PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF TENTANG KECERDASAN INTERPERSONAL DALAM LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 MLATI.

(1)

PENGEMBANGAN KECERDASAN I

LAYANAN BIMB

Diajukan Untuk Meme Guna Memperoleh

PROGRAM

JURUSAN PSIKOLOGI P FAKULTAS I UNIVERSITAS

BANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF TENTANG KECERDASAN INTERPERSONAL DALAM

LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII DI

SMP NEGERI 1 MLATI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Firla Dyah Lutvitasari NIM 06104241034

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JANUARI 2013

TENTANG


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

"Jadilah orang yang gembira. Jangan memikirkan kegagalan hari ini, tapi pikirkan sukses yang mungkin datang di hari esok. Anda bisa jadi mendapatkan tugas yang sulit, tapi Anda akan sukses jika tekun dan gigih, dan merasakan kesenangan dalam mengatasi hambatan. Ingatlah, tidak ada hal yang sia-sia untuk meraih sesuatu yang indah" – (Helen Keller)

Berangkat dengan penuh keyakinan, Berjalan dengan penuh keikhlasan, Istiqomah dalam menghadapi cobaan. “ YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH “


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Rasa syukur yang tak terhingga senantiasa terpanjatkan kepada Alloh SWT atas izinNya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Maka dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya ini kepada:

1. Kedua orangtuaku, atas doa dan dukungannya

2. Suamiku tercinta, Azhar Hazbullah atas doa dan kesabarannya 3. Buah hatiku, M. Affathar Rizqi Azhar

4. Kedua kakakku, Eka dan Firly atas kasih sayang dan doanya 5. Almamater


(7)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF

TENTANG KECERDASAN INTERPERSONAL DALAM LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII

DI SMP NEGERI 1 MLATI

Oleh

Firla Dyah Lutvitasari NIM 06104241034

ABSTRAK

Berangkat dari adanya permasalahan kecerdasan interpersonal di SMP Negeri 1 Mlati karena rendahnya pemahaman dan kesadaran siswa akan pentingnya kecerdasan interpersonal dalam interaksi sosial serta keterbatasan kemampuan guru dari segi waktu dan rasio yang tidak sebanding antara jumlah guru dan siswa dalam memberikan layanan bimbingan pribadi sosial, sehingga dibutuhkan sebuah media yang didukung audio visual yang dapat memperinci penyampaian bentuk keterampilan interpersonal yang diperlukan oleh siswa dan dapat digunakan siswa kapan saja.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan multimedia interaktif dalam layanan bimbingan pribadi sosial tentang kecerdasan interpersonal. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D) yang meliputi 11 tahap pengembangan, yakni tahap penelitian awal dan pengumpulan data, tahap perencanaan, tahap pengembangan produk awal, tahap validasi materi, tahap validasi media, tiga tahap uji coba, dan empat tahap revisi. Uji coba lapangan awal (6 orang siswa), uji coba lapangan (30 orang siswa), dan uji pelaksanaan lapangan (40 orang siswa). Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Mlati. Penentuan subyek dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara dan angket.

Hasil penilaian menunjukkan bahwa multimedia interaktif yang dikembangkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terkait pentingnya kecerdasan interpersonal dalam layanan bimbingan pribadi sosial dan berdasarkan hasil validasi ahli yang dilanjutkan pada tiga tahap uji coba dengan beberapa tahap revisi yang telah dilakukan, multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal hasil pengembangan ini memenuhi kriteria layak sebagai media layanan bimbingan pribadi sosial di SMP Negeri 1 Mlati sesuai standar penilaian yang meliputi aspek validitas, praktis serta efektivitas berdasarkan dari hasil penilaian ahli media, ahli materi, siswa dan guru BK di SMP Negeri 1 Mlati.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kenikmatan untuk menikmati segala yang ada di bumi-Nya dan hanya dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pengembangan Multimedia Interaktif Tentang Kecerdasan Interpersonal Dalam Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Mlati” disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Sungguh suatu perjalanan yang panjang dengan segala hambatan dan perjuangan dalam penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu, keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin dalam pengambilan data awal dan penelitian sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

2. Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan atau motivasi agar penulis segera dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Bapak A. Ariyadi Warsito, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Sigit Sanyata, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar dan teliti memberikan arahan, bimbingan, motivasi, masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Agus Basuki, M.Pd selaku ahli materi yang telah membantu dalam mengevaluasi materi tentang kecerdasan interpersonal dalam penelitian pengembangan ini.


(9)

6. Ibu Dina Utami, M.Sc selaku ahli media yang sudah sangat banyak memberikan masukan yang berarti dalam pengembangan multimedia interaktif ini.

7. Bapak Ariyawan Agung Nugroho, ST selaku ahli media pengganti yang dengan sabar dan teliti membantu mengevaluasi produk multimedia interaktif yang dikembangkan dalam penelitian ini.

8. Kepala SMP Negeri 1 Mlati, yang telah memberikan ijin dan fasilitas untuk melaksanakan penelitian.

9. Ibu Mulasih, S,Pd selaku guru BK yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung

10. Bapak Sudiyono, yang telah membantu mempersiapkan laboratorium komputer sebelum penelitian berlangsung

11. Annisa Affida dan mahasiswa KKN UPY, yang telah membantu selama proses penelitian

12. Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Mlati yang telah bersedia menjadi subyek dalam penelitian ini.

13. Bapak dan Ibu, terima kasih atas doanya yang tak pernah terhenti dipanjatkan untukku dalam sujud kalian.

14. Saudaraku, Mas Ham, Mbak Eka, saudara kembarku Firly, liliput kecilku Aqila dan Yasmin, terima kasih yang tak terhingga atas kasih saying, doa serta dukungannya selama ini.

15. Suamiku tercinta, Azhar Hazbullah, atas kesabarannya, yang tidak pernah lelah mengingatkan, memberikan semangat dan bantuan yang tak terkira. 16. Temanku Aulya, Mas Sapto, Ika Widyastuti dan Anggi, yang telah banyak

direpotkan selama penyusunan skripsi ini.

17. Mbak Ria, Maya, Pipin, Mimi Ocha, Mbak Tusti dan teman-teman seperjuanganku selama di Jogja yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang sudah seperti saudara sendiri yang telah bersedia menjadi tempatku berkeluh kesah dan tentunya banyak direpotkan. Terima kasih atas hari-hari nya yang telah memberiku catatan berbeda selama perjalananku di Jogja.


(10)

(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii

HALAMAN PERNYATAAN ……… iii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iv

HALAMAN MOTTO ………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… vi

ABSTRAK ………. vii

KATA PENGANTAR ……… viii

DAFTAR ISI……… xi

DAFTAR TABEL ………... xv

DAFTAR GAMBAR ……….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 9

C. Batasan Masalah ……… 10

D. Rumusan Masalah ……….. 10

E. Tujuan Penelitian……… 10

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ………. G. Pentingnya Penelitian Pengembangan ……… 11 12 H. Manfaat Penelitian ………..……… 12

I. Definisi Istilah ……… 13

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence) ………... 15


(12)

2. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal ……… 18 3. Aspek Kecerdasan Interpersonal ………... 20

4. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal

Tinggi dan Rendah ……… 23

5. Fungsi Kecerdasan Interpersonal ………. 27 6. Upaya Mengembangakan Kecerdasan Interpersonal ………… 28 B. Kajian Tentang Keterampilan Interpersonal Sebagai Aplikasi dari

Kecerdasan Interpersonal ……….. 29 1. Gambaran Tentang Macam-macam Keterampilan

Interpersonal………. 29

C. Kajian tentang Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa………. 34

A. Program Bimbingan dan Konseling Probadi Sosial …………. 34 B. Tujuan Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial ……… 35 C. Komponen Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial……… 37 D. Tahap-Tahap Pengembangan Program ………. 39 E. Intervensi Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan

Kecerdasan Interpersonal Siswa ………... 42 D. Kajian tentang Karakteristik Siswa SMP sebagai Remaja ……… 49

1. Pengertian Remaja ……… 49

2. Siswa SMP dan Perkembangan Remaja ………... 51 E. Kajian tentang Multimedia Interaktif ……… 63

1. Kebutuhan Multimedia Interaktif Dalam Mendukung Kegiatan Bimbingan dan Konseling ……… 63 2. Unsur-unsur Multimedia Interaktif ………. 67 3. Model-model Pembelajaran Multimedia Interaktif ……… 70 F. Kajian tentang Pembelajaran Kontekstual dalam Layanan

Bimbingan dan Konseling ……….. 72

1. Keterkaitan Antara Layanan Pembelajaran dan Layanan

Bimbingan Konseling ………. 72

2. Konsep Pembelajaran Kontekstual dalam Konteks Layanan

BK ……….. 74

3. Penerapan Prinsip dan Strategi Pembelajaran Kontekstual

dalam Layanan BK ……… 75

G.

