Sosialisasi Informasi Program Pembangunan Pemeliharaan Drainase bagi

Jelaslah bahwa sebenarnya hasil pelaksanaan pembangunan pemeliharaan saluran drainase yang telah dilakukan tidak singkron dengan keinginan masyarakat di Kecamatan Medan Johor pada umumnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa keterbukaan terhadap akses masyarakat dalam mengajukan alternatif atau memutuskan sendiri apa yang menjadi keinginannya masih belum terwujud dengan semestinya.

5.1.3. Sosialisasi Informasi Program Pembangunan Pemeliharaan Drainase bagi

Masyarakat di Kecamatan Medan Johor Kota Medan . Salah satu aspek penting dalam implementasi kebijakan pembangunan adalah adanya asas transparansi atau keterbukaan. Prasyarat ini adalah mutlak mengingat dalam era demokrasi saat ini masyarakat berhak mengetahui secara lebih spesifik, konsep dan penerapan kebijakan macam apa yang dapat segera diwujudkan dan sekaligus memberi manfaat yang sebesar-besaranya bagi hajat hidup masyarakat itu sendiri. Karenanya disisi lain ketertutupan aparatur pemerintah dalam memutuskan berbagai kebijakan dalam pembangunan akan berdampak pada kurang efektifnya penerapan kebijakan dan terhambatnya proses pembangunan yang dijalankan. Sehingga boleh jadi ketertutupan justru menimbulkan resistensi di masyarakat. Hasil wawancara menjelaskan bahwa selama pelaksanaan program pembangunan pemeliharaan Drainase di Kecamatan Medan Johor berlangsung, banyak informan beranggapan bahwa sosialisasi program pembangunan pemeliharaan Drainase di Kecamatan Medan Johor yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah kota masih sangat minim. Padahal sosialisasi program tersebut juga termasuk dalam ruang debat publik, sehingga masyarakat bisa mengetahui darimana dan kemana anggaran belanja daerah dialokasikan dan bagaimana pendistribusiannya. Sosialisasi kebijakan sebelumnya juga penting guna pengawasan yang lebih baik dan efektif, artinya masyarakat juga akan turut mengawasi. Sosialisasi juga jangan sekadar formalitas dan kerangka kerja saja, penjelasan yang lebih detail pada kenyataannya akan mampu menyumbangkan legitimasi yang lebih kuat dari masyarakat terhadap setiap kegiatan proyek-proyek pembangunan. Orientasi kerja dan kinerja aparatur juga selayaknya harus lebih kepada urgensi kebutuhan masyarakat, ketimbang sekadar formalitas pengalokasikan dana pembangunan proyek dalam setiap tahun anggaran untuk proyek-proyek rutin, dalam hal APBD misalnya, selain ada fungsi alokasi, maka fungsi fiskal anggaran tersebut harus optimal. Sehingga aparatur akan lebih luwes lagi mengelola anggaran daerah, yang merupakan hasil optimal dari partisipasi masyarakat. Demikian juga dengan sosialisasi Perda Peraturan Daerah, harus diumumkan secara jelas dan terbuka, sehingga anggota masyarakat akan merasa “well- informed” dengan kebijakan pemerintah di daerahnya. Selama ini tidak jarang masyarakat kurang mengetahui perda-perda apa saja yang mengakomodir kepentingan yang lebih luas, dan apa saja manfaat perda-perda yang telah dan akan dikeluarkan. Dalam hal kebijakan publik ada komitmen terhadap pola kepemerintahan yang baik good-governance, yang dalam Peraturan Pemerintah No.12000 dijelaskan bahwa kepemerintahan yang baik adalah yang mampu mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektifitas supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Pemerintahan yang bijaksana memiliki arti tidak sekadar mengandalkan legalitas hukum yang dimiliki untuk menjalankan administrasi publik, akan tetapi juga berusaha menumbuhkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap proses administrasi dan hasil-hasil pembangunan yang dicapai Nisjar dalam Sedarmajanti, 2004. Dengan dermikian transparansi adalah suatu prinsip atau karakteristik dalam mengembangkan sistim kepemerintahan yang baik. Budaya transparansi memang relatif baru bagi kita, meskipun di negara-negara yang menganut faham demokrasi hal demikian tidaklah tabu. Soal bagaimana proses pembelajaran seluruh lapisan masyarakat, khususnya aparatur pemerintahan dalam mewujudkan transparansi kebijakan publik, semestinya dimulai dari aparatur pemerintahan sendiri, atau peran proaktif para wakil rakyat.di DPR maupun DPRD. Sementara itu dikalangan akademisi harus dibiasakan untuk secara terbuka dan sportif mendiskusikan bagian-bagian dari kebijakan pemerintahan, terutama yang langsung menyangkut hajat hidup orang banyak. Misalkan soal pendidikan, kesehatan, perumahan, pangan, subsidi, kenaikan BBM, dana kompensasi dan lain sebagainya. Adanya argumentasi akademik dari dasar pengambilan keputusan yang didiskusikan secara terbuka, baik melalui saluran media massa ataupun seminar-seminar, akhirnya akan menjadi sebuah tradisi akademis yang sangat bermanfaat, sehingga implementasi kebijakan tidak melulu menjadi polemik yang menimbulkan pertentangan politik yang tak berujung di kemudian hari. Transparansi atau keterbukaan memerlukan pula data-data yang lengkap, dan ini juga merupakan tugas pihak-pihak yang kompeten untuk itu, disisi pemerintah misalnya ada Badan-badan yang berwewenang mempublikasikan data-data baku seperti BPS Badan Pusat Statistik atau Bapeda serta instansi resmi lainnya yang memiliki otoritas untuk itu. Adakalanya data-data pembangunan tidak secara lengkap disajikan dengan berbagai alasan kendala teknis, padahal semestinya data-data dan informasi baku harus lebih cepat disosialisasikan dengan kesenjangan waktu time-gap yang tidak terlalu lama. Dalam hal ini kita memang jauh tertinggal dari negara-negara industri maju dalam hal kecepatan merilis data-data pembangunan mutakhir, baik di tingkat pusat maupun daerah. Pentingnya data ini dapat menghindarkan situasi informasi yang asimetrik assymetric information, dimana terjadinya ketimpangan informasi antara aparatur dengan masyarakat. Iklim demikian menjadi tidak sehat bagi proses demokratisasi dan mungkin saja akan membuka celah untuk terjadinya korupsi, kolusi dan manipulasi. Untuk mengoreksinya, lembaga otoritas harus membuat peraturan keterbukaan informasi. Tidak jarang bahwa kegagalan atau kelalaian menyampaikan informasi yang lengkap dapat digolongkan sebagai tindakan pidana, dengan hukuman kurungan, denda ataupun sanksi administratif .

5.1.4 . Keberadaan Wadah Komunikasi Masyarakat Kecamatan Medan Johor yang