dan menutupi luka. HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga pengisap darah yang lain. Kebanyakan serangga tidak membawa darah dari satu
orang ke orang lain ketika mereka menggigit manusia. Parasit malaria memasuki aliran darah dalam air ludah nyamuk, bukan darahnya Kannabus, 2008.
2.1.6. Patogenesis HIVAIDS
Bila masuk ke dalam tubuh, HIV akan menyerang sel darah putih, yakni limfosit T4 yang mempunyai peranan penting sebagai pengatur sistem imunitas.
HIV mengadakan ikatan dengan CD4 receptor yang terdapat pada permukaan limfosit T4. Kini diketahui bahwa virus ini juga dapat langsung merusak sel-sel
tubuh lainnya yang mempunyai CD4 sel glia yang terdapat di otak, makrofag dan sel Langerhans di kulit, saluran pencemaan dan saluran pernapasan. Suatu enzim,
reverse transcriptase mengubah bahan genetik virus RNA menjadi DNA yang bisa berintegrasi dengan sel dari hospes. Selanjutnya sel yang berkembang biak
akan mengandung bahan genetik virus. Infeksi oleh HIV dengan demikian menjadi irreversibel dan berlangsung seumur hidup. Di Afrika Barat dan Eropa
Barat telah ditemukan pula suatu retrovirus lain, yakni HIV-2 yang juga dapat menyebabkan AIDS. Virus ini mempunyai perbedaan cukup banyak dengan HIV-
1, batik genetik maupun antigenetik, sehingga tidak bias dideteksi dengan tes serologik yang biasa dipakai. HIV-2 ter nyata mempunyai banyak persamaan
dengan SIV Simian Immunodeficiency Virus yang terdapat pada kera, termasuk kera Macacus di Indonesia dan kera hijau Afrika. Ditemukannya HIV-2 akan
mempersulit penanggulangan AIDS karena mempunyai implikasi tmtuk diagnostik, staining donor dan pengembangan vaksin Gunawan, 1992.
2.1.7. Perjalanan Penyakit AIDS
Perjalanan penyakit AIDS belum diketahui dengan pasti. Masa inkubasi diperkirakan 5 tahun atau lebih. Diperkirakan bahwa sekitar 25 dari orang yang
terinfeksi akan menunjukkan gejala AIDS dalarn 5 tahun pertama. Sekitar 50 dari yang terinfeksi dalam 10 tahun pertama akan mendapat AIDS. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya AIDS pada orang yang seropositif belum
Universitas Sumatera Utara
diketahui dengan jelas. Menurunnya limfosit T4 di bawah 200 per ml. berarti prognosis yang buruk. Diperkirakan bahwa infeksi HIV yang berulang dan
pemaparan terhadap infeksi-infeksi lain mempunyai peranan penting. Mortalitas pada penderita AIDS yang sudah sakit lebih dari 5 tahun mendekati 100.
Survival penderita AIDS rata-rata ialah 1 2 tahun. CDC Atlanta menetapkan klasifikasi infeksi pada orang dewasa sebagai berikut :
group I Acute Infection flu-like disease group II Symptomatic infection
group III Persistent generalized lymphadenopathy group IV Other disease
subgroup A Constitutional disease fever, diarrhoea,weight loss subgroup B Neurologic disease encephalitisdementic
subgroup C Secondary infectious diseases Pneumocystis carinii, Cytomegalovirus, Salmonella, etc.
subgroup D Secondary cancers Kaposi sarcoma, Non-Hodgkin lymphoma subgroup E Other conditions
Hingga saat ini belum ditemuka n obat atau vaksin yang efektif terhadap AIDS. Berbagai obat anti-virus dan immunomodulator sedang diteliti dan obat
yang memberi harapan ialah Zidovudine dulu disebut Azidothymidine atau AZT dan DDI Dedioxyinosine yang ternyata dapat memperpanjang hidup penderita,
sekalipun ada efek sampingnya. Baik AZT maupun DDI menghambat replikasi virus arena inhibisi dari ensim reverse transcriptase Penyakit oportunistik dapat
diobati sesuai dengan etiologinya dengan kemoterapi, antibiotika, dan sebagainya. Pneumonia Pneumocystis carinii yang sering menyerang penderita AIDS dapat
diobati dengan Pentamidine atau Cotrimoxazole. Salah satu hambatan untuk menghasilkan vaksin AIDS ialah seringnya terjadi
mutasi path HIV yang mengakibatkan perubahan pada struktur molekular lapisan protein luar dari virus. Pengembangan vaksin AIDS sedang dilaksanakan dengan
intensif, namun para ahli memperkirakan bahwa dalam lima tahun mendatang belum akan ada vaksin yang efektif Gunawan, 1992.
Universitas Sumatera Utara
2.1.8. Gejala Infeksi HIVAIDS