15
BAB II KAJIAN TEORI
A. Materi Kesehatan Reproduksi Remaja untuk Layanan Bimbingan Siswa
SMP dan MTs 1.
Materi Kesehatan Reproduksi Remaja a.
Pengertian Materi Kesehatan Reproduksi Remaja
Wina Sanjaya 2008: 141 mengemukakan bahwa materi atau bahan pelajaran adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang
harus dikuasai oleh siswa sesuai standar kompetensi setiap pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi pelajaran merupakan bagian
terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran, materi pelajaran merupakan inti
dari kegiatan pembelajaran. Merril Wina Sanjaya, 2008: 142, membedakan isi materi
pelajaran menjadi empat macam yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Adapun penjelasan dari empat perbedaan di atas adalah
sebagai berikut. 1
Fakta adalah sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda, yang wujudnya dapat ditangkap oleh pancaindera. Fakta merupakan
pengetahuan yang terhubung dengan data-data spesifik baik yang telah maupun yang sedang terjadi yang dapat diuji dan diobservasi.
2 Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari
sekelompok benda atau sifat. Suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan atribut. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki suatu
16 konsep. Contoh, anak laki-laki merupakan suatu konsep, yang
memiliki atribut tertentu yang berbeda dengan yang dimiliki oleh konsep “anak perempuan”.
3 Prosedur adalah materi pelajaran yang berhubungan dengan
kemampuan siswa untuk menjelaskan langkah-langkah secara sistematis tentang sesuatu. Misalnya, prosedur tentang langkah-
langkah melakukan suatu percobaan. 4
Prinsip merupakan hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara empiris. Contoh, prinsip tentang kesejahteraan
sosial, prinsip tentang penguapan, prinsip tentang ketertiban lalu lintas, dan lain sebagainya.
Sedangkan pengertian kesehatan reproduksi dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan ICPD tahun 1994
Zohra dan Judy, 1999: 2 disepakati bahwa keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Kementerian Kesehatan
Republik Inonesia
2013: 31
mendefinisikan kesehatan reproduksi remaja secara umum sebagai kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi
yang dimiliki remaja. Pengertian sehat di sini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara
mental serta sosial kultural.
17 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian
kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial- kultural secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan rangkaian kerja dari alat-alat reproduksi pada remaja berdasarkan fungsi, dan
prosesnya. Menurut Daradjat Willis, 2010: 21, pengertian remaja adalah
usia transisi, dimana seorang individu telah meninggalkan usia anak- anak yang lemah dan penuh kebergantungan, akan tetapi belum
mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupuh terhadap masyarakat.
Dalam kajian teori lain, menurut Piaget Asmani, 2012: 38 yang mengatakan secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana
individu menjadi masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa dibawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan merasa sama
atau paling tidak sejajar. Pandangan tersebut di dukung oleh Harlock Hartinah, 2010: 58, bahwa istilah adolescence remaja memiliki arti
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Berdasarkan kajian teori diatas, dapat disimpulkan bahwa
kesehatan reproduksi remaja merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial-kultural secara utuh, yang tidak semata-mata bebas
dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan rangkaian kerja dari alat-alat reproduksi pada masa transisi dari anak-
18 anak menuju dewasa berdasarkan fungsi, dan prosesnya. Dimana
dalam hal ini kesehatan reproduksi remaja tergolong kedalam materi yang bersifat fakta, konsep, dan prinsip.
b. Ruang Lingkup Materi Kesehatan Reproduksi Remaja
Secara garis besar, ruang lingkup materi kesehatan reproduksi BKKBN, 2001: 6 meliputi:
1 Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2 Kesehatan reproduksi remaja.
3 Pencegahan dan penanggulangan pada penyimpangan seksual dan
napza yang dapat berakibat pada HIV-AIDS. 4
Kesehatan reproduksi pada usia lanjut. Salah satu ruang lingkup kesehatan reproduksi adalah kesehatan
reproduksi remaja. Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja agar memahami kesehatan reproduksi,
sehingga remaja
memiliki sikap
dan prilaku
sehat serta
bertanggungjawab atas masalah kehidupan reproduksi. Sementara itu, ruang lingkup materi kesehatan reproduksi remaja
Kemenkes, 2013: 32 meliputi: 1
Pertumbuhan dan perkembangan remaja. 2
Alat-alat organ reproduksi. 3
Proses biologis yang terjadi pada remaja. 4
Memelihara kesehatan reproduksi. 5
Bahaya HIV-AIDS.
