masuk, pajak, dan biaya lainnya yang diperlukan di negara tujuan).

Sementara syarat EXW menggambarkan tanggung jawab yang minimal dari penjual, maka syarat DDP memberikan gambaran suatu tanggungjawab yang maksimal kepada penjual.


(64)

commit to user

Syarat ini janganlah dipakai bila secara langsung atau tidak langsung penjual tak mungkin memperoleh izin impor. Namun, bila pihak-pihak terkait ingin mengeluarkan dari tanggung jawab penjual beberapa jenis biaya yang dikenakan atas impor barang (seperti Pajak Pertambahan Nilai atau VAT), maka hal ini harus dijelaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang tegas dalam kontrak jual beli. Bila pihak-pihak terkait menginginkan pembeli yang akan memikul semua resiko dan biaya pengimporan ini, maka dipakai syarat DDU.

Syarat ini boleh dipakai untuk jenis alat angkut mana saja, tetapi bila penyerahan barang akan dilakukan di pelabuhan tujuan di atas sebuah kapal atau di atas dermaga, maka dipakai syarat DES atau DEQ.

Sumber : Amir MS, 2000

Kesimpulannya, dalam Incoterm 2000 adalah sbb : Tabel 2.2

Incoterm 2000 Group E → Pemberangkatan

EXW : Ex Works (ExW)… (disebut nama tempat)

Penjual berkewajiban menempatkan barang ke dalam kewenangan pembeli di tempat yang disepakati (di kantor, di pabrik/ di gudang).

Group F → Angkutan utama belum dibayar

Penjual menyerahkan barang kepada pengangkut sesuai instruksi pembeli. FCA : Free Carrier (FCA)… (disebut nama tempat)

FAS : Free Alongside Ship (FAS)… (disebut nama kapal pelabuhan pengapalan)

FOB : Free On Board (FOB)… (disebut nama pelabuhan pengapalan) Group C → Angkutan utama dibayar


(65)

commit to user biaya penjual sendiri.

CFR : Cost and Freight (CFR)… (disebut nama pelabuhan tujuan)

CIF : Cost Insurance and Freight (CIF)… (disebut nama pelabuhan tujuan) CPT : Carriage Paid To (CPT)… (disebut nama tujuan)

CIP : Carriage and Insurance Paid To (CIP)... (disebut nama tempat tujuan) Group D → Sampai tujuan

Penjual bertanggung jawab atas sampainya barang di tempat yang disepakati atau titik tujuan di perbatasan atau di dalam negara pengimpor (termasuk resiko/ biaya s/d tujuan).

DAF : Delivered At Frontier (DAF)... (disebut tempat)

DES : Delivered Ex Ship (DES)… (disebut nama pelabuhan tujuan) DEQ : Delivered Ex Quay (DEQ)… (disebut nama pelabuhan tujuan) DDU : Delivery Duty Unpaid (DDU)… (disebut nama tempat tujuan) DDP : Delivered Duty Paid (DDP)… (disebut tempat tujuan)


(66)

commit to user BAB III

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Gambaran umum PT Mekar Cargo.

PT Mekar Cargo merupakan International sea and air freight forwarding yaitu perusahaan jasa yang melayani pengurusan muatan melalui laut dan udara, didirikan pada tahun 1992 dengan alamat Jl. R.E Martadinata No. 8 Blok B14 Jakarta 14430.

PT Mekar Cargo memberikan pelayanan dengan segala jenis transportasi baik untuk keperluan ekspor maupun impor. Barang yang datang dan pergi keluar batas negara diatur melalui jaringan agen yang telah dimiliki oleh PT Mekar Cargo di berbagai negara di dunia.

PT Mekar Cargo menangani rata-rata 1000 kontainer per bulan ke / dari pelabuhan di seluruh dunia. Setiap minggu divisi NVOCC (Non Vessel Operating Common Curier) dan consolidation division menawarkan layanan konsolidasi mingguan melalui jalur perdagangan utama. Untuk beberapa pelabuhan bahkan dua kali atau tiga kali per minggu.

PT MEKAR CARGO juga memiliki divisi udara sendiri, menangani selama bertahun-tahun semua jenis pengiriman udara, dan diatur dengan jaringan keagenan yang dimiliki PT Mekar Cargo.

Selain menangani muatan dalam hal stuffing (pemasukan barang), stripping (pengeluaran barang) ke dan dari dalam container (peti kemas) dan truk, PT Mekar Cargo juga menawarkan pelayanan seperti packing


(67)

commit to user

(pengepakan), stickering (memberi pelakat), inspection of the commodity (pemeriksaan barang), pick and pack (memilih dan melakukan pembungkusan) sesuai dengan jenis barang.

