Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

47

2.6. Kerangka Berpikir

SMP N 5 Demak adalah salah satu sekolah Negeri di Demak. Sekolah ini berlokasi di Jl. Kyai Singkil, Kecamatan Bintoro, Kabupaten Demak. Pembelajaran matematika yang dilakukan di SMP N 5 Demak selama ini adalah komunikasi verbal. Guru aktif mengajarkan matematika, memberikan contoh dan latihan soal, disisi lain siswa berfungsi sebagai mesin, mereka mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan soal. Kondisi pembelajaran seperti ini belum sepenuhnya dapat memfasilitasi siswa dalam mencapai kompetensi yang diharapkan, dan juga belum dapat melibatkan mereka dalam proses pembelajaran secara aktif. Pembelajaran dan pemahaman siswa khususnya pada siswa kelas VIII D pada materi pelajaran matematika menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Siswa kurang terlatih dalam memahami masalah, merencanakan penyelesaian dan menyelesaikan masalah sehingga cenderung kemampuan penalaran siswa masih kurang. Materi membuat model matematika bagi siswa SMP kadang merupakan hal yang masih dianggap sulit, karena materi ini banyak mengandung soal-soal yang butuh penalaran. Banyak siswa masih kesulitan dalam memahami materi ini karena siswa belum terbiasa dalam memahami masalah, merencanakan penyelesaian dan menyelesaikan masalah. Siswa belum mempunyai hasrat rasa ingin tahu yang besar serta belum belajar bagaimana langkah-langkah dalam memecahkan masalah. Untuk menanggapi permasalahan diatas, perlu di analisia kesalahan-kesalahan apa saja yang dialakukan siswa SMP Negeri 5 Demak dalam menyelesaikan persamaan linear dengan dua variabel dan apa 48 penyebab kesalahan siswa SMP Negeri 5 Demak dalam menyelesaikan persamaan linear dengan dua variabel. Dengan demikian dapat ditentukan langkah-langkah selanjutnya untuk membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya. HIPOTESIS Berdasarkan kerangka berfikir diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut. a. Kesalahan-kesalahan siswa pada materi pokok persamaan linear dua variabel meliputi: 1 prasarat konsep dasar aljabar, 2 kurang teliti dalam menyelesaikan masalah, 3 kelengkapan memberi informasi suatu permasalahan dan solusinya, 4 menyusun model matematika dari soal cerita, dan 5 proses menerjemahkan kalimat sehari-hari kedalam kalimat matematika b. Penyebab kesalahan siswa adalah kurangnya latihan soal, dan kurang cermat dalam memahami soal. 49

BAB III METODE