Luas relung suatu spesies bisa digambarkan dengan menghitung besarnya sumberdaya yang dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Rahman 2009 menyatakan
bahwa luas relung R. margaritifer berdasarkan indeks Levin`s yang telah distandardisasi menunjukkan bahwa luas relung yang digunakan oleh R.
margaritifer adalah 0,642 yang artinya spesies ini menempati relung yang cukup
luas. Rahman 2009 menyatakan adanya perbedaan luas relung jantan dan
betina pada R. margaritifer. Adapun luas relung individu jantan dan betina adalah 0,167 dan 0,608, artinya relung betina lebih sempit dari pada relung jantan. Hal
ini terjadi karena individu jantan dan betina R. margaritifer memiliki sebaran yang berbeda dalam habitatnya. Sehingga mengakibatkan adanya perbedaan lebar
relung yang digunakan oleh masing-masing jenis kelamin.
2.5 Pergerakan dan Penggunaan Mikrohabitat
Dole 1965 menyatakan bahwa pergerakan harian amfibi disebabkan oleh kebutuhan amfibi akan pakan, kawin, tempat berlindung, menghindari predator
dan memelihara kestabilan kondisi fisiologis seperti mempertahankan kelembaban tubuh katak. Duellman dan Trueb 1986 menyatakan bahwa aspek terpenting dari
teritori amfibi adalah percumbuan courtship dan vokalisasi vocalization pada katak jantan dimusim kawin.
Muliya 2010 menyatakan bahwa R. margaritifer banyak menghabiskan waktunya di tumbuh-tumbuhan yang berada tidak jauh dari sumber air. Katak
jantan dan betina memiliki perilaku yang sama yaitu aktif pada malam hari dan tidur pada siang hari. Pada siang hari R. margaritifer biasanya berada di daerah
yang terlindung seperti di sela daun, batang yang terlindung dan bahkan ada yang berlindung di dalam serasah.
Duellman dan Trueb 1986 menyatakan bahwa katak adalah satwa ekoterm, yaitu memiliki suhu tubuh dekat dengan lingkungannya, terutama
substrat. Muliya 2010 menambahkan bahwa suhu tubuh R. margaritifer berubah-ubah tergantung pada suhu lingkungan. Wells 2007 menyatakan bahwa
amfibi melakukan pergerakan hanya jika diperlukan, karena pergerakan memerlukan energi, berpotensi untuk terlihat oleh predator dan adanya peluang
menghadapi iklim yang tidak bersahabat dengan katak.
2.6 Alat Penelitian Pergerakan Amfibi
Metode yang paling umum dilakukan dalam penelitian pergerakan amfibi saat ini adalah menggunakan radiotracking atau radiotelemetry, karena kualitas
data yang dihasilkan bagus. Penelitian yang menggunakan radio tracking dilakukan oleh banyak peneliti Tatarian 2008, Huste et al. 2006, Roznik et al.
2009, Seebacher Alford 1999, dan Homan et al. 2010, namun penggunaan radiotracking
tersebut masih jarang dilakukan di Indonesia, hal ini disebabkan oleh mahalnya peralatan yang digunakan Sholihat 2007.
Phillot et al.
2007 yang melakukan penelitian tentang metode penandaan pada penelitian amfibi menyebutkan kelebihan dan kelemahan dari penggunaan
radiotransmitter secara eksternal maupun internal. Adapun kelebihan dan
kelemahan tersebut adalah sebagai berikut Tabel 2: Tabel 2 Kelebihan dan kelemahan radiotransmitter Phillot 2007.
Alat Kelebihan Kekurangan
Internal radiotransmitter
Tidak melukai Mengahalangi aktivitas perilaku
Memudahkan peneliti untuk menemukan lokasi
Menyebabkan lesi pada kulit Bisa digunakan pada katak berukuran
sedang hingga besar Menghabiskan
waktu Mahal
Alat bisa hilang Memudahkan
peneliti untuk menemukan lokasi
Melukai Menghabiskan
waktu Eksternal
radiotransmitter Membutuhkan penanganan intensif,
anaestesi dan waktu pemulihan Alat bisa berpindah
Alat bisa hilang
Rowley dan Alford 2007a menyatakan radiotelemetry merupakan alat yang banyak digunakan pada saat ini, namun terdapat dua kelemahan utama dari
radiotelemetry yaitu ukuran dan bobot dari radiotransmitter yang besar dan daya
tahan baterai yang tidak tahan lama. Ukuran dan bobot transmitter yang besar mengakibatkan alat ini tidak bisa digunakan pada jenis-jenis yang ukuran
tubuhnya kecil. Sedangkan daya tahan baterai yang tidak tahan lama menyebabkan data yang dapat diambil tidak banyak.
Selain menggunakan
radiotracking atau radiotelemetry, penelitian
pergerakan amfibi dapat pula dilakukan menggunakan cat Eggert et al. 1999, Roe
Grayson 2008, atau spooltrack Dole 1965, Tozetti Toledo 2005, Sholihat 2007, Muliya 2010. Sholihat 2007 menyatakan bahwa metode penggunaan cat
sulit untuk dipraktekkan karena kondisi hutan yang basah menyebabkan jejak cat cepat hilang. Sedangkan kelemahan penggunaan metode spooltrack adalah
pendeknya waktu pengamatan, selain itu sulit untuk dipraktekkan pada katak yang ukurannya kecil karena bobot spooltrack yang besar Wells 2007.
2.7 Perilaku Amfibi 2.7.1 Perilaku bersuara