BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Isu yang sedang menjadi perhatian masyarakat saat ini yaitu peran suatu perusahaan terhadap lingkungannya, baik lingkungan intern maupun lingkungan
ekstern. Isu tersebut dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility CSR. CSR merupakan isu yang berkembang sejak
tahun 1960-an atau pasca Perang Dunia II. Pada masa pasca PD II tersebut masyarakat terdorong untuk menuntut pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan.
Kesadaran bahwa bumi memiliki keterbatasan daya dukung juga menjadikan isu kepedulian atas lingkungan menjadi sorotan. Hal tersebut berkembang seiring
dengan diterbitkannya sebuah buku yang berjudul “The Limits to Growth” pada dasawarsa 1970-an. Buku ini mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa bumi
mempunyai keterbatasan daya dukung. Sementara di sisi lain, manusia bertambah secara eksponensial. Oleh karena itu, eksploitasi alam harus dilakukan secara hati-
hati agar pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an.
CSR semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business 1998, karya John Elkington. Elkington
mengemas CSR ke dalam tiga fokus 3P, singkatan dari profit, planet dan people.
1
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA Corporate Social
Activity atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk
“peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat baik dalam kuantitas maupun
kualitas. Selain kegiatan dan pengelolaannya yang semakin bervariasi, dilihat dari kontribusi finansial, jumlah dana yang dialokasikan dalam penerapan CSR juga
semakin besar. Penelitian PIRAC pada tahun 2001 menunjukkan bahwa dana CSR di Indonesia mencapai lebih dari 115 miliar rupiah atau sekitar 11,5 juta dollar AS.
Walaupun penerapan CSR mulai berkembang, tetapi sampai saat ini, pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan masih bersifat sukalera. Dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 Paragraf ke sembilan dinyatakan bahwa industri dimana lingkungan hidup memiliki peranan penting dapat
menyajikan laporan tambahan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah value added statement. PSAK tersebut tidak secara tegas mengharuskan perusahaan
untuk melaporkan tanggung jawab sosial mereka. Pengelompokan, pengukuran, dan pelaporan juga belum diatur. Pelaporan tanggung jawab sosial diserahkan pada
masing-masing perusahaan. Selain diatur dalam PSAK, pengungkapan informasi CSR dalam laporan
keuangan juga diatur dalam UU RI No. 40 tahun 2007. Terbitnya UU tersebut menandai perkembangan tanggung jawab sosial perusahaan-perusahan di Indonesia
2
Universitas Sumatera Utara
yang signifikan. Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa Direksi menyampaikan laporan tahunan, termasuk laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan, kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 enam bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir. Dalam
UU tersebut, dinyatakan bahwa perseroan yang wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa bagi Perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya tidak di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam, tidak wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa secara umum pengungkapan atas hal-hal sosial ataupun lingkungan masih bersifat sukarela voluntary. Hal ini menyebabkan kesadaran
perusahaan untuk mengungkapkan aktivitas sosial dalam laporan tahunan masih sangat rendah. Departemen Keuangan 2006 melaporkan bahwa perusahaan yang
mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaannya dalam laporan tahunannya hanya sebanyak 40.
Banyak faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pengungkapakan informasi CSR dalam laporan tahunan. Hackston dan Milne 1996
dalam tulisannya menyatakan bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, industri, lokasi negara asal perusahaan, aturan
pelaporan yang dimiliki negara, intensitas modal, perilaku eksekutif senior, umur perusahaan, dan keberadaan komite CSR dalam perusahaan.
3
Universitas Sumatera Utara
Berbagai penelitian yang terkait dengan pengungkapan informasi CSR sudah dilakukan. Penelitian Sembiring 2005, Hackston dan Milne 1996, dan Susbiyani
2001 memperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan informasi CSR di laporan tahunan. Semakin besar
suatu perusahaan maka akan semakin banyak informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan.
Demikian juga dengan profil perusahaan, penelitian Sembiring 2005, Hackston dan Milne 1996, dan Anggraini 2006 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan pengungkapan yang signifikan antara perusahaan high profile dengan perusahaan yang low profile. Profile perusahaan merupakan pengelompokan
perusahaan berdasarkan jenis industri yang dijalankan. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan sumberdaya alam akan mengungkapkan informasi
lebih banyak tentang dampak lingkungan yang mereka akibatkan dibandingkan dengan perusahaan lain. Dengan demikian, perusahaan high profile akan melakukan
pengungkapan yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang low profile. Susbiyani 2001 melakukan penelitian terhadap perusahaan manufaktur dan non
manufaktur juga memperoleh hasil yang sama. Di lain pihak, bagi beberapa perusahaan, mereka menganggap bahwa
pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan bagian dari strategi perusahaan. Perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program CSR sebagai bagian
dari strategi bisnisnya. Survey global yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit menunjukkan bahwa 88 eksekutif dan investor dari berbagai organisasi
4
Universitas Sumatera Utara
menjadikan CSR sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan mereka Untung, 2009. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR dalam laporan
keuangan berkorelasi dengan harga saham perusahaan tersebut. Bertolak dari hal tersebut di atas, peneliti ingin mengetahui praktik
pengungkapan informasi CSR pada perusahaan di Indonesia sebagai wujud tanggung jawab sosial yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perkembangan
pengungkapan informasi CSR di laporan tahunan perusahaan terutama setelah dikeluarkannya UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Selain itu, peneliti
juga ingin meneliti mengenai pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, umur perusahaan, dan profil perusahaan terhadap pengungkapan
informasi CSR di dalam laporan tahunan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dan pengaruh pengungkapan informasi CSR terhadap harga
saham.
1.2. Rumusan Masalah