Bentuk-bentuk Partisipasi Partisipasi Masyarakat Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Karenanya dalam beberapa definisi tersebut terdapat beberapa kata kunci tentang definisi pastisipasi : a. Keikutsertaan b. Secara sukarela c. Keterlibatan mentalpikiran dan emosiperasan d. Berbentuk pernyataan ataupun kegiatan nyata e. Media penumbuhan kohesifitas f. Akomodasi kepentingan bersama

2.3.3. Bentuk-bentuk Partisipasi

Sebagai bentuk keikutsertaan masyarakatkelompok terdapat beberapa wujud dari partisipasi : 1. Menurut Vaneklasen dan Miller membagi pastisipasi atas Handayani, 2006 : a. Partisipasi Simbolis Masyarakat duduk dalam lembaga resmi tanpa melalui proses pemilihan dan tidak mempunyai kekuasaan yang sesungguhnya. b. Partisipasi Pasif Masyarakat diberi informasi atas apa yang sudah diputuskan dan apa yang sudah terjadi. Pengambil keputusan menyampaikan informasi tetapi tidak mendengarkan tanggapan dari masyarakat sehingga informasi hanya berjalan satu arah. c. Partisipasi Konsultatif Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab beberapa pertanyaan. Hasil jawaban dianalisis pihak luar untuk identifikasi masalah dan cara pengatasan masalah tanpa memasukkan pandangan masyarakat. d. Partisipasi dengan Insentif Material Masyarakat menyumbangkan tenaganya untuk mendapatkan makanan, uang, atau imbalan lainnya. Masyarakat menyediakan sumber daya, namun tidak terlibat dalam pengambilan keputusan sehingga mereka tidak memiliki keterikatan untuk meneruskan partisipasinya ketika masa pemberian insentif selesai. e. Partisipasi Fungsional Masyarakat berpartisipasi karena adanya permintaan dari lembaga eksternal untuk memenuhi tujuan. Mungkin ada keputusan bersama tetapi biasanya terjadi setelah keputusan besar diambil. f. Partisipasi Interaktif Masyarakat berpatisipasi dalam mengembangkan dan menganalisa rencana kerja. Partisipasi dilihat sebagai hak, bukan hanya sebagai alat mencapai tujuan, prosesnya melibatkan metodologi dalam mencari perspektif yang berbeda dan serta menggunakan proses belajar yang terstruktur. Karena masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan maka mereka akan mempunyai keterikatan untuk mempertahankan tujuan dan institusi lokal yang ada di masyarakat juga menjadi kuat. g. Pengorganisasian Diri Masyarakat berpartisipasi dengan merencanakan aksi secara mandiri. Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga eksternal untuk sumber daya dan saran-saran teknis yang dibutuhkan, tetapi kontrol bagaimana sumber daya tersebut digunakan berada di tangan masyarakat sepenuhnya. Secara ideal partisipasi semestinya berwujud partisipasi interaktif ataupun pengorganisasian diri, tetapi tentunya hal tersebut menuntut kapabilitas sumber daya manusiayang optimal. Di negara dunia ketiga yang umumnya berpemerintahan totaliter menggunakan model partisipasi simbolis, pasif ataupun konsultatif. Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat ikut serta dengan pemerintah memberi bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian “pengikutsertaan” atau pengambil bagian dalam kegiatan bersama. 2. Menurut Soetrisno 1995:221, secara umum ada 2 dua jenis definisi partisipasi yang beredar di masyarakat, yaitu: 1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan masyarakat terhadap rencanaproyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuan oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam defenisi ini pun diukur dengan kemauan masyarakat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan pembangunan. 2. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kerja sama erat antara perencana dan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak hanya diukur dengan kemauan masyarakat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak masyarakat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka. Ukuran lain yang dapat digunakan adalah ada tidaknya kemauan masyarakat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu. Dalam realitasnya, terutama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, istilah partisipasi ini sering dikaitkan dengan usaha di dalam mendukung program pembangunan. 3. Menurut Santoso S. Hamidjoyo 1988:67, bahwa partisipasi mengandung tiga pengertian, yaitu: 1. Partisipasi berarti turut memikul beban pembangunan. 2. Menerima kembali hasil pembangunan dan bertanggung jawab terhadapnya. 3. Partisipasi berarti terwujudnya kreativitasnya dan oto aktifitas. Dari ketiga hal tersebut di atas, jelas bahwa masalah partisipasi ini sangat urgen, lebih-lebih dalam pelaksanaan pembangunan, oleh karena itu partisipasi aktif segenap lapisan dalam pembangunan harus semakin luas dan merata, baikdalam memikul beban pembangunan maupun di dalam menerima hasil pembangun. 4. Menurut Sherry Arnstein 1969 menerangkan partisipasi tangga dengan 8 langkah. Secara singkat adalah sebagai berikut: 1 Manipulasi 2 Terapi. Non partisipatif. Tujuannya adalah untuk menyembuhkan atau mendidik para partisipan. Ini adalah rencana terbaik dan tujuan dari keikut-sertaan adalah untuk mencapai dukungan publik dari hubungan umum. 3 Pemberitahuan. Ini adalah langkah pertama terpenting untuk partisipasi yang sah. Tetapi yang terlalu sering terjadi adalah adanya penekanan informasi secara satu arah. Tidak adanya saluran untuk pemberian masukan. 4 Konsultasi. Survey-survey tingkah laku, pertemuan-pertemuan antar warga, dan pertanyaan untuk warga umum. Tetapi ritual yang tidak berarti apa-apa 5 Penenangan. Pemilihan beberapa peserta yang berkarya untuk dijadikan komite. 6 Persekutuan. Kekuasaan dibagikan melalu negosiasi antar warna negara dan pemegang kekuasaan. Tanggung jawab perencanaan dan pembuatan keputusan ditanggung bersama. 7 Utusan Kekuasaan. Warga-warga negara yang merupakan suara terbanyak dalam komite adalah utusan sebagai pembuat keputusan. Masyarakat umu sekarang memiliki kemampuan untuk memastikan berjalannya program-program untuk rakyat. 8 Kontrol Masyarakat. Lainnya mengurus seluruh pekerjaan perencanaan, pembuatan polis, dan mengatur program. Menurut Sherry Arnstein 8 tangga partisipasi diatas secara berjenjang akan semakin memberikan nilai optimal dalam pelibatan masyarakat. Bahwa pada tahapan 7 dan 8 adalah tahapan yang sering digunakan pada rezim pemerintahan yang otoritarian, hal tersebut dapat dimengerti karena otoritarianitas tidak menghendaki perbedaan kepentingan dengan penguasa. Pada tahapan 4, 5, dan 6 sering dilakukan pada masyarakat demokrasi awal, dimana pemegang kekuasaan dan masyarakat saling menjajagi fase-fase perkembangan lanjut porsi kekuasaan antar mereka.

2.4. Fungsi Pengawasan Masyarakat Terhadap Pembangunan