b. Riyanto 2001 : 19 menyimpulkan dari beberapa pendapat para ahli
tentang modal, yaitu modal yang tercatatat di sebelah debet disebut modal konkret dan di sisi kredit adapah modal abstrak atau dapat
digambarkan sebagai modal aktif yang terletak di sisi debet neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang
diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan yang lainnya adalah modal pasif yang terletak di sebelah kredit neraca yang
menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa modal
adalah keseluruhan harta atau dana yang ada dalam perusahaan yang digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan.
2.2.1.1. Pemenuhan Kebutuhan Modal
Menurut Riyanto 2001 : 187 pemenuhan kebutuhan dana cepat dapat dibedakan antara cara pemenuhan kebutuhan dana secara sendiri-
sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing aktiva yang akan dibiayai, dan cara pemenuhan kebutuhan dana secara keseluruhan dengan
memandang semua kebutuhan sebagai satu kesatuan atau satu kelompok.
Sistem pembelanjaan total adalah sistem pemenuhan kebutuhan dana yang mendasarkan pada perputaran dana yang ditanamkan dalam
kelompok aktiva atau keseluruhan aktiva sebagai suatu kesatuan. Dalam hal yang demikian akan nampak bahwa ada sebagian dana yang sifatnya
permanen modal konstan, tertanam dalam aktiva dan ada sebagian dana lainnya yang besifat variabel modal variabel, yang berubah-ubah
jumlahnya dari waktu ke waktu Riyanto 2001 : 18. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa modal permanen
konstan adalah sejumlah dana yang minimal harus tersedia selama perusahaan melaksanakan operasinya dalam satu periode, dan modal
variabel adalah sejumlah dana yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan.
2.2.1.2. Biaya Penggunaan Modal
Pemenuhan kebutuhan dana diperlukan dalam struktur modal yang optimum dengan biaya penggunaan modal yang minimal, sehingga
didapatkan keuntungan yang lebih banyak. Jika perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dengan
mengeluarkan saham preferen, jumlah hasil penjualan saham preferen lebih kecil daripada harga nominalnya, besarnya biaya penggunaan modal
dari saham preferen atau biaya saham preferen Cost of Preferred Stock adalah lebih besar daripada tingkat deviden yang telah ditetapkan
sebelumnya Riyanto, 2001 : 245. Jika perusahaan menggunakan dana yang berasal dari laba ditahan
Retained Earning yang disebut Cost of Retained Earing haruslah disadari bahwa itupun ada biayanya, yaitu sebesar “Rate of Return”
tingkat pendapatan investasi yang diharapkan diterima oleh investor kalau mereka menginvestasikan sendiri atau “Rate of Return” yang
diharapkan diterima dari saham Expected Rate of Return on The Stock. Dengan demikian konsep Cost of Capital tersebut dimaksudkan
untuk dapat menentukan besarnya biaya riil dari penggunaan modal dari masing-masing sumber dana, untuk kemudian menentukan biaya modal
rata-rata Average Cost of Capital. Riyanto, 2001 : 246.
2.2.2. Struktur Modal
Weston dan Copenland 1992 : 4 memberikan definisi struktur modal, yaitu pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang,
saham preferen dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal
dan akumulasi laba ditahan. Bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal pemegang saham.
Menurut Riyanto 2001 : 22 struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka
panjang dengan modal sendiri. Menurut Kieso dan Weygandt 2008 : 202 hutang jangka panjang
terdiri dari tiga jenis, yaitu: 1.
Kewajiban yang berasal dari situasi keuangan spesifik, seperti penerbitan obligasi, kewajiban Lease jangka panjang dan wesel bayar jangka
panjang. 2.
Kewajiban yang berasal dari operasi biasa perusahaan bersangkutan seperti kewajiban pensiun dan kewajiban pajak penghasilan yang
ditangguhkan. 3.
Kewajiban yang tertanggung pada terjadi atau tidak terjadinya satu kejadian atau lebih di masa depan untuk meneguhkan jumlah yang harus
dibayar, atau tanggal pembayaran seperti jaminan jasa atau produk dan kontijensi lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komponen yang masuk dalam struktur modal adalah hutang jangka panjang, modal saham biasa,
modal saham preferen, surplus modal dan akumulasi laba ditahan.
Kebijakan struktur modal mencakup tindak pemilihan antara resiko dan pengembalian yang diharapkan. Penambahan hutang akan menaikkan
tingkat resiko arus pendapatan perusahaan, tetapi tingginya hutang juga berarti besarnya tingkat pengembalian yang diharapkan. Tingginya tingkat
resiko akan menurunkan harga saham tetapi tingginya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Menurut Weston
and Brigham 1986 : 459 struktur modal yang optimal adalah keadaan dimana resiko dan pengembalian ini seimbang sehingga harga saham dapat
dimaksimalkan. Pengertian struktur modal ini dibedakan dengan struktur keuangan.