Kajian Tentang Desain Pesan Pembelajaran ……….. 78 1. Pengertian Desain Pesan Pembelajaran ………. 78 2. Prinsip-prinsip Desain Pesan Pembelajaran ……….. 80 H. Pengembangan Multimedia Interaktif tentang Kecerdasan


(13)

Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Mlati……….. 84

I. Pertanyaan Penelitian ………... 89

BAB III METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN A. Model Pengembangan ……… 90

B. Prosedur Pengembangan ……… 91

C. Tempat dan Waktu Pengembangan ……….. 95

D. Uji Coba Produk ………. 95

1. Desain Uji Coba ………. 95

2. Subyek Uji Coba………. 97

3. Jenis Data ………...……… 97

4.Teknik Pengumpulan Data ……… 98

5. Teknik Analisis Data ………. 103

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Awal dan Pengumpulan Informasi ……… 106

B. Perencanaan ………... 108

C. Pengembangan Draf Produk ……….. 109

D. Validasi Ahli ……….. 112

E. Revisi Produk Awal ………... 115

F. Uji Coba Lapangan Awal ……….. 124

G. Revisi Produk Uji Coba Lapangan Awal ……….. 126

H. Uji Coba Lapangan ……… 126

I. Revisi Produk Uji Coba Lapangan ……… 128

J. Uji Pelaksanaan Lapangan ………. 131

K. Revisi Produk Uji Pelaksanaan Lapangan ………. 133

L. Pembahasan ………...………. 134

M. Temuan Penelitian ……….. 144


(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……… 147

B. Saran ……….. 148


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Antara Pembelajaran Dengan Layanan Bimbingan

………... 73

Tabel 2. Kisi-Kisi dan Penyebaran Item Angket Penilaian Multimedia Interaktif Tentang Kecerdasan Interpersonal Untuk Ahli

Materi ……… 100

Tabel 3. Kisi-Kisi dan Penyebaran Item Angket Penilaian Multimedia Interaktif Tentang Kecerdasan Interpersonal Untuk Ahli

Media ……… 101

Tabel 4. Kisi-Kisi dan Penyebaran Item Angket Penilaian Multimedia Interaktif Tentang Kecerdasan Interpersonal Untuk Ahli

Siswa ………... 102

Tabel 5. Hasil Analisis Deskriptif Pada Uji Coba Lapangan Awal……. 124 Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Pada Uji Coba Lapangan …….…… 127 Tabel 7. Hasil Analisis Deskriptif Pada Uji Coba Pelaksanaan


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Flowchart Multimedia Interaktif tentang Kecerdasan

Interpersonal ……….... 88

Gambar 2. Bagan Rancangan Pengembangan Multimedia Interaktif Tentang Kecerdasan Interpersonal... 94

Gambar 3. Tampilan label CD draf 1………. 116

Gambar 4. Tampilan label CD draf 1 setelah revisi ……….. 116

Gambar 5. Tampilan cover CD draf 1 ……….. 116

Gambar 6. Tampilan cover CD draf 1 setelah revisi ………... 116

Gambar 7. Tampilan cover CD draf 1 sebelum revisi 2 ……… 117

Gambar 8. Tampilan cover CD draf 1 setelah revisi 2 ……….. 117

Gambar 9. Tampilan posisi petunjuk penggunaan draf 1………... 117

Gambar 10. Tampilan posisi petunjuk penggunaan setelah revisi ……... 118

Gambar 11. Tampilan petunjuk penggunaan sebelum revisi 2 ………… 118

Gambar 12. Tampilan petunjuk penggunaan setelah revisi 2 ………….. 119

Gambar 13. Tampilan menu utama draf 1 ………... 119

Gambar 14. Tampilan menu utama setelah revisi ……….... 119

Gambar 15. Tamplan game2 draf 1 ……… 120

Gambar 16. Tampilan game2 setelah revisi ……… 120

Gambar 17. Tampilan posisi tombol next dan backdraf 1 ………... 120

Gambar 18. Tampilan posisi tombol next dan backsetelah revisi ……… 121

Gambar 19. Tampilan intro draf 1 ……… 121

Gambar 20. Tampilan intro setelah revisi ………. 122

Gambar 21. Tampilan menu materi draf 1……… 122

Gambar 22. Tampilan menu materi setelah revisi ………. 122

Gambar 23. Tampilan petunjuk game 1 draf 1 ………. 123

Gambar 24. Tampilan petunjuk game 1 setelah revisi ………. 123

Gambar 25. Tampilan soal game 1 draf 1 ……… 123

Gambar 26. Tampilan soal game 1 setelah revisi ………. 123


(17)

Gambar 28. Tampilan menu utama setelah revisi ………. 129

Gambar 29. Tampilan cover CD draf 3 ……… 130

Gambar 30. Tampilan cover CD setelah revisi ………. 130

Gambar 31. Tampilan label CD draf 3 ………. 131

Gambar 32. Tampilan label CD setelah revisi ………. 131

Gambar 33. Tampilan cover CD draf 4 ……… 134


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Ahli Materi……… 154

Lampiran 2. Angket Ahli Media ……… 160

Lampiran 3. Angket Uji Coba Siswa ………. 166

Lampiran 4. Hasil Penilaian Ahli Materi I ……… 171

Lampiran 5. Hasil Penilaian Ahli Media 1 ……… 177

Lampiran 6. Hasil Penilaian Ahli Materi 2………. 183

Lampiran 7. Hasil Penilaian Ahli Media 2 ……… 189

Lampiran 8. Hasil Penilaian Ahli Media 3 ……… 195

Lampiran 9. Surat Pernyataan Validasi Ahli Materi ……….. 201

Lampiran 10. Surat Pernyataan Validasi Ahli Media ……….. 202

Lampiran 11. Hasil Skor Uji Coba Lapangan Awal ……… 203

Lampiran 12. Hasil Skor Uji Coba Lapangan ………. 204

Lampiran 13. Hasil Skor Uji Pelaksanaan Lapangan ………. 206

Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian FIP ……… 208

Lampiran 15. Surat Ijin Penelitian Sekretariat Daerah DIY ………… 209

Lampiran 16. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA Sleman ………... 210


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan media pencapaian kemajuan dalam segala bidang

kehidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan

martabat manusia. Pendidikan akan terasa gersang jika tidak berhasil mencetak

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas (baik dari segi spiritual,

intelegensi, dan skill). Melihat sangat pentingnya pendidikan, maka sudah

seharusnya sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal mengupayakan

peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan potensi individu secara

optimal.

Peningkatan potensi individu akan optimal apabila antara kecerdasan dan

kemampuan dapat berkembang secara optimal pula. Hal ini dikarenakan potensi

individu tidak hanya terletak pada pengetahuan dan keterampilan saja, melainkan

juga pada kemampuan sikap dan perilaku. Meski demikian, tidak sedikit sekolah

yang lebih memfokuskan peningkatan potensi siswa pada pengembangan

kurikulum dan kompetensi siswa. Keberhasilan siswa lebih diukur dengan skor

nilai yang bagus dalam setiap mata pelajaran dan banyaknya prestasi akademik

yang diraih. Sementara pengembangan kemampuan pribadi sosial siswa justru

diabaikan. Padahal pengembangan kemampuan pribadi sosial siswa merupakan

modal siswa dalam bermasyarakat. Hal ini mengakibatkan munculnya berbagai


(20)

Penelitian Gardner (Campbell, 2002: 2) menyatakan kecerdasan manusia

tidak hanya didasarkan pada skor tes standar tetapi pada: (1) kemampuan untuk

menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia; (2) kemampuan

untuk menyelesaikan persoalan-persoalan baru; dan (3) kemampuan untuk

menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan

dalam budaya seseorang.

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan mengerti

maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan

gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam

berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain,

mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya

dapat memimpin kelompok. Kecerdasan interpersonal juga dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang berlangsung antar dua pribadi, mencirikan proses-proses yang

timbul sebagai suatu hasil dari interaksi individu dengan individu lainnya.

Kecerdasan interpersonal juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial,

karena selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga

mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan

antarteman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya.

Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang rendah dapat memunculkan

konflik interpersonal. Hal ini ditegaskan oleh Sullivan (Chaplin, 2000: 257)

bahwa penyakit mental dan perkembangan kepribadian lebih banyak ditentukan


(21)

Sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan

kecerdasan interpersonal siswa. Hal ini dikarenakan pemahaman tentang

kecerdasan interpersonal dan kemampuan siswa dalam menerapkan beberapa

keterampilan interpersonal sangat menentukan kualitas hubungan sosial siswa di

sekolah. Demi tujuan tersebut, setiap siswa diharapkan memiliki beberapa

keterampilan dasar dalam menjalin hubungan interpersonal. Siswa seyogyanya

mengerti dan peka terhadap kondisi perasaan orang lain, mampu berkomunikasi

dengan cara yang baik dengan orang lain, mampu menyelesikan konflik

interpersonal dengan teman sebayanya serta memiliki berbagai keterampilan

interpersonal lainnya, sehingga akan memudahkan siswa saat bersosialisasi

dengan teman sebayanya di sekolah. Namun, kenyataannya belum sesuai dengan

harapan.

