8 yang tinggi akan mencapai keseimbangan pekerjaan-keluarga dengan intensitas
yang rendah Lambert et al., 2006a. Jika terjadi konflik peran,berarti terdapat gangguan pada keseimbangan pekerjaan-keluarga Burchielli, et al., 2008.Secara
konseptual, terdapat perbedaan mendasar antara kedua kondisi tersebut. Konflik pekerjaan-keluarga merupakan salah satu bentuk konflik antar peran yang dicirikan
dengan ketidakcocokan
antara tuntutan-tuntutan
peran pekerjaan
dan keluarga,sedangkan keseimbangan pekerjaan-keluarga adalah suatu kondisi dengan
mana seseorang merasa puas terhadap baik peran keluarga maupun pekerjaannya Voydanoff, 2004a.
1.1.1. Tanggung jawab peran domestik dan publik
Riset KPK diawali dengan diangkatnya isu konflik peran sebagai salah satu sumber tekanan atau ketegangan di tempat kerja. Kondisi ini diakibatkan oleh
saling ketergantungan antara peran pekerjaan dan keluarga, sehingga memecahkan mitos yang oleh Kanter 1977 disebutsebagai‘myth of separate world’Duxbury et
al., 1992. Komponen rasional dan nonrasional ini tidak hanya berasosiasi, namun juga memiliki hubungan yang bersifat rekursif Lilly et al., 2006.
Isu ini menjadi semakin penting karena dua alasan.Pertama, hasil-hasil studi empiris menunjukkan bahwa konflik yang bersumber dari dua wilayah kehidupan
ini dapat menyebabkan tekanan-tekanan lain, selainberdampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan pekerja, baik bagi laki-laki maupunperempuan. Kedua,
9 melalui temuan-temuan tentang hubungan konflik peran dan anteseden serta
konsekuensinya, diharapkan organisasi dapat merancang kegiatan intervensi untukmembantukaryawandalampengelolaantuntutan-tuntutanperanganda.
Meningkatnya proporsi perempuan di pasar kerjayang ditunjukkan melalui semakin tingginya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan, secara otomatis
memperbesar jumlah keluarga pasangan bekerja bukan saja di negara-negara maju, melainkan juga di negara-negara sedang berkembang. Di semua wilayah, kecuali
Timur Tengah dan Afrika Utara, paling tidak sepertiga angkatan kerjanya terdiri dari perempuan Heymann et al., 2004.
Proses pergerakan terjunnya perempuan ke pasar kerja disebut sebagai revolusi sosial yang mendasar dalam kehidupan manusiaShirley Wallace, 2004.
Sejak tahun 1970, di Australia terjadi penurunan proporsi keluarga dengan suami sebagai pencari nafkah tunggal dibarengi dengan kenaikan tingkat partisipasi
angkatan kerja perempuan hingga mencapai 53 persen pada tahun 2004 Australian Bureau of Statistics, 2006dalam Burchielli et al., 2008.Kondisi serupa terjadi di
Indonesia dengan tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan yang jugasenantiasa mengalami peningkatan, yaitudari 32,65 pada tahun 1980 menjadi 38,79;
40,95; 43,98; 48,41; dan 49,52; dan 55,13 secara berturut-turut pada tahun 1990, 1995, 2000, 2005,2007, dan 2011 Badan Pusat Statistik, 1982; Badan
Pusat Statistik, 1992; Badan Pusat Statistik, 1997; Badan Pusat Statistik, 2002;
10 Badan Pusat Statistik, 2007a; Badan Pusat Statistik, 2007b; dan Badan Pusat
Statistik, 2012. Tren dan perubahan struktur tenaga kerja ini merupakan faktor penting yang
menyebabkan isu konflik peran menjadi semakin krusial.Disamping berperan di pasar kerja, keterlibatan dalam masyarakat juga merupakan peran publik yang
menjaditanggungjawab individual, khususnya yang sudah berkeluarga dan bekerja di luar rumah. Tugasdan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat yang
seringkali menuntut waktu serta energi tidak sedikit terutama di negara-negara Timur yang memiliki ikatan kekerabatan dan kemasyarakatanyang erat, akan
menimbulkan konflik peran yang lebih intensifdibandingkan jika seseorang hanya mengemban peran pekerjaan dan keluarga.
1.1.2. Teori-teori yang relevan