Struktur modal hanya merupakan sebagian dari struktur keuangan perusahaan. Pengertian ini sesuai dengan pendapatan Weston dan Copeland
1992 :3, yaitu: “Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat dilihat dari sisi kanan
neraca, ini terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham saja”.
Komposisi pendanaan perusahaan perlu diperhatikan untuk menentukan struktur modalnya, yaitu dengan mempergunakan dana dari
luar perusahaan berapa hutang jangka panjang dan hak menerbitkan saham yang lebih banyak. Pemilihan alternatif pendanaan tersebut memperhatikan
kepentingan investor sebelum melakukan investasi adalah melihat struktur modal perusahaan tersebut.
Para kreditor lebih menyukai pemenuhan kebutuhan hutang yang sedikit untuk memperkecil kerugian yang diderita kreditor jika dilikuidasi.
Sebaliknya, pemilik dan pemegang saham lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dari hutang, karena menerbitkan saham baru berarti
melepas sejumlah kendali perusahaan, dan apabila perusahaan tersebut berhasil, maka akan diperoleh keuntungan yang lebih besar daripada yang
harus dibayar sebagai bunga, sehingga pendapatan bagi pemilik akan meningkat. Tetapi apabila perusahaan gagal, pemilik menderita kerugian
yang kecil karena investasinya sangat rendah. Kebijaksanaan mengenai struktur modal melibatkan keseimbangan antara resiko dan tingkat
pengembalian.
2.2.2.1. Struktur Modal Yang Optimal
Semakin berkembangnya perusahaan akan semakin besar dana yang dibutuhkan perusahaan tersebut. Apabila sumber dana intern perusahaan
telah dipergunakan seluruhnya, maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik dari hutang
Debt Financing maupun dengan mengeluarkan saham baru External Equity Financing
. Kalau dalam pemenuhan kebutuhan dana dari sumber eksternal
tersebut lebih diutamakan pada hutang saja maka ketergantungan perusahaan pada pihak luar akan semakin besar dan resiko finansialnya
juga semakin besar. Sebaliknya kalau hanya mendasarkan pada saham saja, biayanya akan sangat mahal Riyanto, 2001 ; 293. Oleh karena itu,
perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara sumber dana tersebut.
Apabila dalam mencari struktur modal yang optimal berdasarkan pada aturan struktur finansial konservatif, maka dalam keadaan
bagaimanapun juga perusahaan jangan mempunyai jumlah hutang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri, atau dengan kata lain Debt
Ratio jangan lebih besar dari 50, sehingga modal yang dijamin hutang
tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya modal sendiri. Apabila berdasarkan pada konsep Cost of Capital maka perusahaan
akan mengusahakan dimilikinya struktur modal yang optimum dalam artian struktur modal dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-
rata Average Cost of Capital.
Besar kecilnya Average Cost of Capital tergantung pada proporsi masing-masing sumber dana beserta biaya dari masing-masing komponen
sumber dana tersebut . misalkan suatu perusahaan apabila mempunyai Debt Ratio
60 menghasilkan Average of Capital 13,2, kalau Debt Ratio-
nya sebesar 50, Average Cost of Capital-nya 12,5 dan kalau Debt Ratio
40, Average Cost of Capital-nyajuga 13,2 maka struktur modal yang optimum dari perusahaan tersebut adalah 50, yaitu struktur
modal yang dapat meminimkan biaya penggunaan modal rata-rata Average Cost of Capital.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 1 : Rasio Hutang dan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang Komponen Modal
Proporsi Modal Biaya Modal
Hasil Hutang
30 9
2,7 Modal Sendiri
70 16
11,2 Biaya modal rata-rata tertimbang
13,9 Hutang
40 9
3,6 Modal Sendiri
60 16
9,6 Biaya modal rata-rata tertimbang
13,2 Hutang
50 9
4,5 Modal Sendiri
50 16
8,0 Biaya modal rata-rata tertimbang
12,5 Hutang
60 10
6,0 Modal Sendiri
40 18
7.2 Biaya modal rata-rata tertimbang
13,2 Hutang
70 11
7,7 Modal Sendiri
30 20
6,0 Biaya modal rata-rata tertimbang
13,7 Sumber
Dari tabel berikut tampak bahwa struktur modal optimal tercapai pada tingkat rasio hutang 50 yaitu rasio hutang yang menghasilkan biaya
modal rata-rata yang minimal yaitu sebesar 12,5. Pada tingkat rasio hutang yang lain biaya modal rata-rata tertimbang lebih besar.
: Riyanto 2001 ; 295
Dari tabel tersebut terlihat bahwa biaya hutang dan biaya modal sendiri pada rasio hutang di atas 50 makin meningkat. Hal ini
disebabkan karena makin besarnya rasio hutang berarti makin besar pula resiko finansialnya. Dimaksudkan dengan resiko finansial adala resiko
yang timbul karena ketidakmampuan perusahaan untuk membayar bunga dan angsuran dalam keadaan ekonomi yang memburuk.
2.2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal