swalayan dan mall-mall. Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis makanan lain seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap cai Anonim, 2011.
Dalam pembuatan bakso perlu ditambahkan tepung tapioca dan bumbu lainnya. Selain itu, sering pula ditambahkan pengenyal. Pengenyal yang aman dan
diperbolehkan adalah Sodium Tripoli Fosfat STF. Selain sebagai pengenyal, Sodium Tripoli Fosfat juga berfungsi sebagai pengemulsi sehingga adonan dapat
bercampur dengan lebih rata. Namun demikian, kebanyakan bakso yang berharga murah tidak menggunakan STF sebagai pengenyal, melainkan memilih
menggunakan obat bakso. Perlu diingat bahwa obat bakso mengandung boraks, yang sebenarnya merupakan pengawet mayat. Ciri-ciri bakso yang mengandung
boraks sebagai pengenyal dan pengawet adalah lebih kenyal jika dibandingkan dengan bakso yang menggunakan STF sebagai pengenyal. Itu sebabnya bakso
yang mengandung boraks bila digigit akan kembali kebentuk semula Yuliarti, 2007.
2.1.1 Cara Pembuatan Bakso
Bakso merupakan makanan yang sangat populer di kalangan masyarakat. Hampir di setiap tempat dapat dijumpai produk ini. Di pasar-pasar, di pinggir
jalan, di pondokan, pedagang keliling sampai di pasar swalayan. Bakso yang biasa kita kenal dikelompokkan menjadi bakso daging, bakso urat, dan bakso aci. Bakso
daging dibuat dari daging yang sedikit mengandung urat, misalnya daging bagian
paha, dengan penambahan tepung yang lebih sedikit. Bakso urat terbuat dari daging yang mengandung jaringan ikat atau urat, misalnya daging iga. Bakso aci
Universitas Sumatera Utara
adalah bakso yang penambahan tepungnya lebih banyak dibanding dengan jumlah daging yang digunakan Tristar, 2010.
Pembuatan bakso terdiri dari tahap pemotongan daging, penggilingan daging bisa dengan menggunakan mesin penggiling daging, penghalusan daging
giling sekaligus pencampuran dengan bahan pembantu dan bumbu, pencampuran dengan tepung tapioka bisa dengan menggunakan mesin blender industri,
pembentukan bola-bola bakso bisa secara manual maupun secara otomatis memakai Mesin Pencetak Bakso, dan perebusan. Perebusan bakso dilakukan
dalam dua tahap agar permukaan bakso yang dihasilkan tidak pecah akibat perubahan suhu yang terlalu cepat. Tahap pertama, bakso dipanaskan dalam panci
berisi air hangat sekitar 60°C sampai 80°C, sampai bakso mengeras dan terapung. Tahap kedua, bakso direbus sampai matang dalam air mendidih Tristar, 2010.
Bahan-bahan yang digunakan adalah daging sapi 1 kg, tepung tapioka 300 gram dan es batu 200 gr, Sodium Tripoli Fosfat STF 2 gr, Lada halus 2 gr,
Monosodium glutamat MSG 5 gr dan garam 18 gr. Proses pembuatannya adalah daging dipotong-potong 10x5x5 cm. Daging digiling dengan menggunakan mesin
penggiling daging. Daging gilingan dimasukkan ke dalam Blender Industri bersama dengan sebagaian dari es, STF, garam, lada halus dan MSG. Campuran
tersebut dihaluskan selama 5 menit. Tepung tapioka dan sisa es ditambahkan ke dalam blender industri, dan semua campuran dihaluskan sampai halus. Setelah
halus, adonan bakso dibulat-bulatkan dengan menggunakan tangan dan diambil dengan sendok. Ukuran daging disesuaikan dengan selera, bisa besar, kecil, atau
sedang. Bisa juga menggunakan mesin pencetak bakso. Bola-bola daging yang
Universitas Sumatera Utara
terbentuk langsung dimasukkan ke dalam air hangat air hangat ini belum mendidih atau sekitar suhu 60°-80°C. Bila sudah terapung dalam air, bola-bola
bakso ini diangkat. Bila akan dikonsumsi langsung, bakso tersebut didinginkan sebentar, lalu direbus lagi sampai matang sekitar 10 menit. Bila akan disimpan,
dapat disimpan di mesin pendingin untuk jangka waktu sebentar. Apabila ingin disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama, bisa dikemas dengan
menggunakan mesin pengemas vakum. Lalu disimpan dalam freezer, dan direbus kembali jika akan dikonsumsi Tristar, 2010.
2.1.2 Pengawet dalam Kehidupan Sehari-hari