PT Mekar Cargo telah mendapat surat izin usaha dari departemen teknis. Dalam waktu yang relatif singkat PT Mekar Cargo memperluas usahanya dengan mendirikan branch office (kantor cabang), warehouse (gudang), container yard (lapangan peti kemas) di beberapa kota di Indonesia yang meliputi :

a. Bandung , sebagai kantor cabang, gudang, lapangan peti kemas. Alamat : Ruko Kopo Plaza D22-23,

Jl. Peta Lingkar Selatan Bandung 40233 Telp : (022) 6040567 / 642123, 6000068

Fax : (022) 6000069

b. Semarang, sebagai kantor cabang

Alamat : Ruko Semarang Indah Blok E1 No.17-18 Jl. Madukoro Raya, Semarang

Telp : (024) 7607111

Fax : (022) 6000069

c. Yogyakarta, sebagai kantor cabang

Alamat : Jl. Jokokaryan No. 30, Yogyakarta

Telp : (0274) 389784

Fax : (0274) 372755

d. Solo, sebagai kantor cabang


(68)

commit to user Blok JC-19 Solobaru

Telp : (0271) 626420

Fax : (0271) 626423

e. Bali, sebagai kantor cabang

Alamat : Jl. By Pass Gusti Ngurah Rai 88A-Graha Tuban,Tuban, Bali

Telp : (0361) 763825

Fax : (0361) 768048

f. Surabaya, sebagai kantor cabang

Alamat : Jl. Tanjung Batu No. 22 Blok A, No. 4-5 Surabaya 60165

Telp : (031) 3578833

Fax : (031) 3577873

g. Cikarang, sebagai kantor cabang

Alamat : Komplek Industri JABABEKA, Jl. Jababeka Raya Blok B No. 25, Cikarang, Bekasi

Telp : (021) 89830279

Fax : (021) 893452

h. Batam, sebagai kantor cabang

Alamat : Jl. Laksamana Bintan Blok 6 No. 5 Komplek Executive Center, Sel Panas, Batam

Telp : (0778) 428040


(1)

commit to user

3. Keunggulan Penggunaan Jasa Freight Forwarding dibandingkan

Melakukan Ekspor Secara Langsung.

Dibanding ekspor secara langsung, penggunaan jasa freight forwading

dalam proses pengurusan pengiriman barang ekspor memiliki beberapa keunggulan antara lain :

a. Membantu eksportir dalam melakukan penyerahan barang tepat pada

waktunya.

1) Freight forwarder berperan dalam memesan ruangan di kapal (booking space) dan memperkirakan waktu pengapalan (sailing

date) yang sesuai dengan waktu penyerahan (delivery time) yang

disepakati dengan pembeli. Hubungan yang terjalin lama antara

freight forwarder dengan perusahaan pelayaran, memungkinkan

pembukuan muatan oleh freight forwarder dengan perusahaan

pelayaran lebih mudah dilakukan dibanding oleh eksportir

sendiri. Karena semua dokumen ekspor dikerjakan oleh freight

forwarder yang dianggap oleh pejabat Bea Cukai sudah biasa menangani dokumen ekspor tersebut, maka hal inipun sangat memperlancar pula penyelesaian muat bongkar barang.

b. Membantu pengawasan atas barang supaya tetap dalam keadaan utuh

dan dalam kondisi baik (intact and good condition).

1) Pembeli menginginkan barang dalam keadaan utuh dan tidak

rusak (undamaged) sehingga dalam keadaan siap jual atau siap

pakai (ready for sale or ready for use). Jika barang rusak selama


(2)

commit to user

(reputation) dari eksportir, yang berarti pula akan kehilangan

kesempatan untuk memperoleh pesanan ulang (repeat order).

Pembayaran juga bisa tertunda sampai barang-barang yang rusak itu selesai diperbaiki. Kerusakan barang sebagian

bersumber dari cara pengepakan yang kurang tepat. Freight

forwarder mempunyai peralatan yang lengkap untuk

pengepakan barang-barang yang sesuai dengan angkutan peti kemas, pallets, dll.

c. Membantu menekan biaya serendah-rendahnya.

1) Biasanya perusahaan forwarding memiliki service kontrak

dengan pihak shipping line atau air line. Service kontrak adalah

perusahaan forwarding memesan tempat kepada shipping line

atau air line dan mampu menjualkan sejumlah tertentu kontainer

dengan harga yang disepakati dalam waktu tertentu.