Dalam berbagai pengamatan terhadap perilaku siswa di sekolah, seringkali

dijumpai berbagai permasalahan perilaku siswa dalam hubungannya dengan

pengembangan kecerdasan interpersonal. Problematika tersebut diantaranya

rendahnya pengelolaan emosi yang ditandai dengan sikap agresif dan mudah

tersinggung, suka bertindak kasar, impulsif, atau sangat mementingkan

egoismenya sendiri, kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan sosial, apatis,

kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru sehingga muncul

perasaan tidak sejajar dengan teman sebayanya, merasa dirinya ditolak di

lingkungan sosialnya, serta merasa tidak ada yang memperhatikan. Siswa juga


(22)

Permasalahan rendahnya kecerdasan interpersonal terjadi pula di SMP

Negeri 1 Mlati. Menurut hasil penelitian awal dalam kegiatan wawancara dengan

guru BK di SMP Negeri 1 Mlati, Sri Mulasih, S.Pd pada tanggal 27 Desember

2011, ada beberapa siswa yang dianggap kasar oleh teman-temannya, mereka

tidak mampu mengontrol emosi, sehingga setiap kali bermain dengan

teman-temannya baik ucapan atau tindakan selalu memunculkan konflik. Ada juga siswa

yang datang mengeluhkan ketidak nyamanannya karena merasa ditolak oleh

teman-temannya sehingga membuat kesehariannya di sekolah selalu menyendiri

di dalam kelas dan malas berkumpul dengan teman-temannya, dia merasa minder

dan tidak setara dengan teman-temannya yang lain serta ada pula beberapa kasus

terkait penyelesaian konflik interpersonal dimana siswa merasa tidak mampu

menyelesaikannya sendiri dan meminta bantuan dari guru BK.

Terkait perilaku siswa dalam kelas, beliau juga menyatakan bahwa ketika

mereka bersosialisasi dengan teman (sebaya), sebagian dari mereka terlihat

mampu mengintepretasikan diri dengan baik. Namun ketika berinteraksi dengan

guru, masih banyak siswa yang cenderung kaku dan canggung, mereka kurang

memiliki inisiatif bertanya pada guru mengenai apa yang belum mereka pahami.

Hal tersebut terjadi bukan karena siswa tidak tahu apa yang ingin disampaikan,

akan tetapi mereka tidak memahami bagaimana cara menyampaikan sebuah

gagasan atau ide. Selain itu pada kegiatan kelompok, saat memilih anggota

kelompok, biasanya siswa cenderung memilih teman dekatnya untuk menjadi


(23)

Kondisi ini menunjukkan belum adanya sikap keterbukaan dengan setiap siswa

dalam satu kelas, jadi interaksi antar siswa masih sangat terbatas dengan

teman-teman yang dianggap dekat saja.

Rendahnya kemampuan siswa dalam mengembangkan kecerdasan

interpersonal mengakibatkan masalah dalam perkembangan pribadi sosial siswa.

Siswa yang kecerdasan interpersonalnya rendah, akan menjadi takut dan malas

bergabung dengan teman sebayanya karena sering diejek oleh teman-temannya.

Siswa menjadi kurang percaya diri, merasa tidak berdaya menghadapi situasi yang

menekan, serta kurang mampu menghadapi konflik dengan teman-temannya. Pada

akhirnya untuk menghindari permasalahan tersebut, mereka memilih untuk

mengisolasi diri dari lingkungan sosialnya.

Pengembangan kemampuan interpersonal menjadi penting karena pada

dasarnya manusia tidak bisa hidup menyendiri. Banyak kegiatan siswa di

lingkungan sosialnya terkait dengan orang lain. Siswa yang gagal dalam

mengembangkan kecerdasan interpersonalnya, akan banyak menghadapi

hambatan dalam pergaulan sosialnya. Akibatnya, mereka akan mudah tersisihkan

secara sosial. Bisa dibayangkan ketika di sekolah setiap siswa diharuskan untuk

bekerja sama secara kelompok, karena perasaan minder dan tidak sejajar

menyebabkan tersingkir dari kegiatan bersama tersebut. Siswa yang tidak mampu

bekerja sama dengan teman sebayanya akan cenderung disisihkan dan tidak


(24)

Menanggapi permasalahan yang terjadi di sekolah, sudah seharusnya

informasi tentang kecerdasan interpersonal disampaikan kepada siswa. Tujuannya

untuk menunjang pemahaman untuk meningkatkan keterampilan interpersonal

siswa. Sementara ini, penggunaan metode dalam memberikan layanan bimbingan

di SMP Negeri 1 Mlati belum memenuhi harapan dan minat siswa. Siswa

membutuhkan variasi dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling agar lebih

menarik perhatian siswa. Metode yang lazim digunakan seperti pemberian

penjelasan materi maupun praktik, tetap saja masih harus didukung oleh media

audio visual agar dapat memperinci penyampaian bentuk keterampilan

interpersonal yang diperlukan oleh siswa.

Kesesuaian media dengan siswa menjadi dasar pertimbangan utama

pemilihan media, sebab hampir tidak ada satu media yang dapat memenuhi semua

tingkatan usia, dalam hal ini Barbara B. Seels (1994:98) mengatakan bahwa

diperlukan informasi tentang gaya belajar siswa atau learning style. Beberapa

learning style yang dapat diidentifikasi dari siswa, meliputi: (1)

Tactile/Kinesthetic. Para siswa memperoleh hasil belajar optimal apabila disibukan dengan suatu aktivitas. Mereka tidak ingin hanya membaca tetapi ikut

terlibat langsung melakukan sendiri. (2) Visual/Perceptual. Para siswa

memperoleh hasil belajar optimal dengan penglihatan. Demonstrasi dari papan

tulis, diagram, grafik dan tabel adalah semua alat yang berharga untuk mereka.

Pelajar tipe visual selalu ingin melihat gambar, diagram, flow chart, time line,


(25)

bahasa lisan. Hasil belajar diiperoleh melalui mendengarkan ceramah kuliah dan

mengambil bagian pada diskusi kelompok. (4) Aktif versus Reflektif Aktif: Pelajar

cenderung untuk mempertahankan dan memahami informasi yang terbaik apa

dengan melakukan sesuatu secara aktif dengan mendiskusikan atau

menerapkannya dan menjelaskannya pada orang lain. (5) Reflektif : Pelajar suka

memikirkan sesuatu dengan tenang "Mari kita fikirkan terlebih dulu" adalah

tanggapan pelajar yang yang reflektif. (6) Seqwential Versus Global Seqwential:

Pelajar menyukai untuk berproses step-by-step, terhadap suatu cara dan hasil akhir

yang sempurna. (7) Global: Pelajar menyukai suatu ikhtisar atau " gambaran

besar" dari apa yang mereka akan lakukan sebelum menuju pembelajaran dengan

proses yang kompleks.

Menjawab kebutuhan siswa akan media yang tepat, maka perlu sebuah

media yang dapat menyampaikan secara rinci beberapa keterampilan

interpersonal. Johnson (Safaria, 2005: 17), mengungkapkan bahwa agar mampu

memulai, mengembangkan, dan mengembangkan dan memelihara hubungan

interpersonal serta komunikasi yang akrab, hangat dan produktif dengan orang

lain, maka perlu sejumlah keterampilan dasar. Keterampilan dasar tersebut

meliputi, sikap saling memahami atau empati, terbuka, inisiatif, prososial, serta

memecahkan konflik interpersonal dengan cara yang konstruktif. Selain itu, media

yang dikembangkan haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki siswa.

Dewasa ini, revolusi cara belajar telah memposisikan penggunaan perangkat


(26)

peningkatan kualitas hasil belajar dan kompetensi siswa. Beberapa contoh

diantaranya, perkembangan teknologi pembelajaran berbasis audio visual,

menjamurnya perangkat lunak (software), permainan edukatif untuk anak-anak

yang dinilai cukup signifikan dalam meningkatkan keterampilan motorik dan

kognitif dengan desain yang menarik untuk menunjang proses belajar yang

dibutuhkan siswa

Selain itu, saat ini telah banyak dikembangkan multimedia interaktif sebagai

sebuah layanan informasi dalam layanan bimbingan konseling, diantaranya

mengenai Konsep Diri bagi siswa kelas XI SMA oleh Mega Putriyanti Sudibyo

dalam penelitian skripsi yang dilakukan pada tahun 2009. Hasil penelitian tersebut

dapat dikategorikan baik untuk digunakan sebagai media dalam pelaksanaan

layanan informasi tentang Konsep Diri bagi siswa kelas XI SMA. Selain itu

masih ada pula pengembangan multimedia interaktif untuk ibu-ibu usia produktif

mengenai program KB oleh Beta Budi Susilo dalam penelitian skripsi yang

dilakukan pada tahun 2008. Hasil penelitian skripsi tersebut menyatakan

penggunaan multimedia interaktif dapat dikategorikan baik untuk digunakan

sebagai media dalam pelaksanaan layanan informasi tentang program keluarga

berencana.

Berdasarkan atas pertimbangan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk

mengembangkan sebuah perangkat multimedia interaktif dalam meningkatkan

pemahaman tentang kecerdasan interpersonal. Pemilihan multimedia interaktif


(27)

kecerdasan interpersonal, dianggap mampu memenuhi kebutuhan siswa akan

layanan bimbingan yang juga menarik perhatian siswa serta relevan dengan

kemampuan siswa. Pengembangan ini didukung dengan adanya sarana yang

memadai di SMP Negeri 1 Mlati, yakni: 2 ruang laboratorium komputer dengan

jumlah total komputer yang tersedia sebanyak 40 unit komputer serta dilengkapi

dengan perangkat OHP.

B. Identifikasi Masalah

1. Masih rendahnya kemampuan siswa dalam membina hubungan

interpersonal.

2. Adanya indikasi perilaku siswa di SMP Negeri 1 Mlati yang mengarah

pada rendahnya pemahaman siswa akan kecerdasan interpersonal.

3. Kebutuhan siswa akan peningkatan pemahaman tentang kecerdasan

interpersonal.

4. Kebutuhan akan media yang dapat menyampaikan materi bimbingan

pribadi sosial dan mengajarkan keterampilan secara lebih rinci terkait

masalah-masalah yang berhubungan dengan kecerdasan interpersonal

sebagai layanan bimbingan pribadi sosial,

5. Belum tersedianya media informasi berupa multimedia yang bersifat

interaktif tentang kecerdasan interpersonal bagi siswa kelas VIII di SMP


(28)

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada pengembangan

multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal dalam layanan

bimbingan pribadi sosial bagi siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Mlati.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah model multimedia interaktif yang dapat digunakan

dalam membantu meningkatkan pemahaman tentang kecerdasan

interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Mlati?

2. Apakah multimedia interaktif ini layak untuk digunakan untuk

mengatasi permasalahan siswa tentang kecerdasan interpersonal

siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk :

1. Menghasilkan produk berupa multimedia interaktif yang dapat

digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang kecerdasan

interpersonal dalam layanan bimbingan pribadi sosial di SMP Negeri

1 Mlati.

2. Mengukur kelayakan multimedia interaktif yang dikembangkan dalam

mengatasi permasalahan kecerdasan interpersonal siswa di SMP


(29)

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini mempunyai

spesifikasi sebagai berikut.

1. Produk yang dihasilkan berisi materi tentang kecerdasan interpersonal

yang dilengkapi dengan aktivitas dalam bentuk tes kecerdasan

interpersonal. Rangkuman materi inti meliputi pengertian kecerdasan

interpersonal, karakteristik kecerdasan interpersonal tinggi, alasan individu

membutuhkan teman sebaya, masalah - masalah yang muncul pada

individu dengan kecerdasan interpersonal yang rendah, faktor penyebab

masalah interpersonal, macam-macam keterampilan interpersonal,

tahap-tahap penyelesaian konflik interpersonal, tips pengembangan kecerdasan

interpersonal, game sebagai bahan refleksi untuk siswa dalam

mememecahkan masalah-masalah interpersonal.

2. Multimedia interaktif ini dapat digunakan sebagai layanan informasi

bimbingan pribadi sosial dalam rangka membantu mengatasi permasalahan

siswa terkait pemahaman siswa tentang pentingnya kecerdasan

interpersonal.

3. Multimedia interaktif ini diproduksi dengan menggunakan dukungan

perangkat lunak (software) dan dirancang untuk dioperasikan dengan

menggunakan komputer dan diprogram untuk dapat digunakan siswa


(30)

penggunanya yakni siswa. Peran guru BK dalam kegiatan ini hanya

mendampingi siswa.

G. Pentingnya Penelitian Pengembangan

Adanya indikasi perilaku rendahnya kecerdasan interpersonal siswa di

sekolah yang berdampak negatif pada perkembangan pribadi sosial siswa

serta keterbatasan pemahaman siswa mengenai pentingnya kecerdasan

interpersonal, maka perlu adanya upaya peningkatan pemahaman siswa

tentang kecerdasan interpersonal. Salah satu media yang mampu mendukung

upaya tersebut adalah multimedia interaktif. Pemilihan penggunaan

multimedia interaktif adalah agar pemahaman tentang kecerdasan

interpersonal dapat diberikan semenarik mungkin, serta dapat menampilkan

beberapa keterampilan terkait kemampuan interpersonal secara lebih rinci.

H. Manfaat Penelitian

Pengembangan multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal ini

diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis yaitu:

1. Secara Teoritis

a. Hasil pengembangan multimedia interaktif ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi ilmiah bagi pengembangan media bimbingan


(31)

b. Hasil pengembangan multimedia interaktif ini mampu memberikan

gambaran bagi pengembangan selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti, yaitu dapat menambah wawasan serta memberi bekal

pengalaman dengan mengaplikasikan ilmu yang didapat selama di

bangku kuliah.

b. Bagi guru BK, yaitu dapat menggunakan manfaat dari hasil produk

pengembangan multimedia interaktif dalam memberikan layanan

bimbingan dan konseling kepada siswa terutama tentang kecerdasan

interpersonal

c. Bagi siswa, yaitu adanya pemahaman serta pengalaman yang akhirnya

mampu memunculkan kesadaran bagi siswa tentang pentingnya

kecerdasan interpersonal dalam upaya meraih kesuksesan di masa

depan.

I. Definisi Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan tentang apa yang

dimaksudkan dalam penelitian ini, maka peneliti memberi definisi istilah

sebagai berikut:

1. Multimedia interaktif ini merupakan sebuah format multimedia yang


(32)

2. Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan seseorang dalam

menciptakan dan mempertahankan relasi sosialnya, yaitu: kemampuan

berhubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi efektif

dengan orang lain, kemampuan berempati dengan baik, serta kemampuan

mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain.

3. Keterampilan interpersonal: keterampilan yang dimiliki individu dalam

rangka membina hubungan interpersonal dengan orang lain sebagai

aplikasi dari kecerdasan interpersonal. Meliputi kemampuan untuk

berinisiatif, bersikap asertif, bersikap empati dan simpati, serta

kemampuan untuk mengatasi konflik interpersonal.

4. Bimbingan pribadi sosial: sebuah layanan yang mengarah pada

penyelesaian permasalahan pribadi dan sosial dalam rangka pencapaian

pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik

pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu, dengan

mempertimbangkan nilai (value), keterampilan pengambilan keputusan

untuk penyesuaian sosial yang memadai sebagai suatu keterampilan hidup


(33)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intellegence) 1. Pengertian Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal atau kecerdasan sosial dikemukakan pertama kali oleh Thorndike pada tahun 1920. Thorndike membagi kecerdasan manusia menjadi tiga, yaitu 1). kecerdasan Abstrak yaitu kemampuan memahami simbol matematis atau bahasa, 2). Kecerdasan Kongkrit yaitu kemampuan memahami obyek nyata dan 3). Kecerdasan Sosial yaitu kemampuan seseorang untuk memahami, mengelola dan beradaptasi saat berinteraksi dengan orang lain.

Kecerdasan interpersonal merupakan suatu kemampuan mencirikan proses-proses yang timbul sebagai hasil dari interaksi individu dengan individu lainnya. Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya (Amstrong, 2002: 4).

Chaplin (2000: 257), mengungkapkan bahwa kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan yang dibangun atas kemampuan inti untuk mengenali perbedaan, seperti perbedaan dalam hal suasana hati, temperamen, motivasi, dan kehendak (Suyono, 2007: 98).


(34)

Pengertian tersebut menekankan bahwa dengan kecerdasan interpersonal memungkinkan seseorang memiliki keterampilan tinggi dalam membaca kehendak dan keinginan orang lain. Kecerdasan interpersonal juga dapat membantu seseorang untuk mempunyai kemampuan dalam memahami dan bekerja dengan orang lain.

Kecerdasan interpersonal juga merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan baik terhadap orang lain. Kemampuan ini melibatkan penggunaan berbagai keterampilan yaitu verbal dan non verbal, kemampuan dalam bekerja sama, manajemen konflik, strategi membangun konsensus, kemampuan untuk percaya, menghormati, memimpin dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama (Williams English, 2005: 163).

Menurut Amstrong (2002: 21), kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain, mulai dari kemampuan berempati pada orang lain sampai kemampuan memanipulasi sekelompok besar orang menuju pencapaian tujuan bersama. Dr. John Elliot, seorang guru besar dari Maryland University menyamakan kecerdasan interpersonal dengan kecerdasan sosial. Elliot memaparkan secara eksplisit dari ketujuh macam kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner, ada satu kecerdasan yang disebutnya dengan kecerdasan sosial. Sebagaimana halnya kecerdasan interpersonal, Elliot menjelaskan kecerdasan sosial merupakan kemampuan dalam diri seseorang: a) untuk


(35)

membaca orang lain dengan akurat, b) mampu memprediksi orang lain secara tepat isi hati orang lain, suasana hati, dan keinginan orang lain, c) mampu menyesuaikan diri, mengambil hati, mempengaruhi orang lain, dan memimpin orang lain, d) memiliki keahlian dalam meminimalisir konflik, ketidak harmonisan hubungan, dan pertengkaran dengan orang lain.

Individu yang cerdas secara interpersonal akan mampu menjalani komunikasi efektif dengan orang lain, mampu untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, suasana hati, intense (maksud dan keinginan), motivasi, watak, temperamen orang lain, dan menanggapinya secara layak. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga masuk dalam inteligensi ini. Semua kemampuan ini akan membuat mereka lebih berhasil dalam berinteraksi dengan orang lain.

Moss dan Hunt mengungkapkan kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan dalam menjalin hubungan dengan orang lain secara terus menerus. Ahli berikutnya adalah Vernon, yang menyatakan kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan pribadi yang relatif menetap dalam diri seseorang untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Kemampuan diwujudkan dengan suatu teknik sosial guna membangun ketentraman masyarakat dan menjaga keberlangsungan hubungan dengan orang lain. (Suyono Hadi, 2007 : 103)


(36)

Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli, disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan individu dalam pemahaman sosial, kepekaan sosial, dan keterampilan menjalin komunikasi sosial, guna untuk mempertahankan suatu hubungan antar pribadi (sosial) yang sehat dan saling menguntungkan. Semua individu dapat memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi. Siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.

2. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal

Adi W. Gunawan (2005:118) menjabarkan karakteristik dari individu yang memiliki kecerdasan interpersonal, antara lain: (1) membentuk dan mempertahankan suatu hubungan sosial; (2) mampu berinteraksi dengan orang lain; (3) mengenali dan menggunakan berbagai cara untuk berhubungan dengan orang lain; (4) mampu mempengaruhi pendapat atau tindakan orang lain; (5) turut serta dalam upaya bersama dan mengambil berbagai peran yang sesuai, mulai dari menjadi seorang pengikut hingga menjadi seorang pemimpin; (6) mengamati perasaan, pikiran, motivasi, perilaku, dan gaya hidup orang lain; (7) mengerti dan berkomunikasi dengan efektif baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal; (8) mengembangkan keahlian untuk menjadi penengah dalam suatu konflik, mampu bekerja sama dengan orang yang mempunyai latar belakang yang beragam; (9) tertarik menekuni bidang yang berorientasi interpersonal


(37)

seperti pengajar, manajemen, dan politik; (10) peka terhadap perasaan, motivasi, dan keadaan mental seseorang.

Karakteristik individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi menurut Safaria (2005: 25-26) yaitu:

a. Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru secara efektif

b. Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang lain c. Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif sehingga

tidak musnah dimakan waktu dan senantiasa berkembang semakin intim/mendalam/penuh makna

d. Mampu menyadari komunikasi verbal maupun non verbal yang dimunculkan orang lain, dengan kata lain sensitif terhadap perubahan situasi sosial dan tuntutan-tuntutannya. Sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya secara efektif dalam segala macam situasi.

e. Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan pendekatan win-win solution, serta yang paling penting adalah mencegah munculnya masalah dalam relasi sosialnya. f. Memiliki keterampilan komunikasi yang mencakup keterampilan

mendengarkan, dan menulis secara efektif. Termasuk pula didalamnya mampu menampilkan penampilan fisik (model busana) yang sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya.


(38)

Dari berbagai penjelasan ahli disimpulkan bahwa secara umum individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi mempunyai karakteristik mampu membina relasi dengan orang lain, mampu menjalin komunikasi verbal dan non verbal dengan orang lain, mampu memahami perasaan orang lain, serta mampu memecahkan permasalahan interpersonal secara efektif.

3. Aspek Kecerdasan Interpersonal

Hatch dan Gardner (Goleman 2006:166) mengidentifikasi aspek kecerdasan interpersonal diantaranya:

a. Mengorganisasi kelompok; kemampuan individu dalam memimpin sesuatu yang menyangkut memprakarsai dan mengkoordinasi dalam menggerakkan orang lain.

b. Merundingkan pemecahan masalah; keterampilan memecahkan konflik, menjadi penengah atau mediator sehingga mencapai suatu kesepakatan.

c. Hubungan pribadi; keterampilan empati dan menjalin hubungan dengan orang lain sehingga mampu masuk kedalam suatu pergaulan d. Analisis Sosial; kemampuan memahami perasaan orang lain sehingga

tercipta suatu kebersamaan.

Anderson (T.Safaria, 2005:24) menyatakan kecerdasan sosial atau kecerdasan interpersonal mempunyai tiga aspek utama yaitu:


(39)

1) Social sensitivity (kepekaan sosial) yaitu kemampuan siswa untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal. Siswa yang memiliki Sensitivitas sosial akan mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, baik reaksi positif maupun reaksi negatif. Sensitivitas sosial meliputi:

a. Sikap empati. Empati adalah sejenis pemahaman perspektif yang mengacu pada “respon emosi yang dianut bersama dan dialami individu ketika ia mempersepsikan reasi emosi orang lain”. Empati memiliki dua komponen yaitu kognitif dan efektif. Komponen kognitif itu pertama adalah kemampuan individu untuk mengidentifikasikan dan melabelkan perasaan orang lain. Kedua kemampuan individu mengasumsikan perspektif orang lain. Komponen afektif adalah kemampuan dalam keresponsifan emosi (fesbech, 1978).

b. Sikap prososial. perilaku proposial adalah tindakan moral yang harus dilakukan secara cultural seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerjasama dengan orang lain dan mengungkapkan simpati (corey G,1995:23)

2) Social insight (wawasan sosial) yaitu kemampuan siswa untuk memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam suatu interaksi sosial, sehingga masalah tidak menghambat apalagi


(40)

menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun siswa. Pondasi dasar dari social insight adalah berkembangnya kesadaran diri siswa secara baik. Kesadaran diri yang berkembang akan membuat siswa mampu memahami dirinya baik keadaan internal maupun eksternal seperti menyadari emosi-emosi yang muncul (internal) atau menyadari cara berbicara dan intonasi suaranya (eksternal). Pemahaman sosial ini meliputi:

a) Kesadaran diri. Kesadaran diri adalah mampu menyadari dan menghayati totalitas keberadaannya di dunia seperti menyadari keinginan-keinginannya, cita-citanya, harapan-harapannya dan tujuan-tujuannya dimasa depan. Kesadaran diri ini sangat penting dimiliki oleh siswa karena kesadaran diri memiliki fungsi monitoring dan fungsi kontrol dalam diri.

b) Pemahaman situasi sosial dan etika sosial. Untuk sukses dalam membina dan mempertahankan sebuah hubungan, individu perlu memahami norma-norma moral dan social yang berlaku di masyarakat (T.Safaria, 2005: 65). Didalam norma moral dan sosial terdapat ajaran yang membimbing individu bertingkah laku yang benar dalam situasi sosial.

c) Pemecahan masalah efektif. Setiap individu membutuhkan keterampilan untuk memecahkan masalah secara efektif. Apalagi jika masalah tersebut berkaitan dengan konflik interpersonal.


(41)

Menurut Safaria T (2005:77) “semakin tinggi kemampuan individu dalam memecahkan masalah, maka akan semakin positif hasil yang akan didapatkannya dari penyelesaian konflik antar pribadi tersebut”. Sedangkan menurut Azwar S (1997:75), “individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi memiliki keterampilan memecahkan masalah konflik antara pribadi yang efektif, dibandingkan individu yang kecerdasan interpersonalnya rendah”.

3) Social comunication atau keterampilan komunikasi sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Keterampilan komunikasi yang harus dikuasai adalah keterampilan mendengarkan efektif, dan keterampilan berbicara dengan orang lain (Anderson, 1999)

Ketiga dimensi kecerdasan interpersonal tersebut merupakan satu kesatuan utuh dan ketiganya saling mengisi satu sama lain. Salah satu dimensi timpang maka akan melemahkan dimensi yang lainnya.

4. Ciri-Ciri Individu Yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Tinggi Dan Rendah

Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal adalah jenis orang yang disukai oleh orang disekitarnya karena secara emosional mereka


(42)

menyenangkan individu. Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal membuat orang lain merasa tentram dan menimbulkan komentar “menyenangkan sekali bergaul dengannya”.

Menurut Mayke S. Tedjasaputra (2005: 3) individu yang memiliki kecerdasan interpersonal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memahami dan berinteraksi dengan orang lain didalam situasi ‘menang-menang’

b. Mampu berkomunikasi secara berkesan dengan memberi respon lisan dan bukan lisan

c. Mendengarkan tanpa membuat penilaian atau judgemen d. Berupaya memotivasi orang lain

e. Percaya pada orang lain f. Memiliki sikap empati

g. Senang berhubungan dengan orang lain h. Dapat bekerjasama dalam situasi kelompok

Yusuf Syamsu & Juntika (2006: 235-236) memaparkan mengenai karakteristik individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik, di antaranya :

a. Memiliki hubungan emosional yang erat dengan orang tuanya, serta dengan orang yang ada di lingkungannya.


(43)

c. Mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan serta menerima berbagai umpan balik terhadapnya

d. Mampu berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal.

Juntika (2005:76) menyebutkan mengenai ciri yang menonjol dari individu yang memiliki kecerdasan interpersonal, sebagai berikut :

a. Memiliki kemampuan bernegosiasi yang tinggi b. Mahir berhubungan dengan orang lain

c. Mampu membaca maksud hati orang lain

d. Menikmati berada ditengah-tengah orang banyak e. Memiliki banyak teman

f. Mampu berkomunikasi dengan baik g. Menikmati kegiatan bersama h. Suka menengahi pertengkaran

i. Mampu membaca situasi sosial yang baik.

Gardner (2003), mengemukakan individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Menunjukan empati kepada orang lain b. Dikagumi teman-teman

c. Berhubungan baik dengan teman sebaya begitu juga dengan oran dewasa


(44)

e. Bekerja dengan orang lain

f. Bertindak sebagai mediator dan konselor bagi orang lain g. Memiliki kemampuan dalam memahami orang lain

h. Memiliki kemampuan dalam mengatur, berkomunikasi dan kadang-kadang mempengaruhi orang lain.

Sedangkan individu yang memiliki tingkat kecerdasan interpersonal yang rendah memiliki ciri-ciri sebagi berikut:

a. Tidak suka berbaur dengan teman yang lain atau orang lain b. Lebih suka menyendiri

c. Tidak memiliki keterampilan sosial yang baik

d. Berprilaku agresif seperti menendang atau memukul orang lain e. Sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan tidak

suka mendengarkan pendapat orang lain

f. Merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang baru

Menurut Goleman (2006:166) individu dengan tingkat kecerdasan interpersonal tinggi tidak terlalu mengalami kesulitan dalam membina hubungan dengan orang lain, baik dengan orang yang baru dikenal maupun dengan teman lama. Dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi senantiasa berfikir dua kali sebelum mengeluarkan kata-kata yang akan diucapkananya, tidak serta merta menanggapi perkataan orang lain secara langsung tanpa dicerna walaupun perkataan itu menurut orang lain cukup meyakinkan.