19 Berdasarkan uraian ruang lingkup kesehatan reproduksi remaja
diatas, maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai materi pokok pada pengembangan multimedia interaktif untuk layanan bimbingan siswa
SMP dan MTs dengan tetap merujuk pada program tahunan pelayanan
bimbingan dan konseling pada bidang materi pribadi dan sosial. 2.
Layanan Bimbingan Siswa SMP dan MTs sebagai Remaja a.
Pengertian, Tujuan dan Fungsi Layanan Bimbingan 1
Pengertian Layanan Bimbingan
Berdasarkan pasal 27 peraturan pemerintah No. 291990 Depdikbbud: 1994 “Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam upaya penemuan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”.
Djumhur dan Moh. Surya Tim Dosen PPB FIP UNY, 1993: 7 mengemukakan bahwa bimbingan yaitu:
“Suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya self understanding, kemampuan untuk menerima
dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya self direction, dan merealisasi diri self realization, sesuai
dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun
masyarakat”. Menurut
Kartini Kartono
1985: 9
lebih lanjut
mengungkapkan, bimbingan adalah pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan dengan pengetahuan
pemahaman keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam menolong orang lain yang memerlukan pertolongan.
20 Dengan membandingkan pengertian tentang bimbingan yang
telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada siswa secara terus-
menerus atau sistematis oleh guru pembimbing dalam upaya menjadi pribadi yang mandiri, dan memiiki kemampuan dalam
memecahkan masalah sesuai dengan lingkungan, baik keluarga,
sekolah maupun masyarakat. 2
Tujuan Layanan Bimbingan
Tim dosen PPB FIP UNY 1993: 9 mengemukakan bahwa tujuan umum bimbingan adalah
“Memberikan pertolongan kepada individu dalam usaha untuk mencapai: kebahagian hidup pribadi, kehidupan yang
efektif dan produktif dalam masyarakat, dapat hidup bersama dengan individu-individu lain, dan keharmonisan antara cita-
cita individu dengan kemampuan yang dimilikinya”. Agar dapat tercapainya tujuan tersebut, maka menurut tim
dosen PPB FIP UNY 1993: 10 adalah setiap individu yang mendapatkan layanan bimbingan itu hendaknya memperoleh
kesempatan untuk: a
Mengenal dan melaksanakan tujuan hidupnya serta meluruskan rencana hidupnya yang didasarkan atas tujuan itu.
b Mengenal dan memahami kebutuhan-kebutuhannya.
c Mengenal dan menanggulangi kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya.
21 d
Mengenal dan memperkembangkan kemampuan kemampuan secara optimal.
e Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dalam
lingkungannya. f
Mempergunakan kemampuannya untuk kepentingan pribadinya dan kepentingan umum dalam kehidupan bersama.
Adapun secara khusus layanan bimbingan bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan
meliputi aspek-aspek pribadi-sosial, belajar, dan karir. Dimana kesehatan reproduksi remaja termasuk dalam perkembangan siswa
bidang pribadi dan sosial. Oleh karena itu, bimbingan pribadi dan sosial,
dimaksudkan untuk
mencapai tujuan
dan tugas
perkembangan pribadi dan sosial dalam mewujudkan pribadi yang bertaqwa, mandiri dan bertanggungjawab, serta etika dalam
pergaulan.
3 Fungsi Layanan Bimbingan
Ada lima fungsi bimbingan yang dijelaskan oleh Sukiman Suhesti, 2012: 8 diantaranya, yaitu : a fungsi pemahaman, b
fungsi pencegahan, c fungsi pengentasan, d fungsi pemeliharaan dan pengembangan, dan e fungsi advokasi.
Sementara itu, menurut Yusuf dan Nurihsan 2009: 16 membagi fungsi Bimbingan dalam tujuh bagian, yaitu: a
22 pemahaman, b preventif, c pengembangan, d perbaikkan
penyembuhan, e penyaluran, f adaptasi, dan g penyesuaian. Ketujuh fungsi bimbingan diatas dapat dijabarkan sebagai
berikut: a
Fungsi pemahaman, yaitu membantu peserta didik siswa agar memiliki pemahaman terhadap dirinya potensinya dan
lingkungannya pendidikan, pekerjaan, dan norma agama. b
Fungsi preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.
c Fungsi pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya
untuk menciptakan lingkunga belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa.
d Fungsi perbaikan, yaitu fungsi yang berkaitan erat dengan
upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
e Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan
23 yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. f
Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen, untuk
mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu
siswa. g
Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis
dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.
