bangsa Indonesia, sikap budaya kerja keras, disiplin, kreatif, ingin maju, menghargai
prestasi dan siap bersaing. Ukurannya tentu sangat relatif dan terutama bersifat kualitatif.
Dalam pembangunan budaya perlu dikembangkan orientasi kepada ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemberdayaan teknologi, merupakan jawaban yang
berjangkauan jauh ke depan dan berkesinambungan dalam membangun masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera. Pemberdayaan masyarakat harus pula berarti
membangkitkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakatnya. Masyarakat yang secara politik terisolasi bukanlah masyarakat
yang berdaya, artinya tidak seluruh aspirasi dan potensinya tersalurkan. Maka, aspek politik juga terdapat dalam pemberdayaan masyarakat.
5.2. Pembahasan
Partisipasi masyarakat sesuai dengan model pembangunan saat ini tentu masih menjadi pertanyaan di segala sisi pembangunan itu sendiri. Sudah sepantasnya sebagai
anggota masyarakat menunjukkan perilaku pembangunan yang partisipatif demikian pula dengan pemerintahan yang sedang mengemban tugas pengelolaan pembangunan di
daerah. Artinya setiap pihak tentunyamemposisikan dirinya pada porsi yang proporsiolnal dalam setiap upaya pembangunan.Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, didapatkan
berbagai informasi dan data tentangfenomena partisipasi masyarakat di Kecamatan Medan Johor Kota Medan yang masih memerlukan perhatian serta langkah penanganan
yang integratif.
Meski pelaksanaan Program Pembangunan dan pemeliharaan drainase yang telah dilaksanakanmemberikan hasil yang nyata dari dimensi outputnya, namun penelitian ini
justru belummenangkap adanya manfaat yang optimal bagi masyarakat di masa yang akan datang. Kehadiranoutput berupa saluran drainase yang berdasarkan data dan
informasi yang dikumpulkan saatwawancara dengan berbagai informan yang memahami persoalan pembangunan dan pemeliharaandrainase di lokasi penelitian, masih belum
sesuai dengan keinginan perkembangan dinamikamasyarakat di Kecamatan Medan Johor. Masih banyak informan yang ragu akan daya tampungvolume air yang dapat dialiri
saluran drainase yang ada. Fenomena ini justru sangat tajam terlihatdengan semakin tumbuhnya lokasi pemukimamn warga berupa Kompleks Perumahan yang
jugameningkat tajam dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Kondisi yang demikian juga diperburuk dengan hadirnya saluran pengendalian
banjir Kota Medanyang juga menjadikan wilayah Kecamatan Medan Johor sebagai salah satu urat nadi dalampengelolaan banjir kota tesebut. Dengan demikian partisipasi yang
ada selama ini yang jugamenggambarkan masih adanya gap antara pemerintah kota sebagai fasilitator, maupun masyarakatyang sekaligus menjadi objek serta subjek suatu
upaya pembangunan seperti drainase menjadisandaran partikel yang teramat penting. Kondisi yang demikian kompleksnya akan dapatdiminimalisasi dengan adanya model
kemitraan yang strategis. Tentu saja tetap melihat kepadakapasitas rutinitas masyarakat di Kecamatan Medan Johor yang semakin sulit menemukan waktuluang untuk bertukar
informasi bersama anggota masyarakat lainnya juga dengan pemerintah lokal. Hasil wawancara terhadap informan menunjukkan kenyataan bahwa partisipasi
masyarakatKecamatan Medan Johor dalam konteks pembangunan dan pemeliharaan saluran drainase masihdalam tahapan non partisipatif atau masih membutuhkan
manipulasi serta pemberitahuan yangintens sebagaimana penjelasan Arnstein dalam konsep tangga partisipasinya. Kondisi ini justrudiperkuat oleh adanya fenomena spesifik
seperti kompleksitas kehidupan masyarakat di lokasipenelitian yang secara signifikan meningkat serta degradasi perilaku partisipatif itu sendiriterhadap pembangunan yang
sedang dilaksanakan. Informasi yang diperoleh justrumenggambarkan bahwa sebagaimana keinginan partisipasi masyarakat yang meliputi perencanaan,pelaksanaan,
pengawasan hingga evaluasi hasil-hasil pembangunanmasih belum mendapatkanposisi yang ideal.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Penelitian ini berfokus pada salah satu dimensi wajah pembangunan KotaMedan seperti yang dilaksanakan di Kecamatan Medan Johor khususnya di bidang Infrastruktur
dalam pembangunan drainase. Kemudian mempersempit pembahasan penulis juga melihat salah satu sisi utama yang sangat pentingberkaitan dengan pembangunan tersebut
yakni mengenai partisipasi yangdilakukan masyarakat kecamatan Medan Johor sendiri terhadap berbagai upayapembangunan dan pemeliharaan infrastruktur sebagaimana
drainase di wilayah mereka. Tuntutan otonomi daerah secara penuh terus dilakukan agar setiap daerah dapat
memainkan peranan dan posisi yang strategis sebagai pemilik sumberdaya di daerahnya sendiri. Pelaksanaan otonimi daerah juga diharapkan sebagai upaya untuk mempercayai
masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam mengatur dan mengembangkan potensi daerahnya sendiri. Terlalu besarnya dominasi negara selama ini yang menjadi alasan
penting bagi masyarakat untuk melakukan perubahan yang mendasar pada pemerintahan daerah terlebihdalam pemerintahan desa. Proses prencanaan, pengambilan keputusan
danprogram pembangunan kerap kali dilakukan dengan sistem dari atas kebawah top- down. Rencana program-program pembangunan diseragamkan di buat ditingkat pusar
atas dan dilakukan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten,sedangkan potensi setiap daerah berbeda-beda. Sistem perencanaanpembangunan top-down yang bersifat
sentralistik ini menyebabkan mandulnyapartisipasi masyarakat. sejauh ini, partisipasi