(45)

Kebanyakan individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi pandai mempengaruhi dan tutur kata yang dimiliki lembut baik secara lisan maupun tulisan.

5. Fungsi Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan yang sangat penting bagi siswa, berikut fungsi kecerdasan interpersonal bagi siswa adalah :

a. Untuk menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial dan mudah menyesuaikan diri. Kurangnya kecerdasan interpersonal adalah salah satu akar penyebab tingkah laku yang tidak diterima secara sosial. Siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah cenderung tidak peka, tidak peduli, egois, dan menyinggung perasaan orang lain.

b. Menjadi berhasil dalam pekerjaan. Banyak siswa cerdas secara teknis tidak pernah mencapai tataran tinggi dalam karirnya karena siswa kurang mampu bergaul secara baik dengan orang lain. Sedangkan siswa yang belum tentu memiliki IQ tinggi melaju dengan pesat dalam karir mereka, hal ini disebabkan karena siswa mengetahui dengan tepat dalam memanfaatkanketerampilan kerja sama mereka. c. Demi kesejahteraan emosional dan fisik. Setiap siswa memerlukan

orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang seimbang secara emosional dan fisik. Tanpa jaringan sosial yang kuat, baik dengan


(46)

keluarga maupun dengan teman, siswa yang rentan terhadap masalah. Siswa juga akan merasa kesulitan dalam mengatasi tuntutan disekitar mereka dan berakhir dengan masalah psikologis.

Masih banyak alasan lain mengapa kecerdasan interpersonal perlu dikembangkan. Kecerdasan interpersonal bukanlah sesuatu yang tidak ada ketika individu dilahirkan, melainkan kecerdasan yang harus dikembangkan karena kecerdasan ini sangat penting bagi individu dalam menjalankan hidup. Kecerdasan interpersonal ini harus dikembangkan dan dibina selama tahap pendewasaan, jika dibiarkan tanpa adanya pembinaan yang baik, mungkin individu akan berprilaku dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma masyarakat. Jika individu dibiarkan terus menerus tanpa kendali, tidak menutup kemungkinan masalah akan terus berlanjut dan bahkan bertambah buruk.

6. Upaya Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan yang ada pada setiap individu merupakan suatu hal yang dapat berkembang dan meningkat. Ada beberapa cara untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal menurut Adi W. Gunawan (2003: 119), diantaranya:

a. Melatih kemampuan berkomunikasi efektif secara verbal dan non verbal


(47)

b. Mempelajari dan mengerti serta peka terhadap mood, motivasi, dan perasaan orang lain

c. Bekerja sama dalam suatu kelompok

d. Belajar dalam satu kelompok (belajar berkolaborasi) e. Menjadi mediator dalam penyelesaian suatu konflik

f. Mengamati dan mengerti maksud tersembunyi dari suatu sikap, perilaku, dan cara pandang seseorang

g. Belajar melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain h. Menciptakan dan mempertahankan sinergi

i. Simpati terhadap orang lain j. Empati terhadap orang lain

B. Kajian tentang Keterampilan Interpersonal sebagai Aplikasi dari Kecerdasan Interpersonal

a. Gambaran tentang Macam-macam Keterampilan Interpersonal

Chaplin (2000: 257) memandang interpersonal sebagai segala sesuatu yang berlangsung antar dua pribadi, mencirikan proses-proses yang timbul sebagai suatu hasil dari interaksi individu dengan individu lainnya. Seorang individu yang memiliki keterampilan interpersonal menunjukkan kemampuan untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung mampu dan mau memahami serta berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi terhadap lingkungan di sekitarnya. Keterampilan


(48)

interpersonal juga sering disebut sebagai keterampilan sosial (social skill), selain kemampuan membina hubungan/relasi baik dengan lingkungannya, juga mencakup kemampuan lain seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, dan memperoleh simpati.

Bhurmester (1988: 992) mengemukakan 5 aspek keterampilan interpersonal yaitu (1) kemampuan untuk berinisiatif dalam memulai suatu hubungan interpersonal; (2) kemampuan untuk membuka diri (self disclosure): (3) kemampuan untuk bersikap asertif; (4) kemampuan untuk memberikan dukungan emosional (emotional support) kepada individu lain dan: (5) kemampuan mengelola dan mengatasi konflik. Berikut penjelasan dari kelima aspek tersebut:

a. Kemampuan untuk Berinisiatif

Bee (Danardono, 1997: 10), memandang inisiatif sebagai kemampuan untuk memulai suatu bentuk kegiatan tertentu. Lebih lanjut Buhrmester (1988: 993) memberikan definisi inisiatif dalam konteks sosial adalah usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Bentuk perilaku yang mencerminkan adanya kemampuan berinisiatif antara lain:

1) Meminta atau mengusulkan pada kenalan baru untuk melakukan aktivitas bersama, misalnya belajar bersama atau pergi bersama.

2) Menawarkan sesuatu pada kenalan baru yang terlihat menarik dan atraktif.


(49)

4) Menjadi individu yang menarik dan menyenangkan ketika berkenalan dengan orang lain.

5) Mengenalkan diri pada orang yang ingin kita kenal

Kemampuan berinisiatif merupakan kemampuan memulai suatu bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain dengan cara meminta atau mengusulkan pada kenalan baru untuk melakukan aktivitas bersama, menawarkan sesuatu pada kenalan baru yang terlihat menarik dan atraktif, serta menjadi individu yang menarik dan menyenangkan ketika berkenalan dengan orang lain.

b. Kemampuan untuk Bersikap Terbuka (Self Disclosure)

Bentuk tingkah laku yang menggambarkan adanya kemampuan untuk bersikap terbuka adalah sebagai berikut:

1) Mengemukakan hal-hal yang bersifat pribadi ketika berbincang-bincang dengan orang yang baru dikenal.

2) Mengatakan pada sahabat tentang hal-hal yang membuat diri merasa malu.

3) Mempercayai seorang kenalan baru dan membiarkannya mengetahui bagian dari diri yang paling sensitif.

4) Memberikan kesempatan pada teman baru untuk mengenal secara mendalam.

5) Melepaskan pertahanan diri untuk mempercayai seorang sahabat.

6) Mengungkapkan secara terbuka apa yang sedang dirasakan. (Buhrmester, 1988:994).

Ini berarti kemampuan untuk bersikap terbuka adalah kemampuan untuk terbuka kepada orang lain, menyampaikan informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya sendiri serta memberikan perhatian


(50)

kepada orang lain sebagai bentuk penghargaan yang akan memperluas kesempatan terjadinya curah pendapat dan atau diskusi.

c. Kemampuan untuk Bersikap Asertif

Seseorang yang asertif akan menunjukkan perilaku atau sikap diantaranya: (1) mampu untuk mempertahankan hak-hak pribadi secara tegas; (2) terampil dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan keyakinan; serta (3) mampu berkomunikasi secara jelas dengan cara yang sesuai (Danardono, 1997: 14).

d. Kemampuan untuk Memberikan Dukungan Emosional

Shepard & Voss (Danardono, 1997: 14) mengatakan kemampuan untuk memberikan dukungan secara emosional merupakan kemampuan untuk memberikan afeksi. Afeksi merupakan suatu bentuk emosi, dan salah satu bentuk ekspresi afektif adalah empati. Empati merupakan komponen penting dalam membangun hubungan dengan orang lain.

Hoffman (Suparno, 2004: 40) menandaskan bahwa empati merupakan kemampuan untuk memahami orang lain dan berusaha menolong orang lain. Goleman (1996 : 173) menegaskan empati yang penuh membutuhkan pemahaman akan makna dan perasaan dari pengalaman-pengalaman orang lain. Lebih lanjut Goleman menjelaskan empati merupakan komponen aktif dari perubahan yang memfasilitasi proses kognitif dan pengaturan emosi dari individu. Hal


(51)

ini berarti wujud dari dukungan emosional adalah dengan empati. Dapat disimpulkan kemampuan untuk memberikan dukungan emosional yaitu kemampuan untuk memberikan empati dan kemampuan untuk menenangkan serta memberikan rasa nyaman bagi orang lain.

e. Kemampuan dalam Mengatasi Konflik Interpersonal

Konflik senantiasa muncul dalam kehidupan manusia karena berbagai sebab. Oleh karena itu diperlukan suatu kecakapan pada diri setiap individu untuk mampu mengatasi konflik tersebut. Grasha (Danardono, 1997: 15) menyebutkan kemampuan mengatasi konflik meliputi sikap-sikap untuk menyusun suatu penyelesaian masalah, mempertimbangkan kembali penilaian atas suatu masalah dan mengembangkan konsep harga diri yang baru. Buhrmester (1988: 995) menambahkan kemampuan mengatasi konflik yang muncul dalam hubungan interpersonal adalah suatu upaya agar konflik yang muncul tidak semakin memanas.

Berdasarkan pada gambaran di atas dengan mempertimbangkan aspek kecerdasan interpersonal, maka peneliti menggunakan ragam keterampilan interpersonal menurut teori di atas untuk diaplikasikan dalam mengembangkan kemampuan interpersonal siswa dengan menggunakan multimedia interaktif yang yang dikembangkan yang meliputi, kemampuan berinisiatif, kemampuan bersikap terbuka,


(52)

kemampuan bersikap asertif, kemampuan empati, serta kemampuan dalam menghadapi konflik interpersonal.