2) Untuk komoditi ekspor yang baru pada taraf promosi, freight

forwarder ada kalanya dapat merundingkan ongkos angkut yang

khusus dengan perusahaan pelayaran. Hal ini dimungkinkan karena maskapai pelayaran menyadari bahwa apabila terdapat komoditi baru yang kemungkinan besar untuk ekspor, hal ini berarti suatu tambahan muatan bagi perusahaan bersangkutan di masa yang akan datang.

3) Untuk komoditi ekspor partai kecil freight forwarder dapat

menawarkan pengangkutan dengan kontainer atas dasar


(3)

commit to user

than container load) cara ini akan sangat bermanfaat mengingat

banyaknya eksportir kecil (kerajinan) dan dengan

berkembangnya pengangkutan laut dengan memakai peti kemas.

Dalam hal ini freight forwarder mengumpulkan

partai-partai kecil komoditi ekspor ini kemudian memuatnya ke dalam peti kemas di gudangnya sendiri (CFS) di pelabuhan muatan. Barang-barang ini selanjutnya dikirimkan bersama-sama dalam satu kontainer ke pelabuhan tujuan yang ditentukan serta membongkarnya lagi di pelabuhan tersebut.

Pengapalan barang-barang semacam ini diselenggarakan dengan naungan satu konsumen. Di pelabuhan tujuan agen dari

freight forwarder menerima dan membongkar peti kemas

tersebut serta meneruskan pengiriman masing-masing partai kecil itu ke setiap alamat yang dituju. Dengan cara ini

masing-masing pemilik barang (shipper) hanya membayar ongkos yang

minimal dan memperoleh keuntungan dari pengangkutan dengan peti kemas seperti terhadap pencurian, gangguan dalam perjalanan, dsb.

d. Membantu mengamankan barang

1) Seandainya terjadi keterlambatan dalam pelayaran, sehingga

masa laku izin impor dari pembeli berakhir maupun masa laku dari L/C berakhir sehingga barang-barang yang terlanjur dikirimkan belum dapat diterima ataupun ditolak oleh pembeli


(4)

commit to user

tujuan dapat diminta bantuannya untuk mengamankan barang tersebut sampai terdapat penyelesaian dengan pembeli bersangkutan.

2) Apabila terdapat kerusakan yang mengakibatkan penolakan atas

barang, maka freight forwarder dapat diminta bantuannya untuk

menyimpan barang tersebut sampai ada penyelesaian dengan

importir. Dalam hal semacam ini freight forwarder biasanya

mengirimkan “letter of reservation” kepada perusahaan

pelayaran untuk memperpanjang jangka waktu pengajuan

tuntutan ganti rugi/claims.

3) Perusahaan freight forwarder yang besar juga memberikan

pelayanan asuransi dengan membuka suatu “open marine

insurance policy” untuk berjaga-jaga bila eksportir / pemilik barang lupa atau tidak mengetahui keharusan penutupan

asuransi ini maka freight forwarder dapat menutup asuransi


(5)

commit to user BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses kontrak pengangkutan pada PT Mekar Cargo adalah sebagai berikut :

a. Kontrak pengangkutan antara eksportir dengan PT Mekar Cargo

b. Booking space with carrier

c. Stuffing

d. Custom Clearance

e. Cargodoring

f. COO (certificate of origin)

g. Asuransi

h. Costing

2. Proses perhitungan biaya ekpor :

Perhitungan biaya ekspor merupakan jumlah dari biaya produksi yang dikeluarkan oleh eksportir ditambah dengan biaya transport barang dari gudang eksportir sampai ke pelabuhan serta ditambah pungutan negara dan biaya bank. Biaya-biaya tersebut merupakan kesepakatan antara eksportir

dengan importir yang tertera dalam sale’s contract dengan menggunakan


(6)

commit to user

3. Keunggulan penggunaan jasa freight forwarding dibandingkan dengan

ekspor langsung :

a. Membantu eksportir dalam melakukan penyerahan barang tepat pada

waktunya.

b. Membantu pengawasan atas barang supaya tetap dalam keadaan utuh

dan dalam kondisi baik (intact and good condition).

c. Membantu menekan biaya serendah-rendahnya.

d. Membantu mengamankan barang

B. Saran

Sebaiknya PT Mekar Cargo juga membuka pelayanan pada hari sabtu agar para eksportir dapat melakukan transaksi ataupun mencari informasi mengenai jasa PT Mekar Cargo.