Berdasarkan penjabaran fungsi layanan bimbingan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan game pendidikan kespro
diharapkan memenuhi beberapa fungsi dari fungsi layanan bimbingan dan konseling, seperti fungsi pemahaman, fungsi
preventif, fungsi pengembangan dan fungsi perbaikan.
b. Layanan Bimbingan Bidang Pribadi dan Sosial
Bimbingan pribadi dan sosial merupakan dua dari empat bidang layanan yang ada di sekolah. Menurut Prayitno 1994: 65 bimbingan
pribadi adalah suatu proses membantu siswa mengenal, menemukan, dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, serta sehat jasmani dan rohani. Selain itu, menurut Juntika N dan Akur Sudianto 2004: 12 bimbingan
24 pribadi merupakan upaya pengembangan kemampuan peserta didik
untuk menghadapi masalah-masalah pribadi dengan cara menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif serta pemahaman diri.
Adapun menurut Prayitno 1994: 66 bimbingan sosial adalah suatu proses di dalam membantu siswa memahami diri dalam
kaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti yang luhur dan bertanggungjawab.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa bimbingan pribadi dan sosial merupakan suatu proses membantu siswa
mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, sehat jasmani dan rohani, serta memahami
diri dalam kaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan sosial yang luhur dan bertanggungjawab.
c. Karakter Siswa SMP dan MTs sebagai Remaja
Menurut Samsudin Asmani, 2012: 49 menyajikan berbagai karaktereistik perilaku dan masa remaja yang terbagi dalam dua
kelompok, yaitu remaja awal 11-13 sd 14-15 tahun, dan remaja akhir 14-16 sd 18-20 tahun yang meliputi aspek fisik, psikomotorik,
bahasa, kognitif, sosial, moralitas, keagamaan, emosi, afektif, dan kepribadian.
Hal ini diperjelas kembali oleh Hartinah 2010: 66 membagi karakterisitik umum remaja menjadi beberapa sikap yang sering
ditunjukkan oleh remaja, yaitu: a kegelisahan, b pertentangan, c
25 mengkhayal, d aktifitas kelompok, e keinginan mencoba segala
sesuatu. Berdasarkan uraian karakteristik remaja secara umum diatas,
dapat dijabarkan secara lebih jelas dibawah ini : 1
Kegelisahan Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mengalami
proses pematangan fisik baik yang langsung dilihat mata, maupun yang tidak terlihat. Akan tetapi, apabila perubahan tersebut tidak
diimbangi dengan informasi yang benar dan akurat, dapat mengakibatkan kegelisahan terhadap remaja dalam menyikapi
perubahan yang terjadi padanya. 2
Pertentangan Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada
pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum untuk mandiri. Oleh karena itu, pada
umumnya remaja sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua.
3 Mengkhayal
Peningkatan hormon pada masa remaja mengakibatkan meningkatnya dorongan atau ketertarikan kepada lawan jenis.
Keinginan untuk dekat dengan lawan jenis sering kali terkendala terkait biaya, sedangkan kebanyakan remaja hanya memperoleh
uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya, remaja mencari
26 kepuasan
melalui khayalannya,
terkadang hal
tersebut mengakibatkan mereka melakukan masturbasi.
4 Aktifitas Kelompok
Kebanyakan remaja
menemukan jalan
keluar dari
kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan
secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama.
5 Keinginan Mencoba Segala Sesuatu
Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi high curiosity. Karena dorongan rasa ingin tahu yang tinggi,
remaja cenderung mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Sehingga remaja sering kali mendapatkan informasi yang tidak
akurat mengenai seksualitas dan reproduksi. Hal ini bisa berdampak terjadinya terjadinya seks bebas, kehamilan yang tidak
diinginkan, dan HIV-AIDS. Berdasarkan pendapat dari beberapa teori diatas, dapat
disimpulkan bahwa remaja awal dengan kisaran usia 11 sd 15 tahun merupakan usia siswa kelas 1-3 SMP dan MTs mengalami fase
perubahan fisik dan emosional. Dimana pada fase tersebut siswa memiliki karakteristik aktifitas berupa mengalami kegelisahan
terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, sering kali disikapi
27 dengan mengkhayal, sehingga jika hal tersebut tidak disalurkan kearah
positif, bisa berdampak terhadap perilaku penyimpangan seksual. Selain itu, rasa ingin mencoba remaja awal atau siswa SMPMTs
yang sangat tinggi harus diimbangi dengan informasi yang lengkap dan akurat terutama terkait kesehatan reproduksi. Oleh karena itu,
perlu adanya pemahaman terhadap remaja awal mengenai reproduksi dan tugas perkembangannya.
B. Tujuan Materi Kesehatan Reproduksi Remaja untuk Siswa SMP dan