C. Kajian tentang Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa

1. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

Bimbingan sebagai salah satu aspek dari program pendidikan, yang diarahkan terutama untuk membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya saat ini dan dapat merencanakan masa depannya sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan sosialnya. Program bimbingan adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang direncanakan secara sistematik, terarah, dan terpadu untuk mencapai tujuan yang tertentu yang diselaraskan dengan kebutuhan siswa yang telah teridentifikasi dengan tujuan yang diemban oleh sekolah.

Bimbingan dan konseling pribadi sosial adalah layanan yang membantu siswa agar menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha esa, mantap, mandiri, sehat jasmani dan rohani serta mampu mengenal dengan baik dan berinteraksi lingkungan sosialnya secara bertanggung jawab.

Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah siswa. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada


(53)

pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu, dengan mempertimbangkan nilai (value), keterampilan pengambilan keputusan untuk penyesuaian sosial yang memadai sebagai suatu keterampilan hidup (life skills).

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial dibutuhkan dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa, karena bimbingan konseling merupakan bimbingan yang dapat membantu siswa agar memiliki pemahaman situasi sosial dan etika sosial, kesadaran diri, sikap empati, dapat memecahkan masalah yang terjadi antarpribadi, memiliki sikap prososial, dan mampu berkomunikasi dengan baik, Sehingga dapat terjalin suatu hubungan yang sehat dan saling menguntungkan antar siswa.

Bimbingan dan konseling pribadi-sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri, serta keterampilan-keterampilan pribadi-sosial yang tepat.

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

Bimbingan pribadi sosial dilaksanakan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan system pemahaman diri dan sikap-sikap positif serta keterampilan- keterampilan pribadisosial yang tepat.


(54)

Tujuan bimbingan konseling yang terkait dengan aspek pribadi sosial menurut ABKIN (2007 : 18), yaitu sebagai berikut.

a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, maupun masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.

c. Memahami pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, serta mampu merespon secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan dan kelemahan baik fisik maupun psikis.

e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. f. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.

g. Bersikap respek terhadap orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

h. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajiban


(55)

i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.

j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik baik yang bersifat internal maupun eksternal.

k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

3. Komponen Layanan Bimbingan Pribadi Sosial

Muro dan Kottman, (Syamsu Yusuf, 2001: 26-31) mengemukakan bahwa struktur program bimbingan dan konseling komprehensif diklasifikasikan ke dalam empat komponen layanan, yaitu :

a. Layanan dasar

Merupakan pelayanan bantuan bagi siswa melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar dalam hidupnya, dengan kata lain membantu siswa agar dapat mencapai tugas perkembangan. Strategi layanan dasar adalah bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok.

b. Layanan responsif

Merupakan pelayanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan (pertolongan)


(56)

segera. Tujuan pelayanan responsif membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah masalah yang dialami siswa. Pelayanan ini mencakup pendekatan krisis, remedial, serta preventif. Strategi dalam layanan responsif adalah konseling, referal, bimbingan teman sebaya, konferensi kasus, dan kunjungan rumah (home visit).

c. Layanan perencanaan individual

Diartikan sebagai pelayanan untuk siswa agar mampu membuat dan merencanakan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya. Tujuan perencanaan individual adalah upaya memfasilitasi siswa untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan pribadi sosial oleh siswa sendiri.

d. Dukungan sistem

Adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli atau penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen program penelitian dan pengembangan. Selain empat komponen tersebut, ada hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu program bimbingan seperti jenis program bimbingan,


(57)

unsur-unsur yang ada dalam program bimbingan serta prinsip-prinsip program bimbingan.

Dari keempat komponen layanan bimbingan pribadi sosial yang telah dijelaskan , dalam penelitian pengembangan ini peneliti menerapkan layanan responsif dalam rangka membantu siswa memecahkan permasalahannya terkait kecerdasan interpersonal demi memenuhi kebutuhan siswa.

4. Tahap-Tahap Pengembangan Program

Menurut Gysbers dan Henderson (Muro & Kottman, 1995: 55-61), terdapat empat tahap pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu :

a. Perencanaan (planning)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan adalah : (a) identifikasi target populasi layanan (siswa, orang tua, dan guru), (b) isi pokok program (tujuan dan ruang lingkup program), (c) organisasi program layanan (pengorganisasian layanan bimbingan). Perumusan perencanaan ini sebaiknya didasarkan kepada hasil identifikasi tentang kebutuhan siswa. Hal penting lainnya dalam proses perencanaan ini adalah menyangkut penempatan dan pengembangan staf, serta penyediaan dan fasilitas.


(58)

b. Perancangan (designing)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan ini adalah menyangkut : (1) kompetensi dan tujuan yang manakah yang perlu diprioritaskan, (2) siapa saja yang harus diberi layanan : apakah semua siswa dengan pendekatan pengembangan, atau beberapa siswa dengan pendekatan kuartif, (3) keterampilan apa yang sebaiknya dilakukan oleh pembimbing : mengajar, membimbing, konsultasi, konseling, koordinasi, atau menyebarkan informasi dengan mempertimbangkan prioritas tertentu, dan (4) bagaimana hubungan antara program bimbingan dengan program pendidikan lainnya? Apakah tujuan program bimbingan itu mendukung program pengajaran?

c. Penerapan (implementing)

Dalam menerapkan program, pembimbing sebaiknya perlu memiliki kesiapan untuk melaksanakan setiap kegiatan yang telah dirancang sebelumnya sehingga terdapat kesesuaian antara program yang telah dirancang dengan pelaksanaan di lapangan dan program terlaksan dengan baik.

d. Evaluasi (evaluating)

Evaluasi menjadi umpan balik secara berkesinambungan bagi semua tahap pelaksanaan program. Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan, baik untuk perbaikan maupun pengembangan program di masa yang akan datang. Evaluasi


(59)

juga dimaksudkan untuk menguji keberhasilan atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Aspek yang dievaluasi baik proses maupun hasil antara lain meliputi:

1. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan 2. Keterlaksanaan program

3. Hambatan-hambatan yang dijumpai

4. Dalam pelayanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar. Dalam penelitian ini peneliti melakukan beberapa tahap pengembangan program layanan bimbingan konseling yaitu:

1. Perencanaan. Perencanaan dilakukan setelah mengidentifikasi permasalahan siswa, sehingga ditemukan apa yang dibutuhkan siswa selanjutnya memikirkan fasilitas apa akan diberikan untuk memenuhi kebutuhan siswa tersebut.

2. Perancangan (designing). Pada tahap perancangan program layanan bimbingan peneliti merumuskan tujuan diadakannya layanan, keterampilan yang digunakan dan komponen layanan apa yang digunakan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini menyangkut penentuan isi materi dan media yang akan digunakan dalam pemberian layanan.

3. Penerapan. Pada tahap penerapan, terkait pertimbangan kesiapan guru dalam hal ini adalah peneliti saat menerapkan program layanan yang telah dirancang di lapangan.


(60)

4. Evaluasi. Pada tahap ini melalui kegiatan pengamatan yang dilakukan peneliti saat pelaksanaan penelitian yakni mengevaluasi tentang kesesuaian program yang dikembangkan dengan pelaksanaan, keefektifan program yang dikembangkan serta hambatan apa saja yang dijumai saat pelaksanaan.

5. Intervensi Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa

Kebutuhan untuk dapat diterima oleh lingkungan bagi siswa merupakan suatu hal yang sangat mutlak sebagai makhluk sosial. Siswa akan dihadapkan pada permasalahan penyesuaian sosial, salah satunya adalah masalah hubungan antar pribadi. Pembentukan sikap, tingkah laku, dan perilaku sosial siswa banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun teman-teman sebaya. Apabila lingkungan sosial memberikan peluang terhadap siswa secara fasilitatif, maka siswa akan mencapai perkembangan sosial secara matang. Siswa dianggap memiliki kematangan sosial, jika perilaku siswa mencerminkan keberhasilan dalam proses sosialisasi sehingga cocok dengan tempat siswa menggabungkan diri dan diterima sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka siswa memerlukan bimbingan yang lebih berfokus pada pribadi dan hubungannya dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu disinilah bimbingan dan konseling berperan.


(61)

Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah rupanya disadari maupun tidak memiliki dan memberikan andil yang cukup berarti bagi siswa untuk membantu mengatasi masalah hubungan antar pribadi. Bimbingan merupakan suatu usaha bantuan bagi siswa untuk mengatasi kesulitannya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Rochman Natawijawa (Syamsu Yusuf, 2009: 38) yang menyatakan bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada siswa yang dilakukan secara berkesinambungan supaya siswa dapat memahami dirnya sendiri, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Bimbingan juga membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.

Berdasarkan aspek potensi dan arah perkembangan siswa, bimbingan yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa adalah bimbingan pribadi sosial. Menurut Syamsu Yusuf (2010: 37-38), bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial serta memecahkan masalah-masalah pribadi sosial. yang tergolong dalam aspek pribadi sosial ini seperti: hubungan dengan sesama teman, dengan guru, staf sekolah, pemahaman sifat dan pemahaman diri, pengembangan bakat dan


(62)

minat, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat para siswa tinggal, dan penyelesaian konflik (pribadi atau sosial).

Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan yang sangat penting bagi siswa, berikut manfaat bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal bagi siswa adalah :

a. Untuk menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial dan mudah menyesuaikan diri. Kurangnya kecerdasan interpersonal adalah salah satu akar penyebab tingkah laku yang tidak diterima secara sosial. Siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah cenderung tidak peka, tidak peduli, egois, dan menyinggung perasaan orang lain.

b. Agar siswa kelak berhasil dalam pekerjaan. Banyak siswa cerdas secara teknis tidak pernah mencapai tataran tinggi dalam karirnya karena siswa kurang mampu bergaul secara baik dengan orang lain. Sedangkan siswa yang belum tentu memiliki IQ tinggi melaju dengan pesat dalam karir mereka, hal ini disebabkan karena siswa mengetahui dengan tepat dalam memanfaatkanketerampilan kerja sama mereka.

c. Demi kesejahteraan emosional dan fisik. Setiap siswa memerlukan orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang seimbang secara emosional dan fisik. Tanpa jaringan sosial yang kuat, baik dengan keluarga maupun dengan teman, siswa yang rentan terhadap masalah. Siswa juga akan merasa kesulitan dalam mengatasi tuntutan disekitar mereka dan berakhir dengan masalah psikologis.


(63)

Pelayanan bimbingan pribadi sosial akan melibatkan peran teman sebaya memalui strategi kegiatan bimbingan dan konseling kelompok dan klasikal agar saat diimplementasikan disekolah mendapat hasil yang optimal. Bimbingan kelompok merupakan salah satu strategi bimbingan dan konseling yang memiliki dasar, kegiatan, sasaran, dan tujuan yang berhubungan dengan situasi kelompok dan kelas. Selanjutnya bimbingan kelompok diartikan sebagai usaha konselor untuk membantu siswa yang berlangsung dalam situasi kelompok. Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Suasana kelompok yang berkembang dalam bimbingan kelompok dapat menjadi media bagi masing-masing siswa memanfaatkan semua informasi, tanggapan dan berbagi teman-teman untuk kepentingan pemecahan masalah yang dihadapi (Sukmadinata, 1983:32), sedangkan bimbingan klasikal diartikan sebagai usaha konselor untuk membantu siswa yang berlangsung dalam situasi kelas. Secara umum bimbingan klasikal bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelas/jumlah siswa yang relative banyak.

Pelaksanaan bimbingan pribadi sosial bagi siswa untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal diidentifikasikan sebagai berikut: a. Metode dan teknik yang digunakan adalah bimbingan pribadi sosial,


(64)

b. Materi yang disajikan dalam layanan bimbingan pribadi sosial berdasarkan hasil tingkat pencapaian kecerdasan interpersonal siswa c. Langkah kegiatan bimbingan pribadi sosial untuk membantu

mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa, terdiri dari beberapa tahap, sebagai berikut:

1) Perencanaan, analisis kebutuhan siswa, penentuan tujuan kegiatan, metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan, persiapan media.

2) Pelaksanaan: pemberian layanan bimbingan, pemberian materi bimbingan, kerja sama dengan pihak lain yang mendukung kegiatan.

d. Evaluasi: penggunaan teknik dan metode, sarana, dan media.

Kegiatan pelayanan bimbingan pribadi sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pengembangan diri dan sikap-sikap yang positif serta keterampilan-keterampilan pribadi sosial yang tepat.

Layanan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal didasarkan pada setiap aspek kecerdasan interpersonal. Aspek yang dikembangkan dalam kegiatan bimbingan dan konseling yaitu:

a) Social sensitivity (kepekaan sosial) yaitu kemampuan siswa untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal.


(65)

b) Social insight (wawasan sosial) yaitu kemampuan siswa untuk memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam suatu interaksi sosial, sehingga masalah tidak menghambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun siswa.

c) Social comunication atau keterampilan komunikasi sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat

Menurut Adi W. Gunawan (2005) kecerdasan yang ada pada setiap individu merupakan suatu hal yang dapat berkembang dan meningkat. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal, yaitu :

1) Mengembangkan kesadaran diri

Siswa yang memiliki kesadaran yang tinggi akan lebih mampu mengenali perubahan emosi-emosinya, sehingga siswa akan lebih mampu mengendalikan emosi tersebut dengan terlebih dahulu mampu menyadarinya.

2) Mengajarkan pemahaman situasi sosial dan etika sosial

Pemahaman norma-norma sosial merupakan kunci sukses dalam membina dan mempertahankan sebuah hubungan dengan orang lain. Pemahaman situasi sosial mencakup bagaimana aturan-aturan yang menyangkut dalam etika kehidupan sehari-hari. Sehingga nantinya akan


(66)

mengerti bagaimana harus menyesuaikan perilakunya dalam setiap situasi sosial.

3) Mengajarkan pemecahan masalah efektif

Siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi akan memiliki keterampilan memecahkan konflik antar pribadi yang efektif, dibandingkan dengan siswa yang kecerdasan interpersonalnya rendah. 4) Mengembangkan sikap empati

Sikap empati sangat dibutuhkan di dalam proses pertemanan agar tercipta hubungan yang bermakna dan saling menguntungkan. Dengan memiliki sikap empati siswa dapat merasakan apa yang orang lain rasakan, sehingga akan tercipta rasa saling menghargai antar teman.

5) Mengembangkan sikap prososial

Perilaku prososial sangat berperan bagi kesuksesan siswa dalam menjalin hubungan dengan teman sebayanya. siswa yang disukai oleh teman sebayanya kebanyakan menunjukkan perilaku prososial yang tinggi. 6) Mengajarkan berkomunikasi secara santun

Komunikasi merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan kesuksesan di dalam hidupnya. 7) Mengajarkan cara mendengar efektif.

Keterampilan mendengarkan ini akan menunjang proses komunikasi siswa dengan orang lain.


(67)

D. Kajian tentang Karakteristik Siswa SMP sebagai Remaja 1. Pengertian Remaja

Remaja atau Adolescentia berasal dari istilah Latin adolescere, yang berarti masa muda yang terjadi antara 17 – 30 tahun. Menurut Stanley Hall dalam Santrock (2002) usia remaja antara 12 sampai usia 23 tahun. Serupa dengan pendapat yang dikemukakan oleh Monk & Knoers (2002: 262), dikatakan masa remaja yaitu antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun

Batasan usia remaja yang juga umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Sementara Monks, dkk (2002: 264) membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun.

Perkembangan selanjutnya, istilah adolesence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Menurut WHO (World Health Organitation) dalam Sarlito Wirawan Sarwono (2005: 6), remaja adalah suatu masa ketika: a) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual; b) Individu


(68)

mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak mencapai dewasa; dan c) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada kedaan yang relatif lebih mandiri.

Pengertian serupa dikemukakan oleh Salzman. Menurut Salzman (Syamsu Yusuf, 2001: 184), remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral, sedangkan menurut Hall (Syamsu Yusuf, 2001: 184) menyatakan, bahwa remaja merupakan masa “Strum & Drag”, suatu periode yang berada dalam dua situasi yaitu antara kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian remaja dan rentang usianya, dapat dikerucutkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, dimulai pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun, di mana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik pematangan fisik, emosi, psikologis, perkembangan sikap menuju kemandirian termasuk dalam hal ekonomi, serta perkembangan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.


(1)

SKOR HASIL UJI COBA LAFANGAN AWAL

Rata-rata Skor Persentase Skor

Total Skor

3.0

1

3.3 75%

1

83%

380 3.3

83% 3.0 75%

3.0 75%

3.2 79%

3.2 79%

3.5 88%

3.2 79%

3.0 75%

2.7

1

2.8 67% 171%

3.2 79%

3.2 79%

3.2 83%

3.2 79%

3.7 92%

3.3 83%

3.0 75%

3.3 83%


(2)

(3)

Rata-rata Skor Skor Terbaik Persentase Skor Total Skor

3.0 120 74% 1977 3.0 120 76% 3.3 120 83% 3.5 120 88% 3.2 120 81% 3.5 120 88% 3.5 120 88% 3.4 120 85% 3.2 120 79% 3.0 120 74%

2.8

1

3.1 1201 120 71%

1

78%

3.4 120 85% 3.3 120 83% 3.1 120 78% 3.3 120 83% 3.6 120 90% 3.6 120 90% 3.2 120 81% 3.7 120 93%


(4)

SKOR HASIL UJI COBA

PELAKSANAAN

LAPANGAN

16 Yudha Sakti 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 4 2 4 4 4

17 AanSetyawan 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4

4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4

19 Ilham Robbi P. 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

2 0 R e z a W u l a n s a r i 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3

4 3 4 4 3 3 4


(5)

-r

4 0 A n i n d y a S a b i l a M 4 JumlahSkor Rata-rataskor PersentaseSkor Total Skor 135 3.4 84% 2638 4 137 3.4 86% 4 125 3.1 78% 4 126 3.2 79% 4 125 3.1 78% 4 129 3.2 81% 4 127 3.2 79% 3 119 3.0 74% 3 129 3.2 81% 3 125 3.1 78% 2 127 3,2 79% 4 130 3.3 81% 4 132 3.3 83% 4 125 3.1 78% 4 125 3.1 78% 4 127 3.2 79% 4 134 3.4 84% 4 135 3,4 84% 2 117 2.9 73% 4 145 3.6 91%


(6)