Hubungan antara perlakuan stres suhu terhadap konsumsi pakan Hubungan antara perlakuan stres suhu terhadap sintasan dan pertumbuhan biomassa mutlak

kadar glukosa dalam hemolim selama perlakuan stres hypoxia meningkat dari 15 menjadi 65 µg100 µl hemolim setelah 4 jam. Menurut Murray, et al . 2003, bahwa Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan tubuh akan glukosa pada saat karbohidrat tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam makanan. Pasokan yang terus menerus diperlukan sebagai sumber energi khususnya bagi sistem syaraf dan eritrosit, akan mengakibatkan kegagalan pada glukoneogenesis yang biasanya berakibat fatal.

3. Hubungan antara perlakuan stres suhu terhadap konsumsi pakan

Peubah ini ditentukan berdasarkan tingkat konsumsi pakan selama percobaan. Tingkat konsumsi pakan sangat dipengaruhi oleh kesehatan pascalarva, sintasan dan ukuran Cherax. Dari data selama percobaan Lampiran 12, terlihat bahwa rata-rata konsumsi pakan tertinggi pada perlakuan B 127,1 gram, kemudian berturut-turut perlakuan C 113,7 gram, perlakuan A 108,8, perlakuan E 91,52 gram dan perlakuan D 91,17. Tingkat konsumsi pakan ditentukan oleh tiga faktor, yaitu; 1 kualitas dan kuantitas pakan, 2 tata cara pemberian pakan frekuensi dan waktu, 3 kualitas media pemeliharaan Capuzzo, 1983 dalam Anggoro, 1992. Dalam percobaan ini, baik kualitas dan kuantitas maupun tata cara pemberian pakan at satiation, semuanya diatur dan diusahakan seragam sama. Begitu pula suhu 25-27 C serta kandungan oksigen terlarut 4,09-6,65 masih berada pada kisaran yang layak untuk budidaya Cherax. Satu-satunya faktor yang berbeda adalah lamanya perlakuan suhu subletal. Akibat adanya perlakuan stres suhu, maka akan mempengaruhi tingkat konsumsi pakan pada masing-masing perlakuan. Di mana pada perlakuan D 45 menit dan E 60 menit setelah dilakukan stres suhu, mempengaruhi nafsu makan pascalarva, khususnya pada hari pertama sampai hari ketiga setelah perlakuan. Penurunan dosis pakan harian mencapai 20-50. Hal ini sangat berbeda nyata pada perlakuan B 15 menit dan C 30 menit dimana setelah perlakuan nafsu makan pascalarva Cherax tidak berubah. Diduga bahwa akibat perlakuan suhu subletal yang terlalu lama 45 dan 60 menit, mengakibatkan Cherax mengalami stres berkepanjangan dan selama masa adaptasi nafsu makan akan turun.

4. Hubungan antara perlakuan stres suhu terhadap sintasan dan pertumbuhan biomassa mutlak

Persentase sintasan ditentukan oleh banyaknya kematian larva Cherax selama masa percobaan. Ada beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan kematian Cherax pada media percobaan, diantaranya adalah ; 1 Kualitas air yang tidak layak, 2 Hadirnya hama dan penyakit, 3 Penanganan yang kurang baik pada saat pengamatan, 4 Pakan yang tidak tepat jenis dan ukurannya, 5 Terjadinya gagal molting, 6 Terjadinya kanibalisme, 7 Akibat perlakuan suhu subletal. Ditinjau dari aspek kualitas air, kondisinya cukup baik dan tingkat kelayakannya relatif seragam pada media percobaan. Dengan demikian dugaan kematian Cherax karena jeleknya kualitas air tidak terbukti. Demikian pula dengan dugaan adanya hama dan penyakit, peluang terjadinya relatif kecil karena media percobaan telah dibebaskan dari hama dan penyakit melalui pengendapan dibak tandon dan sterilisasi alat sebelum digunakan. Dari aspek penanganan percobaan, dapat diketengahkan bahwa kegiatan pengambilan sampel hemolim telah dilakukan dengan sangat hati-hati dan telah melalui beberapa kali latihan pengambilan hemolim. Sehingga pengaruhnya relatif kecil terhadap kematian Cherax. Selanjutnya, bila ditinjau dari aspek pakan, dapat dilihat bahwa pakan yang diberikan adalah pakan udang dengan kadar protein 30, kadar air maximal 11, lemak minimal 5 dan fiber maximal 4. Jumlah dan ukuran pakan yang diberikan telah disesuaikan dengan umur Cherax dan terbukti disukai oleh pascalarva Cherax. Bila ditelaah lebih lanjut dan sesuai pengamatan selama percobaan bahwa kematian terjadi akibat gagal molting dan stres akibat perlakuan suhu subletal terutama pada perlakuan D dan E. Kejadian yang menarik dan sekaligus perlu penelitian lanjutan mengenai kematian akibat kanibalisme, sebab dari hasil pengamatan tidak terjadi kanibalisme pada perlakuan dengan suhu subletal. Hal ini berbanding terbalik jika dibandingkan dengan kontrol, dimana kematian akibat kanibalisme masih terjadi. Sintasan pascalarva Cherax pada masing-masing perlakuan berkisar antara 50- 80, dimana sintasan tertinggi pada perlakuan B 80 jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya, diduga bahwa perlakuan dengan waktu 15 menit mengakibatkan Cherax mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menghadapi stres suhu serta memanfaatkan pakan. Kematian yang terjadi lebih banyak disebabkan karena gagal molting dan stres suhu. Dari hasil pengamatan kematian akibat gagal molting, disebabkan Cherax kehabisan energi untuk melepaskan kulitnya, jika kulit tidak terlepas secara sempurna maka Cherax akan menyentakkan tubuhnya untuk memudahkan lepasnya kulit tua, kegiatan ini memerlukan banyak energi dan jika kulitnya tidak terlepas maka Cherax akan mati karena kehabisan energi untuk ganti kulit. Menurut Ferraris et al. 1987 dalam Anggoro 1992, kematian akibat gagal molting berkaitan dengan terjadinya gangguan osmolaritas internal, kehabisan energi untuk ganti kulit pindah stadia serta berkurangnya daya pemanfaatan pakan. Pertumbuhan biomassa pascalarva Cherax dievaluasi berdasarkan kajian terhadap pertambahan bobot biomassa dan laju pertumbuhan spesifik. Dari hasil uji beda nyata terkecil diperoleh bahwa perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan B, D dan E tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C. Untuk perlakuan B berbeda nyata terhadap perlakuan C, D dan E, pada perlakuan C berbeda nyata terhadap perlakuan D dan E. Demikian pula pada perlakuan D berbeda nyata terhadap perlakuan E. Berdasarkan Gambar 17, terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan biomassa tertinggi adalah perlakuan B 11,29 gram, terendah pada perlakuan D 9,45 gram. Diduga bahwa terjadinya perlambatan pertumbuhan setelah perlakuan 45 dan 60 menit dengan suhu subletal, menyebabkan peningkatan pertumbuhan tidak terjadi secara signifikan akibat penggunaan energi yang relatif besar untuk adaptasi stres suhu. Tingginya pertumbuhan pada perlakuan B 15 menit, disebabkan oleh tingkat adaptasi yang lebih cepat pasca stres suhu dan pemanfaatan pakan relatif lebih baik selama percobaan.

5. Kualitas Air